Sentimen
25 Apr 2023 : 04.25
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Demokrasi Indonesia Dinilai Bakal Lebih Sehat dengan 3 Capres
25 Apr 2023 : 11.25
Views 2
Medcom.id Jenis Media: News
Jakarta: Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, menyebut tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) yang bertarung dalam Pilpres 2024 merupakan keniscayaan. Hal itu dinilai membuat demokrasi Indonesia menjadi lebih sehat dan masyarakat tidak terpolarisasi.
"Ya kalau kita ingin menjaga demokrasi yang sehat, kuat, dan bermartabat, ya paling tidak masyarakat harus banyak diberikan pilihan. Dan capres yang potensial itu mesti diberi kesempatan dan peluang untuk bisa menjadi capres," ujar Ujang kepada Media Indonesia, Senin, 24 April 2023.
Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, kata Ujang, calon pemimpin potensial tentu sangat banyak. Lantas, partai politik seharusnya bisa memberi ruang.
"Masa dari 270 masyarakat Indonesia capresnya hanya dua pasangan? Kan masih banyak paling kan empat kalau menggunakan aturan. Mestinya lebih dari dua atau paling tidak tiga pasangan lah," ujar dia.
Ujang menjelaskan demokrasi lebih sehat yang dimaksud tentu berkaca pada pengalaman pilpres sebelumnya. Dengan dua paslon yang berkompetisi ternyata telah memecah belah rakyat Indonesia ke dalam dua kubu.
Benturan sangat keras di tengah masyarakat. Masyarakat sangat mudah terprovokasi hingga menimbulkan polarisasi yang begitu tajam.
Luka Pilpres 2019, kata dia, belum benar-benar sembuh. Masyarakat masih terpecah antara pendukung pemerintah dan lawannya. Pengalaman tersebut sangat berharga bagi bangsa Indonesia, sehingga sangat disayangkan bila ego para elite politik harus mengulang lagi sejarah kelam pilpres tersebut.
"Jadi kita dari akademisi, pengamat politik ya paling tidak mendorong agar terjadi demokrasi yang sehat, maka minimal 3 paslon itu keniscayaan," jelas dia.
Dia menambahkan potensi dua paslon bisa terjadi. Bahkan lebih buruk lagi kedua paslon itu hanya berasal dari kubu pemerintah. Pasalnya, capres dari pihak oposisi, yakni Anies Baswedan, justru tidak diinginkan rezim.
"Ini sebuah keniscayaan, mestinya elite-elite itu berani mengusung capres yang banyak, mimimal tiga paslon. Kalau dua kita akan mengulang sejarah terjadi benturan. Ini persoalan klasik yang bisa terulang lagi," ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
"Ya kalau kita ingin menjaga demokrasi yang sehat, kuat, dan bermartabat, ya paling tidak masyarakat harus banyak diberikan pilihan. Dan capres yang potensial itu mesti diberi kesempatan dan peluang untuk bisa menjadi capres," ujar Ujang kepada Media Indonesia, Senin, 24 April 2023.
Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, kata Ujang, calon pemimpin potensial tentu sangat banyak. Lantas, partai politik seharusnya bisa memberi ruang.
-?
- - - -"Masa dari 270 masyarakat Indonesia capresnya hanya dua pasangan? Kan masih banyak paling kan empat kalau menggunakan aturan. Mestinya lebih dari dua atau paling tidak tiga pasangan lah," ujar dia.
Ujang menjelaskan demokrasi lebih sehat yang dimaksud tentu berkaca pada pengalaman pilpres sebelumnya. Dengan dua paslon yang berkompetisi ternyata telah memecah belah rakyat Indonesia ke dalam dua kubu.
Benturan sangat keras di tengah masyarakat. Masyarakat sangat mudah terprovokasi hingga menimbulkan polarisasi yang begitu tajam.
Luka Pilpres 2019, kata dia, belum benar-benar sembuh. Masyarakat masih terpecah antara pendukung pemerintah dan lawannya. Pengalaman tersebut sangat berharga bagi bangsa Indonesia, sehingga sangat disayangkan bila ego para elite politik harus mengulang lagi sejarah kelam pilpres tersebut.
"Jadi kita dari akademisi, pengamat politik ya paling tidak mendorong agar terjadi demokrasi yang sehat, maka minimal 3 paslon itu keniscayaan," jelas dia.
Dia menambahkan potensi dua paslon bisa terjadi. Bahkan lebih buruk lagi kedua paslon itu hanya berasal dari kubu pemerintah. Pasalnya, capres dari pihak oposisi, yakni Anies Baswedan, justru tidak diinginkan rezim.
"Ini sebuah keniscayaan, mestinya elite-elite itu berani mengusung capres yang banyak, mimimal tiga paslon. Kalau dua kita akan mengulang sejarah terjadi benturan. Ini persoalan klasik yang bisa terulang lagi," ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
(AZF)
Sentimen: positif (49.6%)