PIKIRAN RAKYAT - Covid-19 dengan infeksi subvarian Omicron XBB. 1.16 atau varian Arcturus disebut 1,5 kali lebih menular dibandingkan dengan subvarian Omicron XBB.1.5 atau Kraken. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau pada masyarakat agar mewaspadai varian ini.

"Kita harus tetap waspadai. Memang Arcturus itu penularannya 1,5 kali lebih cepat daripada Kraken," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu, di Gedung Kemenkes RI Jakarta, dikutip pada Sabtu, 22 April 2023.

Maxi berharap agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat. Selain itu, selalu membersihkan tangan dan mengenakan masker setiap kali berada di tempat umum.

"Itu diimbau, apalagi di dalam gedung, di kendaraan, bus, pesawat, diharapkan itu pakai masker," ujarnya.

Baca Juga: Ancaman Covid-19 Arcturus Saat Mudik Lebaran 2023, Anggota DPR Minta Testing-Tracing Ditingkatkan

Sebagai langkah pencegahan penyebaran Covid-19 varian Arcturus selama mudik lebaran, Maxi menyampaikan pihak Kemenkes melakukan pengawasan (surveilance) di pintu-pintu masuk ke wilayah Indonesia. Hal yang sama turut dilakukan di pintu masuk ke daerah tujuan mudik lebaran.

"Terutama melakukan testing, tracing (pelacakan), kalau ada yang positif, tetap dilakukan. Kemudian tentu kami memperkuat surveilance untuk genomic," kata Maxi.

Kemenkes RI dalam laporan terakhir pada Senin, 17 April 2023 mencatat, sudah ada total 7 kasus Covid-19 varian Arcturus di Indonesia. Juru Bicara (jubir) Kemenkes RI dr Mohammad Syahril mengatakan, ketujuh pasien tersebut mengalami gejala ringan.

Menurutnya, gejala dengan infeksi Arcturus sebetulnya mirip varian Covid-19 lain. Namun, kata Syahril, sebagian negara melaporkan gejala varian Arcturus berupa kemerahan pada mata.

Baca Juga: India Sebut Covid-19 Varian Arcturus Punya Gejala Unik pada Anak-anak, Berikut Tanda-tandanya

Kendati demikian, Syahril menegaskan, kondisi merah pada mata tidak serta merta mengindikasikan varian Acrturus. Maka dari itu tidak bisa dijadikan patokan.

"Sebagian di beberapa negara di matanya itu ada kemerahan. Istilah kedokterannya konjungtivitis. Dan ada kotoran seperti belekan. Tapi tidak semua kasus jadi jangan dijadikan patokan," ungkapnya dalam konferensi pers terkait Update Perkembangan Covid-19, Senin, 17 April 2023.

Sementara itu, Profesor penyakit menular di Vanderbilt University di Tennessee William Schaffner, M.D. kepada Everyday Health, mengaku ragu jika mata merah bisa menjadi cara utama penyebaran Covid-19. Namun, dia mengingatkan Covid-19 dapat menempel sampai ke ujung jari yang kemudian dipakai untuk menggaruk mata.

Komisaris Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago Dr. Allison Arwady meminta masyarakat untuk melakukan tes Covid-19 guna memastikan penyebab mata merah akibat virus atau bukan.

"Jika mata Anda merah, gatal, dan menurut Anda itu alergi atau hanya pilek, lakukan tes COVID-19 untuk memastikannya," ujarnya kepada NBC5.***