Sentimen
Positif (93%)
7 Mei 2023 : 22.02
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu

Berbeda namun Terikat

7 Mei 2023 : 22.02 Views 2

Solopos.com Solopos.com Jenis Media: News

Berbeda namun Terikat

SOLOPOS.COM - Jea dan teman-temannya. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—“Jika beragama ketahuilah bahwa semua agama mengajarkan kasih sayang, kejujuran, toleransi, dan keadilan. Pelajari nilai-nilai agama itu dan praktikkan dengan bangga.”

Itu adalah satu quote yang dapat membuka pikiran kita mengenai keberagaman.

PromosiKisah Aditya: Bisnis Merosot saat Pandemi, Bangkit Berkat Mitra Tokopedia

Namaku Jea Afiva, sebut saja Jea. Usiaku 17 tahun. Sekarang saya duduk di bangku Kelas XI SMAN Kerjo. Saya suka bertemu teman-teman baru. Sejak kecil saya bahkan sudah berteman dengan orang-orang yang berbeda agama.

Dari sinilah cerita saya dimulai. Orang tua saya mempunyai saudara yang berbeda agama. Mereka sangat akrab dan selalu membantu satu sama lain dengan tidak memandang perbedaan.

Sejak kecil, saya pun selalu bermain dengan Shalom. Shalom adalah anak dari saudara saya yang berbeda agama. Shalom dan saya sangat akrab meski kami berbeda.

Kami selalu mengembangkan praktik toleransi ketika bermain. Ketika melakukan kewajiban shalat, misalnya, kami berdua akan berhenti bermain. Shalom lantas menunggu sampai saya selesai salat sebelum bermain lagi.

Sebaliknya ketika hari Minggu tiba, Shalom akan beribadah ke gereja terlebih dahulu sementara saya menunggu di rumah. Selesai beribadah di gereja, barulah saya dan shalom bermain lagi.

Saat perayaan agama, kami berdua juga selalu bergantian memberikan ucapan. Contohnya saat Shalom sedang merayakan Natal, saya akan memberikan ucapan selamat Hari Natal sebagai bentuk menghormati dan menghargai sesama. Nah, begitu pula sebaliknya. Kebiasaan ini sudah biasa kami lakukan sejak dahulu, seperti yang diajarkan orang tua kami.

Perbedaan adalah bagian dari alur hidup saya sejak kecil sampai Kelas XI. Sekarang ini, saya juga memiliki teman baik yang berbeda agama.

Kelas saya, XI MIPA 2, adalah kelas yang terdiri atas beragam agama. Ada agama Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu. Meskipun agama kami berwarna-warni, kondisi itu tidak menghambat pertemanan kami. Kami justru saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Saya sangat suka berada di kelas saya sekarang karena ada toleransi yang sangat tinggi. Saat ini, saya berteman baik dengan Marsendha, remaja beragama Hindu. Marsendha dan saya sebenarnya sudah kenal sejak SMP, akan tetapi kami baru berteman baik saat masuk SMA.

Marsendha dan saya selalu bersama, mengerjakan tugas, belajar kelompok, dan hal lain yang bisa kami lakukan bersama. Kejadian unik dari pertemanan saya dan Marsendha adalah ketika saya tidak ada teman pergi ke musala, Marsendha lah yang menemani. Dia bahkan menunggu saya di teras musala.

Sebenarnya saya dan teman lain yang berbeda agama juga berteman baik. Namun di kelas pastilah selalu ada “circle pertemanan”. Walau demikian, seperti yang saya katakan tadi, pada akhirnya semua membaur menjadi satu. Nah, persatuan di kelas sayalah yang sangat saya banggakan. Kondisi ini menambah pengetahuan saya tentang toleransi antarsesama.

Dari pengalaman itu akhirnya dapat saya simpulkan bahwa walau kami berbeda, namun kami tetap bisa berteman. Meskipun kami berbeda, pertemanan tetap bisa berjalan dan bahkan tidak akan menjadi hambatan. Kami bahkan bisa memiliki banyak cerita dan pengalaman dari teman-teman yang berbeda agama.

(Tulisan ini merupakan karya peserta Program Pelatihan Jurnalisme Warga Pemuda Lintas Iman Solopos Institute)

Sentimen: positif (93.4%)