Sentimen
Negatif (95%)
15 Mei 2023 : 02.35
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Gunung, Yogyakarta

Kasus: zona merah

Tokoh Terkait

Melihat Lebih Dekat Sesar Lembang yang Masih Terus Bergerak, Awas Ancaman Gempa!

15 Mei 2023 : 09.35 Views 2

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: News

Melihat Lebih Dekat Sesar Lembang yang Masih Terus Bergerak, Awas Ancaman Gempa!

Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, tim Liputan6.com berkesempatan melihat langsung Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat yang berdampingan langsung dengan Sesar Lembang. Kami melakukan perjalanan sekitar satu jam dari kawasan Dago, Kota Bandung. 

Tiba di lokasi, kami mencoba menelusuri kampung dengan berjalan kaki. Jalanan menurun menyambut kedatangan kami. Sebagian rumah warga memang berlokasi di gang-gang sempit yang menempel perbukitan. Gunung Burangrang yang menjulang menjadi pemandangan megah di depan Kampung Muril.

Sekitar 12 tahun lalu, Kampung Muril jadi lokasi yang terdampak akibat gempa berkekuatan magnitudo 3,3 yang terjadi pukul 16.15 WIB. Usai peristiwa tersebut masyarakat setempat mengetahui bahwa rumahnya berdiri di atas Sesar Lembang.

Saat berkeliling, kami bertemu dengan beberapa warga yang tengah bergotong-royong membangun rumah. Sang pemilik rumah, Nandan juga ikut serta dalam kegiatan tersebut. Dia sempat bercerita akibat gempa 28 Agustus 2011 lalu. 

Sebagai permukiman yang berada di jalur zona merah, warga mendapatkan edukasi mengenai standar pembangunan rumah. Sebab, saat gempa terjadi sebanyak 268 rumah di Desa Jambudipa rusak akibat gempa. Padahal kekuatan gempa yang dihasilkan tergolong kecil atau tak sebesar Gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006. 

"Kalau sebelumnya rumah kita kan enggak pakai cor-coran. Sekarang saya pakai besi, yang dulu mah enggak pakai besi-besi. Enggak ambruk mah dulu juga cuma retakan banyak," kata Nandan kepada Liputan6.com.

Masih sangat jelas dalam ingatan Nandan peristiwa menjelang Idul Fitri itu. Bahkan ada beberapa retakan di rumahnya yang hingga saat sini masih ada dan belum diperbaiki. Lanjut dia, saat kejadian gempa yang dirasakan tidak berlangsung lama.

"Beberapa detik-lah. Kejadian pertama gempa, kata orang lihat mah kayak ombak laut gitu. Tanah teh ancul-anculan, kayak ombak pas kena bangunan," ucapnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Amir. Karena keterbatasan dana, beberapa retakan di rumahnya belum sempat diperbaiki. Mulai dari dinding hingga bak kamar mandi. "Sebagian retak-retak itu, masih begitu," ujar dia.

Rumah Amir dan beberapa rumah lainnya tampak sama. Yaitu dinding luar rumahnya yang terbangun dari batako belum sempat diplester. Bahkan minim dengan tulangan besok di sudut rumahnya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kadus Kampung Muril, Usep.

Sebenarnya warga Kampung Muril sudah diberikan edukasi terkait standar pembangunan rumah. Mulai dari tembok rumah yang semestinya hingga penggunaan tulangan besi. Dana terbatas menjadi kendala dalam proses pembangunan. 

Menurut dia, semua warga menginginkan memiliki rumah yang kokoh. Namun karena terdesak dan ingin cepat dihuni pasca gempa bumi tahun 2011, masyarakat tidak sempat memikirkan dampak yang akan terjadi setelahnya. Sebagian besar masyarakat Kampung Muril merupakan petani yang memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam.

"Kalau kita mau bikin rumah harus persiapannya dua atau tiga kali lipat. Satu dari bahan material yang datang. Kita beli satu juta ngirim angkut ke sini satu juta sudah dua kali lipat, itu dari barang. Belum tenaga kerja, upah tenaga kerja gitu kan, antara tukang," ujar Usep.

Membentang 29 Kilometer

Sesar Lembang merupakan salah satu patahan atau sesar aktif yang berpotensi menyebabkan gempa di wilayah Jawa Barat. Sesar Lembang membentang sepanjang 29 kilometer dan berlokasi sekitar 8 kilometer dari sisi utara Kota Bandung.

Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Yulianto menilai, dengan kekuatan gempa yang tergolong kecil, semestinya tidak memberikan kerusakan di Kampung Muril Rahayu. Bahkan kata dia, terdapat beberapa rumah yang rusak cukup parah.

"Jadi, dalam konteks kewaspadaan dan pengurangan risiko terhadap gempa di Indonesia secara khususnya, aspek tentang kekuatan bangunan, kualitas dari konstruksi bangunan itu menjadi concern yang diperhatikan," kata Eko kepada Liputan6.com.

Saat peristiwa tersebut terjadi, Eko jadi salah satu pihak yang tengah melakukan penelitian terhadap Sesar Lembang yang sempat dianggap tidak aktif. Selama dua tahun dilakukan pemantauan terjadi sembilan kali gempa kecil.

"Salah satunya adalah Gempa Muril yang 2011 itu. Yang lain-lain lebih kecil lagi umumnya di bawah dua (magnitudo)," ucapnya.

Sentimen: negatif (95.5%)