Soal Viral Harga Makanan Mahal di Rest Area, Sigit Widodo Angaku Bukan Pejabat Kaya
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia, Sigit Widodo menuai sorotan usai mengeluh soal harga makanan disebuah rumah makan. Dia menjadi salah-satu korban nuthuk atau penaikan tarif sewenang-wenang saat dirinya mudik lebaran lalu.
Dia harus membayar lebih dari yang seharusnya karena sengaja dibaikkan oleh pegawai di Rumah Makan Hadea KM86A. Keluhan ini kemudian disampaikan Sigit lewat media sosial dan sukses menjadi perbincangan.
Akibatnya rumah makan bersangkutan diberi sanksi penutupan oleh pengelola jalan tol. Terkait hal ini, Sigit pun menulis beberapa poin terkait ramainya unggahan tersebut.
Salah-satunya adalah dirinya mengaku bukan pejabat yang memiliki harta kekayaan mentereng meski memiliki jabatan penting di PSI. Menurutnya dia adalah sosok yang hiduo dengan sederhana.
Hal ini lantaran menurut Sigit, dia harus pintar membagi waktu antara mencari nafkah dan aktif di dalam partai. Terlebih saat ini dia sedang menlanjutkan S3 nya.
"Meskipun menduduki posisi sebagai Ketua DPP, saya bukan pejabat partai yang identik dengan kekayaan dan kenyamanan. Kami di PSI tengah berjuang dan hidup sederhana. Kami harus hidup sederhana karena waktu kami terbagi dua, untuk mencari nafkah dan sibuk berorganisasi. Saya sendiri ditambah dengan kesibukan untuk menyelesaikan disertasi S3," tulis Sigit dikutip Selasa (24/4/2023).
Dia pun menyebut selisih yang dibayarkan itu mungkin bagi sebagian orang hanya jumlah kecil. Tetapi, menurutnya jumlah itu bisa saja sangat besar bagi beberapa orang terlebih saat mudik. Hal inilah yang membuatnya mengunggah cuitan tentang RM Hadea itu.
"Nilai mark up Rp 39.000 mungkin kecil untuk beberapa orang, namun bernilai untuk orang yang punya uang pas-pasan saat mudik. Untung saja saya bisa membayar saat itu. Bisa saja saya sedang dalam kondisi tidak membawa uang yang cukup, dan ini bisa terjadi pada pemudik-pemudik lain. Itu yang melatarbelakangi cuitan pertama saya," katanya.
Meski pihak RM Hadea telah meminta maaf dan berjanji akan memberikan refund, menurut Sigit tindakan sebelumnya tetap tidak bisa dibenarkan. Perilaku demikian akan berdampak pada usaha itu sendiri.
Dirinya berharap agar setiap UMKM memiliki standar operasional terkait daftar harga, bon pembelian dan pembeli bisa bayar sebelum makan.
"Apa yang dilakukan oleh karyawan RM Hadea tetap tidak bisa dibenarkan, apalagi karyawan tersebut tidak memberikan bon. Perilaku karyawan semacam ini bisa menghancurkan kepercayaan pada UMKM, karena itu harus ada standar operasional seperti daftar harga dan bon pembelian, dan pembeli diperbolehkan membayar sebelum makan," sambungnya.
Dia juga berharap agar kontroversi tersebut dapat menjadi pelajaran untuk berbagai pihak. UMKM harus diberi kesempatan berjuakan di area tol dan bersaing dengan brand lainnya.
"Saya berharap kontroversi ini bisa memberikan pelajaran bagi kita semua. UMKM lokal harus dikembangkan dan diberi kesempatan untuk berjualan di semua rest area jalan tol dengan insentif-insentif khusus agar dapat bersaing dengan brand-brand besar, namun dengan pengawasan dan manajemen yang lebih baik," harapnya.
Menutup unggahan klarifikasi itu, Sigit memohon maaf jika telah menimbulkan kontroversi.
"Untuk yang tidak berkenan dengan cuitan saya, perkenankan saya menyampaikan permohonan maaf, demikian juga pada semua netizen Indonesia yang mungkin dibuat lelah dengan kontroversi cuitan saya," pungkasnya. (Elva/Fajar).
Sentimen: positif (94.1%)