Sentimen
Negatif (93%)
3 Mei 2023 : 12.22

Masih Candu Impor, Gimana Nasib RI Saat Dunia Krisis Energi?

3 Mei 2023 : 12.22 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Masih Candu Impor, Gimana Nasib RI Saat Dunia Krisis Energi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau pergerakan harga minyak mentah dunia. Hal tersebut menyusul kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau ICP pada Oktober 2022 menjadi US$ US$ 89,10 per barel dari yang sebelumnya US$ 86,07 per barel di September.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Rida Mulyana berharap harga minyak mentah dunia tidak terus melonjak. Mengingat, kenaikan tersebut dapat berdampak pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

"Kayak kemarin kita sharing. Kalau diteruskan, masyarakat gak ikutan ya pasti beban negara yang bawa uang rakyat juga. Makanya, kemudian kemarin ada sedikit penyesuaian (harga BBM subsidi) di-sharing karena harganya naik terus kan," tutur Rida saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (4/11/2022).

-

-

Oleh sebab itu, untuk jangka pendek Rida menyarankan agar masyarakat ikut berhemat dalam mengonsumsi BBM. Mengingat, Indonesia saat ini masih sangat tergantung terhadap impor BBM.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah berupaya untuk mengembangkan gasifikasi batu bara seperti Dimethyl Ether (DME) sebagai energi alternatif pengganti impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Ini dilakukan untuk ketahanan dan kemandirian energi nasional.

"Bayangkan deh, mudah-mudahan gak terjadi, perang itu berlanjut dan meluas dan ujug-ujug supply BBM terganggu atau LPG terganggu, kebayang nggak 70% yang gunakan transportasi berhenti semua, batu bara yang ngangkut tongkang pake BBM berhenti juga, jadi akan berdampak, rumah tangga gak pake LPG mau balik ke minyak tanah? Gak ada," kata dia.

Indonesia saat ini memang masih bergantung pada impor minyak maupun LPG. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan separuh dari kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri dipenuhi melalui impor.

Hal ini dikarenakan produksi minyak dalam negeri saat ini "hanya" sebesar 650 ribu barel per hari (bph). Sementara kebutuhan minyak dalam negeri kini mencapai 1,3 juta bph.

"Apa jadinya kalau kita tidak bisa beli yang 650 ribu barel karena tidak ada pasokan. Apalagi kemampuan kita itu cuma 50%, separuhnya kebutuhan kita dipenuhi dari minyak impor," ungkapnya saat melakukan kunjungan kerja di Subang, Jawa Barat, dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Rabu (2/11/2022).

Sementara untuk impor LPG, berdasarkan data Kementerian ESDM, impor LPG RI dalam satu dekade telah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat hingga mencapai 6,34 juta ton pada 2021. Adapun porsi impor LPG pada 2021 telah mencapai 74% dari total kebutuhan. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan porsi impor LPG pada 2011 yang "hanya" sebesar 46%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor LPG RI pada 2021 mencapai US$ 4,09 miliar atau sekitar Rp 58,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$), meroket 58,5% dibandingkan nilai impor pada 2020 lalu yang tercatat US$ 2,58 miliar.

Seperti diketahui, dunia kini terancam krisis energi, terutama sejak pembatasan pembelian sumber energi seperti minyak, gas maupun batu bara dari Rusia.

Terbaru, dunia kini tengah menghadapi krisis BBM Solar. Mengutip CNBC International, "badai sempurna" sedang melanda pasar diesel atau Solar dunia, di mana cadangan Solar dunia saat ini disebut semakin menipis di tengah ketidakpastian geopolitik.

Baik Eropa maupun Amerika Serikat kini mengalami kekurangan pasokan diesel. Pasokan diesel Eropa berkurang terutama karena semakin dibatasinya pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) termasuk diesel dari Rusia sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Sementara Amerika Serikat kini juga mengalami krisis Solar karena adanya perawatan kilang dan keringnya Sungai Missisipi yang biasa menjadi jalur angkutan produk kilang. Akibatnya, stok diesel di Negeri Paman Sam ini tercatat "hanya" cukup untuk 25 hari, stok terendah sejak 1951 lalu.

Harga Solar di AS telah meningkat sebesar 33% untuk pengiriman November 2022 ini. Adapun harga rata-rata Solar di AS saat ini adalah US$ 5,30 per galon atau Rp 83.109 per galon atau setara Rp 21.986,6 per liter (asumsi kurs Rp 15.681 per US$). Perlu diketahui, setiap satu galon BBM setara dengan 3,78 liter.

"Diperkirakan akan naik 15 sampai 20 sen dalam beberapa minggu ke depan," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, LLC, dikutip Rabu (2/11/2022).


[-]

-

Harga LPG 12 Kg Makin Mahal, Ramai Orang Pindah ke Gas Melon!
(wia)

Sentimen: negatif (93.8%)