Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Senayan
Tokoh Terkait
HEADLINE: Sinyal Golkar Bergabung ke Koalisi Perubahan, Peta Politik Berubah Jelang 2024?
Liputan6.com Jenis Media: News
Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menghadiri acara buka puasa bersama yang digelar NasDem pada Minggu, (26/3/2023) lalu.
Dalam acara tersebut dihadiri elit partai dari Koalisi Perubahan seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Calon Presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan, perwakilan PPP yaitu Waketum PPP Rusli Effendi, Kader Senior Partai Golkar Jusuf Kalla dan Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi.
Dalam kesempatan tersebut, politikus senior Partai Golkar Jusuf Kalla memberikan arahan kepada Airlangga agar partainya bergabung ke Koalisi Perubahan.
Diketahui, Golkar merupakan bagian dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sementara NasDem bersama PKS dan Demokrat membentuk Koalisi Perubahan.
Sinyal Partai Golkar akan bergabung dengan Koalisi Perubahan dan membentuk koalisi besar pun muncul dari pernyataan Airlangga usai buka bersama. Airlangga mengatakan, tinggal tunggu kapan mainnya koalisi besar tersebut.
"Koalisi besar di mana-mana menguntungkan Indonesia, jadi kita tunggu tanggal mainnya," ujarnya.
Sinyal Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan ini dinilai memiliki pesan politik untuk PAN dan PPP.
"Saya melihat hadirnya Golkar kemarin juga merupakan teguran kepada PAN dan PPP yang seolah tidak konsisten di KIB, apalagi secara kursi DPR mereka jauh di bawah Golkar," kata Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago kepada Liputan6.com di Jakarta.
Sebab selama ini, kata Arifki, PAN dan PPP secara terang benderang mendukung orang-orang di luar KIB sebagai calon presiden. PAN yang dalam beberapa kesempatan mewacanakan dukungan kepada Ganjar Pranowo-Erick Thohir dan PPP juga kerap mendengungkan Sandiaga Uno sebagai calon presiden.
"Namun saat Golkar mulai bergerak, seakan mereka (PAN PPP) panik dan menyinggung janji suci KIB. Padahal yang memulai, kalau menurut saya mereka," ujarnya.
Jadi, kata Arifki, ini adalah tantangan PAN dan PPP apakah tetap berkomitmen berada dalam Koalisi Indonesia Bersatu. "Apalagi sekarang PPP hadir Gus Romy (Romahurmuziy) yang kerap mendekat ke partai lain dan bukan berbicara soal potensi kader internal KIB yang tidak kunjung muncul," ujarnya.
Golkar, kata Arfki, bukan bagian dari Koalisi Perubahan tapi hadirnya Airlangga dalam buka bersama dengan para elit Koalisi Perubahan bisa ikut mengubah konstelasi politik 2024.
"Saya melihat kalau Golkar ini partai yang diterima oleh semua kalangan. Artinya kalau kita lihat beberapa pemberitaan bahwa PAN dan PPP memprotes soal 'janji suci' ini menunjukkan kekhawatiran mereka jika Golkar akan medukung capres lain di luar KIB. Tapi untuk Golkar hal itu sepertinya tidak terlalu mengkhawatirkan jika mendukung calon lain mengingat Golkar adalah partai nomer 3 di Parlemen sedangkan PAN dan PPP jauh di bawahnya," ujar Arifki.
Sementara Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing justru menilai pertemuan Airlangga dan elit Koalisi Perubahan dalam acara buka bersama bukan berarti Golkar akan bergabung dengan Nasdem, PKS dan Demokrat.
"Ini sangat cair, tidak bisa kita prediksi karena koalisi berdasarkan pragmatis, bukan ideologis. Pragmatis pasti cair tidak ada jaminan bahwa Nasdem, Demoktat, dan PKS bersama Golkar jadi koalisi," kata Emrus kepada Liputan6.com.
Menurut Emrus, pertemuan silaturahmi merupakan pertemuan yang santai dan informal, sehingga kemungkinan elit partai tersebut membahas sesuatu yang bersifat umum dan terbuka. Apalagi acara buka bersama tersebut juga dihadiri oleh media.
