Sentimen
Netral (44%)
15 Apr 2023 : 13.21

Penentuan Capres-Cawapres Koalisi Besar Diprediksi Makan Waktu Lama

15 Apr 2023 : 13.21 Views 2

Mediaindonesia.com Mediaindonesia.com Jenis Media: Nasional

Penentuan Capres-Cawapres Koalisi Besar Diprediksi Makan Waktu Lama

PENENTUAN calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Koalisi Besar diramal berjalan alot. Sebab, ada dinamika kepemimpinan di koalisi partai politik yang diisukan bakal terbentuk itu.

“Diskusi (penentuan capres-cawapres) pasti bakal lama," kata pengamat politik Hendri Satrio dalam keterangan yang dikutip pada Jumat (14/4).

Menurut dia, ada faktor yang dapat mempercepat penentuan calon yang diusung koalisi tersebut. Yakni, campur tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: KPP Siapkan Strategi Umumkan Cawapres Anies Baswedan

"Kecuali jika ada instruksi dari Pak Jokowi ya diskusi selesai. Tapi jika instruksi itu tidak dilihat dan ketum partai merasa independen ya bakal lama diskusinya,” ujar Hendri.

Campur tangan Jokowi, kata dia, dimungkinkan. Sebab, Jokowi merupakan sosok yang mengakui isu pembentukan koalisi besar usai pertemuan para ketua umum partai politik belum lama ini.

Baca juga: Demokrat Percayakan Anies untuk Pilih Cawapres

Menurut Hendri, meski Jokowi tak mengakui ambil andil dalam rencana pembentukan koalisi itu, namun kekuatan politiknya masih sangat besar. 

"Artinya para ketum partai masih melihat Jokowi sebagai sentral dari pemerintahan yang kuat di 2024 dan setelahnya," kata Hendri.

Di sisi lain, dia menakar potensi terbentuknya koalisi tersebut. Menurut Hendri, Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal memengaruhi pembentukan Koalisi Besar.

"Selain itu, koalisi besar sulit terbentuk jika para ketua umum partai menyadari independensi mereka masing-masing, yakni sebagai ketum partai yang independen alias tidak bisa diatur-atur,” kata Hendri.

Dia juga membeberkan ada dinamika di luar penentuan capres-cawapres koalisi itu. Khususnya, jika partai merasa tidak mendapatkan jatah sebagaimana yang dijanjikan.

Dampaknya, kata dia, partai politik yang bergabung memutuskan untuk keluar dari koalisi. Kemudian, pindah ke koalisi atau kelompok lainnya.

“Apa indikasinya? Misalnya, tadinya ketumnya sudah digadang-gadang jadi cawapres, tapi kemudian gara-gara koalisi besar itu, berganti cawapresnya bukan ketum dari partai yang sudah dijanjikan,” pungkas Hendri. (MGN/Z-7)

Sentimen: netral (44.4%)