Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Paris
Partai Terkait
Tokoh Terkait
PBB Sebut Dunia Berada di Jalan Raya Menuju Neraka
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Bumi di ambang malapetaka besar seiring dengan perubahan iklim yang kian cepat. Seluruh negara dituntut untuk bersatu menghadapi hal tersebut.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam KTT COP27 di Mesir pada Senin (7/11/2022). Menurutnya, dunia kehilangan perjuangannya melawan perubahan iklim.
"Kami berada dalam perjuangan hidup kami, dan kami kalah," kata, dikutip dari CNBC International, Selasa (8/11/2022).
"Emisi gas rumah kaca terus meningkat, suhu global terus meningkat, dan planet kita dengan cepat mendekati titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat diubah lagi. Kami berada di jalan raya menuju neraka iklim dengan kaki kami masih menginjak pedal gas," tuturnya.
Dia menambahkan kondisi tersebut diperparah oleh perang di Ukraina dan sejumlah konflik geopolitik lainnya yang mengaburkan fokus terhadap perubahan iklim.
Menurutnya, kolaborasi memang diperlukan untuk meningkatkan upaya perdamaian dan mengakhiri "penderitaan luar biasa". Namun, perubahan iklim berada "pada garis waktu yang berbeda, dan skala yang berbeda."
Bahkan, imbuhnya, banyak konflik yang terjadi di seluruh dunia terkait dengan meningkatnya kekacauan iklim.
Hal itu bisa terlihat dari perang Ukraina yang dinilainya mengungkap "risiko mendalam dari kecanduan bahan bakar fosil" dan krisis hari ini. Guterres menegaskan kondisi itu bukan alasan untuk mundur dari komitmen untuk menekan emisi karbon.
Terkait hal tersebut, Guterres menekankan solusi utama dari perubahan iklim tersebut adalah melalui tindakan nyata.
"Ilmunya jelas: Harapan apa pun untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat berarti mencapai emisi nol bersih global pada tahun 2050," katanya.
Referensi ke 1,5 derajat mengacu pada Perjanjian Paris 2015, yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat celcius dibandingkan dengan tingkat praindustri.
"Negara-negara maju harus memimpin, tetapi negara-negara berkembang juga penting untuk membengkokkan kurva emisi global," tambahnya.
Dia pun menyerukan menyerukan pembentukan Pakta Solidaritas Iklim antara negara maju dan berkembang, dan terutama negara maju dan berkembang.
Pakta itu akan mendorong negara-negara melakukan upaya ekstra untuk mengurangi emisi dekade ini dan juga mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil dan pembangunan pembangkit listrik batu bara baru.
Guterres sebelumnya telah menyerukan penghentian penggunaan batu bara, bahan bakar fosil yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
[-]
-
'Kiamat' Es Kutub Nyata, Kota-Kota Asia Tenggara dalam Bahaya(luc/luc)
Sentimen: negatif (88.9%)