"Kemarin saya melihat itu komunikasi publik dan informal, sehingga dapat dikatakan tidak ada jaminan Golkar bakal gabung Koalisi Perubahan. Sangat cair," kata dia.
Emrus menilai sulit Golkar bergabung dengan Koalisi Perubahan. Sebab Golkar sendiri sudah mencalonkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden sementara Koalisi Perubahan mencalonkan Anies Baswedan.
"Negosiasinya bakal ketat, dua-duanya capres. Negosiasi kalau mereka terjadi sangat alot," kata dia.
Ia pun memprediksi Airlangga tak akan bersedia menjadi calon wakil presiden Anies Baswedan. Sebab, Partai Golkar merupakan partai terbesar ketiga setelah PDIP dan Gerindra. Sementara Anies tidak memiliki partai dan merupakan tokoh capres yang tidak memiliki daya tawar tinggi.
"Airlangga tidak akan menjadi cawapres Anies, karena bukan orang partai, ada semacam pride harga diri," ujarnya.
Emrus menilai lebih masuk akal jika Golkar bergabung dengan PDIP serta PAN, PPP dan PKB membentuk koalisi besar. Mengingat tidak ada sejarahnya Partai Golkar berada di luar pemerintah.
"Maka Golkar pasti akan bergabung dengan partai atau calon presiden yang memiliki peluang besar untuk menang," ujar dia.
Ditambah lagi, Airlangga akan lebih legowo jika menjadi cawapres dari calon yang diusung PDIP. Mengingat suara PDIP kebih besar dari Golkar.
Kecil Peluang Golkar Gabung ke Koalisi PerubahanPakar Komunikasi Politik Jamaluddin Ritonga menilai peluang Golkar untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan sangat kecil. Sebab pertama, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto merupakan loyalis Joko Widodo. Karena itu, ke mana Golkar akan berlabuh sangat ditentukan siapa capres yang akan didukung Jokowi.
"Dilain pihak, Jokowi sangat kecil peluangnya akan mendukung Anies Baswedan. Atas dasar itu, peluang Golkar ke Koalisi Perubahan sangat kecil," kata Jamaluddin kepada Liputan6.com.
Kedua, kata Jamaluddin, Airlangga bakal sulit dipilih menjadi calon wakil presiden Anies Baswedan sebab elektabilitasnya masih sangat rendah. Bahkan elektabilitas Airlangga jauh dibawah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Karena itu, AHY jauh lebih berpeluang mendongkrak elektabilitas bila dipasangkan dengan Anies. Peluang Airlangga menjadi cawapres semakin kecil karena untuk mendongkrak elektabilitasnya sangat sulit. Airlangga dilihat dari marketing politik memang sulit dijual," ujarnya.
Jajaki Koalisi dengan Nasdem
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengaku jika Ketua Umum Airlangga Hartarto memang kerap berbincang empat mata dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Doli mengatakan, pembicaraan tersebut membahas soal kemungkinan untuk bekerja sama pada Pemilu 2024 mendatang. Sebab, saat dimungkinan jika sering menjalin silaturahmi akhirnya membentuk kesamaan visi maupun platform.
"Memperdalam kemungkinan-kemungkinan untuk bisa melakukan kerja sama," kata Doli, saat ditemui di Gedung Nusantara II DPR R, Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Doli menjelaskan, dalam membangun kerja sama tidak bisa dilakukan hanya dengan sekali pertemuan. Dia menyebut ada banyak hal yang mesti didiskusikan untuk menyamakan visi dan platform.
Dia pun bercerita bagaimana Airlangga saat hendak bermitra dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam Koalisi Indonesia Bersatu.
Dia mengatakan partainya membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk menjajaki komunikasi dengan semua parpol, sebelum akhirnya berkoalisi dengan PAN dan PPP.
“Ini juga sama, proses itu tetap sama seperti proses-proses sebelumnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan setiap parpol ingin memenangkan kontestasi Pemilu 2024. Doli mengaku, jika Partai Golkar tidak bisa bekerja sendiri, apalagi untuk kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Oleh sebab itu, dia mengatakan Golkar tengah mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya agar bisa memenangkan Pilpres.
“Mengumpulkan energi itulah sebagaimana sebanyak-banyaknya parpol bisa bergabung bersama koalisi kami,” imbuh doli.
Sentimen: positif (100%)