Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Indonesia Political Review
Tokoh Terkait
PKS Beda Kepentingan Dengan Sandiaga
Akurat.co Jenis Media: News
AKURAT.CO, Setelah memutuskan hengkang dari Partai Gerindra, Sandiaga Uno tak kunjung mengumumkan kendaraan politik baru. Partai politik mana yang akan dipilih pun masih samar.
Sebelumnya Sandiaga digembar gemborkan berlabuh ke PPP setelah Plt Ketua Ketua Umum Mardiono menyodorkan nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu sebagai cawapres. Selain PPP, PKS juga menjadi partai politik yang mengutarakan ketertarikan kepada Sandiaga untuk menjalin kerjasama politik menjelang Pilpres 2024.
Tetapi baik PPP dan PKS hingga kini tak kunjung mengumumkan kedatangan personel baru yakni Sandiaga Uno. Menyoroti teka teki partai politik mana yang akan dipilih Sandi sebagai kendaraan politik barunya, pengamat politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai peluang Sandiaga bergabung ke PKS sukar terwujud.
baca juga:Menurutnya, Sandiaga dan PKS tidak ada titik temu kepentingan.
"Kenyataannya sulit, berat karena saya melihatnya PKS dengan Sandiaga Uno itu beda kepentingan saja," kata Ujang saat dihubungi di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Ujang berpendapat peluang lebih besar bagi Sandiaga dalam menyongsong perhelatan Pilpres 2024 ada pada PPP. Pasalnya, PPP menjadi partai politik peserta pemilu pertama yang menyatakan turut mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres dan sudah resmi menjalin kerja sama dengan PDIP.
"Saya melihat ke PKS agak berat, kalau ke PPP mungkin. Jadi langkah Sandiaga Uno sebatas teman lama dengan PKS bukan untuk bergabung ya, mengingat saja karena dulu Sandiaga Uno jadi wakil presiden dan Gubernur bersama Anies didukung PKS," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu.
Lebih lanjut, Ujang menuturkan peluang Sandiaga Uno untuk bergabung dengan PKS belum tertutup. Pasalnya, pertarungan menuju Pilpres 2024 masih terus berjalan hingga pada akhirnya sosok Capres dan Cawapres ditetapkan oleh Ketum partai politik untuk didaftarkan ke KPU RI pada Oktober mendatang.
"Politik itu serba cepat kita lihat dinamikanya menuju Pilpres 2024, bagaimana mereka di belakang layar dan apa deal mereka semua masih bisa terjadi," tandasnya.[]
Sentimen: netral (61.5%)