Sentimen
Negatif (99%)
28 Apr 2023 : 17.48
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina

Kab/Kota: bandung, Gunung, Sumedang

Semburan Api di Rest Area Tol Cipali, Badan Geologi Duga Berasal dari Gas Biogenik

28 Apr 2023 : 17.48 Views 3

Prfmnews.id Prfmnews.id Jenis Media: Nasional

Semburan Api di Rest Area Tol Cipali, Badan Geologi Duga Berasal dari Gas Biogenik

PRFMNEWS - Tim dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap hasil observasinya di lokasi semburan api di Rest Area 86B di KM 88B Jalan Tol Cipali (Cikampek-Palimanan), Subang, Jawa Barat.

Semburan api setinggi sekitar 12 meter disebutkan berasal dari semburan gas yang terbakar.

“Semburan gas pada lokasi Rest Area KM86B kemungkinan besar berasal dari gas biogenik Formasi Cisubuh berumur Pliocene-Pleistocene,” kata Penyelidik Bumi di Badan Geologi, Iwan Sukma, dikutip PRFMNEWS dari ANTARA.

Baca Juga: Ungkap Hasil Pemeriksaan Sinar Api dari Kawah Gunung Tangkuban Parahu, PVMBG: Jangan Terpancing Isu Letusan

Semburan api itu berasal dari sumur bor artesis yang digunakan sebagai sumur air tanah dengan kedalaman antara 40 sampai 100 meter. Bahkan, kawasan itu berada dekat dalam radius dua kilometer dengan sumur eksplorasi gas aktif Pertamina EP.

Lokasi sumur itu termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Pamanukan, Jawa Barat.

Secara geologi, lokasi sumur berada pada satuan batuan aluvium asal vulkanik batu pasir tufaan dan konglomerat yang berumur kuarter. Adapun batuan penyusun di bawah satuan lapisan aluvial tersebut, mengacu pada Peta Geologi Lembar Bandung adalah Formasi Citalang berumur pliosen atas, Formasi Kaliwangu berumur pliosen bawah, dan Formasi Subang berumur miosen akhir.

Baca Juga: Mata Air Asin Ditemukan di Sumedang Padahal Berlokasi Jauh dari Laut, Badan Geologi ESDM Beri Penjelasan

Satuan batuan tersebut tersingkap di daerah Subang dan sekitarnya dan menerus di bawah permukaan hingga lokasi sumur berada.

Iwan menerangkan, di sekitar lokasi semburan terdapat sumur eksplorasi dengan kode PSJ-P1 dan PJN-P1 dengan kedalaman maksimal 1.076 meter. Sumur gas dengan kode PJN-P1 yang terdekat dengan lokasi sumur dan semburan gas tersebut.

Data penampang seismik sumur PJN-P1 menunjukkan bahwa sampai dengan kedalaman 860 meter terdapat zona yang memiliki potensi sebagai penghasil dan penyimpan gas.

Baca Juga: Penyebab Tol Cipali KM 122 Amblas Terungkap, Begini Penjelasan Badan Geologi

"Formasi ini diinterpretasikan sebagai Formasi Cisubuh yang berumur Pliosen hingga Pleistosen,” kata Iwan.

Dari data penampang seismik sumur yang sama disebutkan lokasi semburan gas tersebut berada dalam area Lapangan Pasirjadi. Iwan mengatakan, lokasi semburan gas berada di puncak antiklin yang ditutupi lapisan aluvial vulkanik cukup tipis sekitar 200 meter.

“Karakteristik puncak antiklin merupakan zona lemah dan umumnya mengalami peretakan maupun perekahan sehingga memungkinkan gas biogenik maupun termogenik dari formasi di bawahnya (Formasi Cisubuh) untuk dapat menyusup ke luar,” tuturnya.

Formasi Cisubuh dan formasi di bawahnya memiliki zona-zona bright spot yang berpotensi mengandung gas biogenik maupun termogenik, yang memiliki tekanan yang dapat berpotensi menyemburkan gas bila kestabilan batuan penutupnya (endapan kuarter dan vulkanik) terganggu, baik oleh faktor alami maupun aktivitas manusia.

Batuan kuarter dan vulkanik yang dapat menahan keluarnya gas pada daerah semburan relatif tipis sekitar 200 meter dan rentan terhadap potensi semburan.

Badan Geologi akan mengambil sampel gas untuk menentukan karakteristik gas tersebut agar bisa menentukan sumber gasnya. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan durasi dan besarnya semburan gas yang diperlukan untuk penanganan semburan serta antisipasi resiko di kemudian hari.

Selain itu, pemetaan potensi gas biogenik di wilayah utara Jawa Barat terkait dengan risiko kebencanaan pengeboran sumur air dan aktivitas lainnya, serta pemanfaatan gas biogenik untuk kepentingan masyarakat secara lebih luas.

Badan Geologi menyarankan agar dilakukan pengamanan lokasi sampai semburan itu berhenti atau termitigasi secara teknik.

Mitigasi terkait semburan gas juga perlu dilakukan dengan fasilitas standar yang memadai baik berupa pembuatan flare maupun plugging dan cementing sesuai dengan kondisi teknis yang terbaik.***

Sentimen: negatif (99.8%)