Nasional Kelompok Radikal Berpotensi Manfaatkan Tren Media Sosial Pusat Pemberitaan
RRi.co.id Jenis Media: Nasional
KBRN, Jakarta: Kelompok radikal saat ini dinilai dapat memanfaatkan tren di media sosial (medsos) untuk mengembangkan organisasinya. Hal itu dikatakan Kepala Densus 88 AT Polri, Irjen Marthinus Hukom.
"Mereka menggunakan tren yang berkembang, isu yang menjadi tren lalu mereka menumpang di tren itu. Tujuannya untuk menyasar orang-orang yang mengikuti tren," katanya saat berdialog dengan RRI Pro 3, Selasa (4/3/2023).
Menurutnya, fenomena ini sangat luar biasa sekali. Apalagi jika dilihat dari bagaimana kelompok radikal membaca perkembangan sosial di masyarakat.
"Mereka menggunakan itu semua untuk rekrutmen. Pola organisasi, pergerakan, hingga perekrutan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi informasi," katanya kembali.
"Rekrutmen itu menyasar sampai kepada siapapun yang menggunakan media sosial. Bahkan kalau mau dikata orang yang baru bangun tidurpun tiba-tiba bisa direkrut sama jaringan terorisme," ujarnya lebih lanjut.
Tentu dengan adanya pola ini, Tim Densus 88 Polri turut mengalami perubahan agar lebih efektif memantau jaringan radikal. Yakni dengan pendekatan hukum dan pendekatan soft approach (pendekatan lunak).
Hal ini seperti dijelaskan dalam UU Nomor 5 tahun 2018 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme. "UU yang menurut kami cukup efektif dengan berisi dua pendekatan," katanya.
Selanjutnya, kata dia, apa yang dilakukan pihaknya adalah melakukan analisa mendalam. Tujuannya untuk melihat segala fenomena terorisme, mulai dari strategi hingga pola pergerakannya.
"Maka kita dapat pahami bahwa strategi mereka adalah bagaimana memanfaatkan basic narasi yang sudah ada di masyarakat. Contoh tentang kemiskinan, konflik, atau bahkan isu politik, dan itu bisa dimainkan," katanya.
Sentimen: positif (49.2%)