Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Brompton
BUMN: PT Asuransi Jiwasraya, Garuda Indonesia
Event: Pilkada Serentak
Tokoh Terkait
AHY Disebut Sulit Tandingi Erick Thohir Sebagai Cawapres
Mediaindonesia.com Jenis Media: Nasional
DIREKTUR Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai pengaruh presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2024 tidak begitu kuat, apalagi dengan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Hal itu dikatakan Qodari merespon polemik soal nama menteri BUMN Erick Thohir sebagai cawapres terkuat di Pilpres 2024. Ada pengamat lain yang membandingkan nama Erick dengan AHY sebagai cawapres terkuat, sebab AHY merupakan anak mantan presiden dan memiliki partai politik.
Menurut Qodari, tidak bisa membandingkan nama sekaliber SBY dengan AHY dan Erick Thohir dengan AHY. Pasalnya, mereka memiliki latar belakang pengalaman dan nasib yang berbeda. Misalkan antara SBY dan AHY, keduanya punya profil yang berbeda baik dalam pemerintahan maupun karir di militer.
Baca juga: Koalisi Perubahan Pendukung Anies Baswedan Kian Kokoh
“Pertama, SBY bukan AHY dan AHY bukan SBY. Memang keduanya pernah Ketum Partai Demokrat, walaupun harus dikatakan juga bahwa AHY itu bisa jadi Ketum Demokrat karena faktor Pak SBY. Sementara Pak SBY jadi Ketum Demokrat karena faktor dirinya sendiri,” kata Qodari saat dihubungi, Jumat (24/3).
Kedua, kata Qodari, profil SBY dengan AHY sangat jauh berbeda. Sehingga tidak bisa disamakan, misalkan SBY punya latar belakang militer sebagai jenderal, sementara AHY mentok sampai mayor.
"Kemudian Pak SBY pernah jadi menteri, AHY gak pernah menteri. SBY bertarung di pemilihan langsung, dia menang dua kali, AHY bertarung di pilkada kalah putaran pertama pada 2017,” ungkapnya
Baca juga: Polemik Erick Thohir Cawapres Terkuat di Pilpres 2024
Dasar ini, kata Qodari, membuat publik menilai SBY berbeda dengan AHY dan tidak bisa disamakan keduanya. Bahkan, pengaruh SBY juga tidak memberikan dampak signifikan kepada AHY.
“Jadi persepsi orang kepada AHY tidak bisa disamakan dengan persepsi orang ke SBY. Elektabilitas AHY tidak mungkin sama dengan elekrabilitas SBY," jelas Qodari
Lanjut Qodari, dalam survei Indo Barometer, nama Erick Thohir muncul sebagai cawapres terkuat di Pilpres 2024 karena meraih elektabilitas tinggi di antara nama yang lainnya. Maka, membandingkan Erick Thohir dengan AHY, menurutnya, kurang tepat karena profil keduanya berbeda.
Pasalnya, variabel penunjang peningkatan elektabilitas Erick Thohir terdongkrak oleh kinerja cemerlangnya di BUMN.
Qodari mencontohkan, dalam beberapa tahun terakhir ini, Erick berhasil mengukir prestasi dengan menindak tegas para koruptor di tubuh BUMN, dari Garuda hingga Jiwasraya.
“Kemudian kalau bicara Erick Thohir tidak seperti AHY. Erick Thohir sudah menjabat menteri BUMN, kemudian hasil-hasil kerjanya sudah kelihatan menindak tegas penyelundupan Harley dan Brompton di pesawat Garuda oleh direksi Garuda, kemudian menindak tegas penyalahgunaan di Jiwasraya, bahkan dana dari nasabah itu diupayakan untuk dikembalikan. Ini terobosan, biasanya cuma ditindak tegas tetapi tidak dikembalikan,” jelasnya.
Lebih jauh, kata Qodari, BUMN di tangan Erick Thohir mampu meningkatkan laba dari tahun ke tahun.
Menariknya lagi, dalam kerja-kerja sosial di BUMN, Erick Thohir melibatkan Nahdlatul Ulama (NU) dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan pesantren demi kemandirian dalam ekonomi.
