Sentimen
Positif (33%)
25 Apr 2023 : 04.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yogyakarta

Tokoh Terkait
Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan Hamengku Buwono X

Apa Itu Tradisi Tapa Bisu?

25 Apr 2023 : 11.27 Views 2

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Apa Itu Tradisi Tapa Bisu?

Krjogja.com - SALAH SATU tradisi tahunan yang digelar di Yogyakarta adalah tapa bisu. Tradisi ini dilakukan dengan cara mengelilingi area sekitar Keraton Yogyakarta tanpa berbicara sepatah katapun.

Tradisi ini juga disebut dengan 'tapa bisu lampah mubeng benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat'. Secara umum, tradisi ini dilakukan untuk menyambut malam satu Suro.

Mengutip dari pariwisata.jogjakota.go.id, tradisi ini biasanya diikuti oleh ratusan orang. Tradisi yang cukup sakral ini bahkan sudah dilaksanakan secara turun-temurun sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Ritual ini dilaksanakan sebagai bentuk introspeksi dan pendekatan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, ritual ini berhubungan dengan permintaan perlindungan dan keselamatan dari Tuhan.

Rangkaian ritual tapa bisu diawali dengan pelantunan tembang macapat. Tembang tersebut dilantunkan oleh para abdi dalem.

Bukan sekadar menyanyi, dalam tiap kidung lirik tembang yang dinyanyikan tersebut juga terselip doa-doa serta harapan. Rangkaian ini dilaksanakan di Keben Keraton Yogyakarta.

Selama mengelilingi benteng, para peserta tirakat dilarang berbicara, minum, ataupun merokok. Hal tersebut merupakan bentuk perenungan dan introspeksi diri. Dari keheningan yang tercipta itulah para peserta akan mengevaluasi diri sekaligus muncul keprihatinan terhadap segala perbuatan selama setahun terakhir.

Adapun jarak yang ditempuh selama ritual tapa bisu kurang lebih mencapai 4 km. Rute ritual ini dimulai dari Bangsal Pancaniti, Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijatan, Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Ritual ini bahkan tak hanya diikuti oleh warga Yogyakarta, melainkan juga turis asing. Meski ritual atau tradisi biasanya cenderung identik dengan orang tua, tetapi banyak juga peserta dari kalangan muda yang mengukuti ritual topo bisu mubeng benteng ini. (*)

Sentimen: positif (33.3%)