Sentimen
Positif (47%)
11 Apr 2023 : 12.00

Siapa Kekuatan di Belakang Firli, Pasti Presiden, Tidak Ada yang Lebih Kuat dari Itu

Oposisicerdas.com Oposisicerdas.com Jenis Media: News

11 Apr 2023 : 12.00
Siapa Kekuatan di Belakang Firli, Pasti Presiden, Tidak Ada yang Lebih Kuat dari Itu

Kasus pemberhentian Direktur Penyelidikan KPK, Brigjen Endar Priantoro, oleh pimpinan KPK, Firli Bahuri, semakin panas. Keadaan menjadi semakin panas setelah pagi tadi akses Brigjen Endar Priantoro untuk masuk ke gedung Merah Puith benar-benar ditutup sehingga tidak bisa masuk. Selain itu, rencananya siang ini juga akan ada unjuk rasa di gedung merah putih yang dilakukan oleh sejumlah mantan pimpinan KPK serta mantan pegawai KPK yang disingkirkan lewat tes wawasan kebangsaan oleh Firli Bahuri.

Menanggapi peristiwa ini, Rocky Gerung mengatakan bahwa agaknya pintu untuk perubahan besar-besaran sudah terbuka. Menurut Rocky, walaupun pintu KPK tertutup, tetapi pintu perubahannya justru terbuka karena semua orang melihat bahwa KPK adalah sarang dari pencaloan politik dari awal, sarang dari upaya untuk mendiskreditkan beberapa tokoh dari beberapa tahun lalu.

“KPK ini kan sarang, sarang dari pencaloan politik dari awal, sarang dari upaya untuk mendiskreditkan beberapa tokoh dari beberapa tahun lalu. Sekarang dia jadi semacam tempat orang menumpahkan segala macam kejengkelan, karena nilai KPK itu kan tadinya betul-betul sempurna, 10, pada waktu dibuat, kita dukung sama-sama. Lalu dia mulai berubah menjadi institusi yang dipergunakan oleh beberapa partai politik untuk menjegal lawan politiknya,” ujar Rocky Gerung dalam diskusi di Kanal You Tube Rocky Gerung Official edisi Senin (10/4/23) bersama Hersubeno Arief, wartawan senior FNN.

Yang menjadi pertanyaan, kata Rocky, apakah Firli sedemikian jagoan, sedemikian hebat, dan sedemikian kuat sehingga dia bisa masuk ke segala ranah, mengacak-ngacak satu kasus dan dibuat sedemikian rupa supaya kasus itu tetap diperhatikan publik, menarik perhatian publik, tiba-tiba di ujungnya ada semacam pemberontakan moral, pemberontakan etik dari teman-teman di KPK yang merasa bahwa Firli keterlaluan.

“Enough is enough dan itu yang akan membuka pintu yang lebih besar untuk mengetahui siapa sebetulnya kekuatan di belakang Pak Firli. Ya, pasti presiden dan nggak ada yang lebih kuat dari itu kan?” ungkap Rocky.

Menurut Rocky, Firli sedang menjalankan satu operasi, satu strategi politik yang memanfaatkan KPK sebagai lembaga yang sangat tangguh untuk menjebak orang, menangkap, dan  segala macam. Dan jika ada yang bertanya untuk apa skenario itu dilakukan maka tidak ada yang bisa dijawab kecuali jawaban final bahwa presiden memerlukan KPK untuk bermain politik. Hanya itu jalan pikirannya.

Rocky juga mengatakan bahwa di mata publik, di dalam alam bawah sadar publik, KPK dianggap betul-betul menjadi  lembaga yang berada di ketiak Presiden, dikendalikan oleh Presiden, bahkan undang-undangnya sudah berubah menjadi bukan lagi lembaga yang independen, tapi lembaga yang bisa dialihkan menjadi peralatan presiden.

“Kita mau tuduh itu secara akademis, bukan tuduh secara politis. Karena kalau analisis yang kita buat, ya nggak ada cara lain untuk menganggap KPK ini adalah salah satu peralatan paling kuat dari Presiden saat ini. Demikian juga Kejaksaan, tapi Kejaksaan belum bisa dipengaruhi sekuat KPK,” tegas Rocky.

Menurut Rocky, ketergantungan Firli pada skenario inilah yang membuat dia menjadi bingung mau berbuat apa. Tetapi, Firli juga cerdik sehingga dia masih melakukan pembelaan atau strategi zig zag meski suatu waktu dia akan terjebak dan akan ditagih sebenarnya dia bermain untuk siapa.

Terkait dengan Anies Baswedan, Rocky beranggapan bahwa Anies menjadi blessing in disguise, menjadi semacam simbol untuk menentukan yang mana sebetulnya sedang bermain politik dan yang mana yang sekadar disuruh-suruh untuk menjegal Anies.

Mestinya, kalau Anies ada problem, diselesaikan saja betul-betul di dalam kasusnya sendiri, yaitu formula E. Tetapi, kalau formula E ini dikaitkan dengan pencalonan Anies sebagai presiden, itu berbahaya. Kita ingin di dalam demokrasi ada persaingan antara Anies dan Ganjar, Anies dan Prabowo, atau Prabowo dan Ganjar, dan yang lain.

“Jadi, biarkan lapangan politik itu diasuh oleh logika politik, jangan dipakai sebagai upaya untuk sekadar menyelamatkan seseorang dan menjebak seseorang melalui kasus hukum. Itu yang ingin kita hindari,” saran Rocky.

Foto: Kolase Presiden Joko Widodo dan Rocky Gerung/Net

Sentimen: positif (47.1%)