Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Yogyakarta
Tokoh Terkait
Penetapan Sumbu Filosofi Masuki Babak Akhir
Krjogja.com Jenis Media: News
ilustrasi dok
Krjogja.com - YOGYA - Proses pengajuan Kawasan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia tengah masuk daftar tunggu sidang lanjutan UNESCO yang akan dilaksanakan pada September 2023. Pengajuan yang telah melewati serangkaian proses panjang ini bertujuan melestarikan nilai luhur untuk masyarakat Yogyakarta, bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.
"Untuk itu, pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi perlu melibatkan seluruh stakeholder di DIY. Warga masyarakat yang berada di dalam maupun di luar kawasan nominasi pun harus mengetahuinya, agar lahir rasa melu handarbeni atau rasa ikut memiliki," tutur Wagub DIY KGPAA Paku Alam X mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Webinar Peringatan Hari Warisan Dunia 2023 bertema Tantangan Yogyakarta Sebagai Nominator Warisan Dunia dari Indonesia, Selasa (18/4) lalu.
Paku Alam X menyampaikan salah bentuk keistimewaan kebudayaan DIY adalah tata ruang inti wilayah Yogyakarta, yang didasari pada pemahaman filsafat kehidupan manusia yang tinggi dan bernilai. Harmoni tata ruang Kota Yogyakarta, sejak awal sudah dirancang dan diwujudkan Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I saat mendirikan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tata ruang tersebut didasari filosofi sangkan paraning dumadi, meninggalkan kawula lan Gusti serta golong gilig seperti yang terlihat dari keberadaan sejumlah bangunan penanda.
“Inti wilayah Yogyakarta, ditata berdasarkan filosofi yang begitu mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan alam, serta cerminan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga menghadap Sang Kuasa. Hal ini seperti tertuang dalam sumbu filosofis yang menghubungkan Panggung Krapyak – Kraton – Tugu Pal Putih. Inti wilayah Yogyakarta ini, sarat dengan makna filosofi, dimana setiap bagian kota seakan menjadi lembar halaman sebuah buku filsafat,” ungkapnya.
Penerapan konsep sumbu imajiner dan filosofis pada tata ruang DIY, diutarakan Wagub telah menghasilkan apa yang disebut UNESCO sebagai saujana asosiatif, yang merupakan paduan antara unsur budaya bendawi dan tak bendawi. Oleh karena itu, konsep perencanaan dan pendirian Kota Yogyakarta merupakan suatu mahakarya yang tidak ada bandingannya, bahkan pada taraf dunia. "Atas dasar itulah Pemda DIY mengajukan usulan inti wilayah Yogyakarta tersebut ke UNESCO untuk menjadi Kota Warisan Budaya Dunia. Di sisi lain, pengusulan ini adalah salah satu upaya menjaga dan meneguhkan keistimewaan DIY, dengan kelestarian penanda-penanda keistimewaan DIY,” lanjutnya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Hilmar Farid menyatakan nominasi Kawasan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Dunia tengah memasuki proses pembahasan akhir di UNESCO menuju penetapan. Pasca penetapan itu sendiri memiliki banyak konsekuensi terkait khususnya dengan upaya pelestarian secara sungguh-sungguh. "Mudah-mudahan tidak ada halangan yang berarti dan kita semua berharap usulan nominasi ini bisa ditetapkan pada tahun ini. Tugas utama setelah ditetapkan adalah menjaga integritas dan keutuhan dari seluruh situs yang kita daftarkan dengan melibatkan peran serta masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Duta Besar/ Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Ismunandar menegaskan situs-situs yang terdaftar di Warisan Dunia di Indonesia akan diberikan lebel khusus berikut logo UNESCO. Salah satunya nominasi Sumbu Filosofi Yogyakarta yang akan memasuki sidang akhir pada September 2023 bisa ditetapkan dan memperoleh label Warisan Dunia UNESCO.
"Tujuan adanya lebel Warisan Dunia antara lain memperkuat kredibilitas daftar Warisan Dunia, memastikan konservasi Warisan Dunia berjalan efektif dan mempromosikan pengembangan pembangunan kapasitas yang efektif. Disamping itu, meningkatkan kesadaran, keterlibatan dan dukungan publik terhadap Warisan Dunia melalui komunikasi serta meningkatan peran masyarakat dalam pelaksanan konversi Warisan Dunia,” terang Ismunandar.
Ditambahkan Ketua Tim Pengusulan Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Daud Aris Tanudirdjo, status menjadi Warisan Dunia bukan menjadi tujuan utama, tetapi sebagai sarana agar Bangsa Indonesia melalui DIY dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi perkembangan dan kebaikan dunia. Selanjutnya bersama-sama melestarikan nilai-nilai budaya unggul bangsa Indonesia yang berada di DIY.
“ Banyak tantangan yang harus dihadapi mulai dari proses penyiapan, proses penyusunan dossier dan proses penilaian. Terlepas dari itu semua, yakinlah nilai-nilai yang kita miliki itu memang bermakna dan berguna sehingga jika belum diakui UNESCO itu adalah prosedur administrasinya. Tetapi nilai-nilai itu tetap bermakna dan harus tetap dilestarikan sebagai modal budaya kita sekarang dan masa depan,” pungkasnya. (Ira)
Sentimen: netral (99.9%)