Sentimen
Positif (94%)
10 Mei 2023 : 22.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Karangasem, Yogyakarta, New Delhi, London

Kisah Perjuangan Prof. Dr. Sulianti Saroso, Mirip Aktivis ketimbang Birokrat

11 Mei 2023 : 05.37 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Kisah Perjuangan Prof. Dr. Sulianti Saroso, Mirip Aktivis ketimbang Birokrat

PIKIRAN RAKYAT - Prof. Dr. Sulianti Saroso, pakar kesehatan masyarakat yang bergerak cepat dan lincah menyampaikan pelbagai gagasannya. Perempuan kelahiran Karangasem, Bali, itu bahkan disebut mirip aktivis ketimbang birokrat.

Sulianti Saroso menjadi nama penting dalam dua urusan bidang kesehatan di Indonesia, yakni pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan keluarga berencana.

Julie, demikian dia disapa, benar-bener dikenal sebagai dokter perjuangan, mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik dan terlibat dalam organisasi taktis, seperti Wanita Pembantu Perjuangan, Organisasi Putera Puteri Indonesia, dan Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Darah politik Muhammad Sulaiman, sang ayah, mengalir di nadinya. Dia memiliki pandangand politik yang sama, pro Indonesia Merdeka.

Baca Juga: Bupati Jeje Ingin Selesaikan Kasus Guru ASN Baik-baik, Berharap Tak Mengundurkan Diri

Sulianti ikut menghadiri Konferensi Perempuan se-Asia pada 19747 di New Delhi, India, menggalang pengakuan resmi bagi kemerdekaan bangsa.

Dilansir dari laman Indonesia.go.id, pada Desember 1948, saat pasukan Pemerintahan Sipil Hindia Belanda/NICA menyerbu dan menduduki Yogyakarta, Sulianti masuk dalam daftar panjang pejuang kemerdekaan yang ditahan.

Pascarevolusi kemerdekaan, Sulianti kembali bekerja di Kementerian Kesehatan. Dalam waktu itu, dia mendapat beasiswa dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempelajari tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa.

Dia pulang ke Indonesia pada 1952, mendapatkan Certificate of Public Health Administrasion dari Universitas London.

Baca Juga: Bobby Nasution Sebut Proyek Lampu Pocong Rp25 Miliar Gagal Total, Netizen Sorot Perencanaan

Usai ditempatkan sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dia langsung menggalang dukungan publik untuk program kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran lewat pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana (KB).

Melalui RRI Yogyakarta dan harian Kedaulatan Rakjat, dia menyampaikan pelbagai gagasannya ihwal pendidikan seks, alat kontrasepsi, dan pengendalian kehamilan dan kelahiran.

Dia menilai, korelasi kemiskinan, malnutrisi, buruknya kesehatan ibu dan anak, dengan kelahiran yang tak terkontrol merupakan fakta terbuka yang tak perlu didiskusikan.

Kampanyenya tersebut menimbulkan geger, gagasannya itu ditolak beberapa pihak. Pakar kesehatan kelahiran Karangasem, Bali, itu kemudian ditegur Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Santri Berhamburan Lari dari Ledakan Lumpur di Wajok, Penampakan setelah Kejadian Disorot

Tak lama berselang, dia dipindahkan ke Jakarta, diangkat menjadi Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di kantor Kementerian Kesehatan.

Perjuangannya terus dilanjutkan, melalui jalur swasta. Bersama aktivis perempuan, dia mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga yang menginisiasi klinik-klinik swasta yang melayani KB di berbagai kota.

Kendati kepeduliannya terhadap KB begitu besar, sang anak, Dita Saroso mengungkapkan, ibunya tak sempat turut terlibat masuk BKKBN. Dia menekuni penyakit menular, bidang yang sesuai dengan kompetensi akademiknya di pengujung kariernya.***

Sentimen: positif (94.1%)