“Lalu tren laba BUMN juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, itu kan semua prestasi ditambah kegiatan kegiatan Erick Thohir yang juga melibatkan 'kolam suara' yang besar misalnya NU," papar Qodari
Qodari menjelaskan, meskipun posisi AHY sebagai ketua umum partai, tetapi dalam konteks basis suara, Erick Thohir saat ini sudah jadi bagian keluarga Nahdliyin, sehingga anggota kehormatan Ansor/Banser itu punya basis massa yang luar biasa.
"Ya memang AHY Ketua Partai Demokrat tapi kalau kita melihat organisasi partai dan ormas dalam konteks sebagai kolam suara, NU juga tidak kalah besarnya bahkan lebih besar. Berbagai riset menunjukkan bahwa yang menjadi anggota NU kalau disurvei itu angkanya 40-an persen ke atas, jadi besar sekali,” ungkapnya.
Faktor lain yang membuat elektabilitas Erick Thohir jauh dari AHY adalah, Erick Thohir saat ini menjabat Ketua Umum PSSI yang memiliki basis dukungan yang besar dan luas. Namun, buat Qodari, sosok capres atau cawapres harus memiliki pengalaman di pemerintahan.
“Kemudian sekarang Erick Thohir juga aktif di PSSI yang juga punya pendukung yang luas karena sepakbola adalah olahraga paling populer di Indonesia. Tetapi poin terbesarnya adalah ketika kita bicara Pilpres, maka posisi presiden dan wakil presiden itu seyogyanya ditempati oleh mereka yang punya pengalaman senior di pemerintahan,” paparnya.
“Dan, menurut saya, pengalaman di pemerintahan itu identik dengan jabatan menteri, atau misalnya pimpinan di DPR, di lembaga legislatif. Jadi dalam konteks itulah kemudian AHY ini punya problem atau kendala terbesar, yaitu ada pada track record pengalaman pemerintahannya yang sangat terbatas, pernah di militer tetapi sebatas mayor,” jelasnya lagi.
Qodari juga menyinggung soal duet antara Anies Baswedan dan AHY yang belum juga jelas, karena Partai Demokrat sendiri meminta agar Anies memilih AHY sebagai cawapres, sementara PKS sendiri mau mengusulkan kader mereka untuk mendampingi Anies Baswedan sebagai Cawapres di Pilpres 2024.
“Inipun dalam konteks calon Anies Baswedan menurut saya rumit, kerumitan pertama itu karena Demokrat mengusulkan AHY sebagai cawapres, tetapi PKS juga mengusulkan nama lain misalnya Aher sebagai cawapres. Kalau AHY dipilih sebagai cawapres, mungkin PKS lari atau sebaliknya, biasanya kalau terjadi situasi seperti ini maka kemudiam capresnya mencari calon lain yang notabenenya bukan orang partai agar bisa lebih diterima oleh kedua belah pihak,” paparnya.
Bahkan, soal sosok cawapres pun Anies Baswedan dengan terang-terangan mengakui punya kriteria tersendiri, artinya peluang untuk berpasangan dengan AHY sangat kecil karena kriteria-kriteria tersebut belum dipenuhi oleh AHY.
“Kedua Anies pernah mengatakan dia punya kriteria pemenangan yang saya ingat dan relevan atas pertanyaan ini adalah soal pemenangan dia ingin calon yang bisa membantu pemenangan. Mungkin Mas Anies itu khawatir ya kalau wakilnya AHY, maka nanti akan diserang oleh minimnya pengalaman di pemertintahan sehingga dianggap tidak layak untuk memimpin menahkodai kapal yang sangat besar bernama bangsa indonesia,” bebernya.
Menurut Qodari, Anies juga akan menimbang kekhawatiran dari para senior TNI yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan psikologis, kalau misalnya AHY yang menjadi cawapres dan nanti ketemu dengan Panglima TNI dan petinggi TNI lainnya.
“Tentu ini kita tidak hanya melihat sesuatu dari segin formal tapi kita melihat dari segi informal. Bahkan mohon maaf sekretaris militer itu sendiri ya presiden dan wapres kan, itu pangkatnya setahu saya kan bintang dua Mayjen, jadi kendala-kendala itu kemudian AHY punya,” pungkasnya. (RO/Z-1)
Sentimen: positif (100%)