Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: iKON
Kab/Kota: bandung, Magelang
Kasus: Maling
Tokoh Terkait
57 Tahun Pikiran Rakyat, Mang Ohle Berubah tetapi Tak Kehilangan Falsafah
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Masih tetap dengan kopiah hitam dan kumis ala Charlie Chaplin, beberapa waktu yang lalu Mang Ohle hadir dengan tampilan lebih segar. Ia mengenakan kemeja putih dan jas biru dilengkapi dasi merah.
Dalam tampilannya yang lain, Mang Ohle yang biasanya mengenakan sarung motif kotak, kini muncul dengan kemeja motif kotak dengan nuansa biru dan merah muda. Dengan senyum simpul di bawah kumisnya, ia seringkali terlihat memegang laptop dan telepon seluler.
Itulah penggambaran figur Mang Ohle yang bisa dilihat di media sosial Pikiran Rakyat. Bila figur itu hidup, Mang Ohle mungkin tidak membayangkan ketika ia "lahir" 60-an tahun silam, akan tetap hidup di dunia yang dipenuhi teknologi dan gawai canggih. "Medsos? Tuangeun anyar eta teh? (Medsos? Itu jenis makanan baru, ya?)". Mungkin kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mang Ohle.
Baca Juga: Maskot Pikiran Rakyat Mang Ohle di Jagat Digital, Moksa atau Meraga Maya?
Di koran Pikiran Rakyat, Mang Ohle memang sering mempertahankan eksistensinya dengan kaus oblong hitam, sarung motif kotak, serta kopiah dan sandal bakiak. Tetapi, ia beberapa kali juga tampil dalam konteks kekinian seperti mengendarai motor gede karena sedang mengungkapkan pesan cynical terkait peristiwa hukum berkaitan dengan anak pegawai pajak beberapa waktu lalu.
Mang Ohle, dengan figurnya yang bersahaja dan mewakili masyarakat menengah ke bawah yang berwawasan luas dan kritis, memang seakan menjembatani itu semua. Mayoritas masyarakat yang hidup sederhana, tapi kritis melihat kondisi bangsa serta sudah mulai beradaptasi hidup berdampingan dengan teknologi.
Tidak jauh berbeda, kondisi itu pula yang nyata terjadi di industri media massa, termasuk Pikiran Rakyat. Shifting atau perpindahan platform dibarengi dengan adaptasi teknologi beberapa tahun ke belakang. Namun, spirit atau identitas tidak berubah dan tidak perlu diubah.
Baca Juga: Pikiran Rakyat Raih Gold Winner IPMA 2021 Berkat Foto Aerial Panoramics 360
Mang Ohle yang Lugu, tapi Berwawasan LuasSejak kelahirannya, figur Mang Ohle tampak mewakili masyarakat kebanyakan yang merupakan kelas menengah ke bawah. Ia seperti masyarakat kebanyakan yang lugu, tapi berpengetahuan dan berwawasan luas karena selalu membarui informasi melalui media massa. Itulah yang juga membuatnya kritis dalam merespons setiap peristiwa atau fenomena.
Menurut Ahmad Nada, mantan Redaktur Perwajahan koran Pikiran Rakyat yang juga meneliti tentang karikatur Mang Ohle, sosok maupun karakter Mang Ohle mewakili karakter Pikiran Rakyat. Ia sederhana, bersahaja, santun, cerdas, suka mengkritik, tapi tidak meledak-ledak.
"Eksekusi desain oleh para penggambar Mang Ohle representatif mewakili karakter koran Pikiran Rakyat, sehingga terbukti mampu bertahan dari awal diciptakan hingga saat ini. Koran Pikiran Rakyat yang dulu kerap disebut koran 'pelat merah', 'koran pemda', 'koran iklan', cenderung cari aman, selamat, santun, dan tidak meledak-ledak. Itu berjalan seiringan dengan karakter Mang Ohle yang santun, lugu, namun cerdas. Karakternya seperti Si Kabayan," tuturnya.
Dari tampilannya, Mang Ohle kerap bersarung, berkopiah, memiliki tubuh gemuk dan usia yang cenderung tua. Itu menggambarkan representasi karakter bapak-bapak urang Sunda yang kerap sabar dan selalu menerima keadaan. Meski rakyat kecil yang terlihat lugu, tapi memiliki kecerdasan, pengetahuan, wawasan, dan cakrawala berpikir yang luas.
Baca Juga: 'Delete' Koruptor, PRMN Populerkan Maling Uang Rakyat, Rizal Ramli: Pikiran Rakyat Keren Abis
Ia juga kritis menunjukkan "kebenaran", sehingga tampak bijak. Mang Ohle memang sering menyindir, tapi tidak membuat marah orang yang disindir karena disampaikan tidak dengan gaya yang meledak-ledak. Mang Ohle juga kerap memberikan ide sekaligus solusi kepada pejabat dan masyarakat.
Seperti di satu edisi tahun 2006, karikatur Mang Ohle, Bi Ohle, dan kedua anaknya menampilkan autokritik ke masyarakat Kota Bandung saat kotanya berulang tahun ke-196. "Apa yang telah kita lakukan untuk kemajuan Kota Bandung ya.. Bi?!"
Kilas balik ke awal "kelahiran" Mang Ohle pada tahun 1955, Nada mengatakan, sosok ini tidak selalu mengenakan sarung, bercangklong, dan sandal bakiak. Tetapi, dia sudah berpeci dan sudah berkumis ala Charlie Chaplin atau Hitler, serta tubuhnya yang lumayan gemuk.
Bersama Mang Ohle, ada Bi Ohle dan kedua anaknya, Ujang dan Nyai. Mang Ohle hadir di Pikiran Rakyat lewat diskusi hangat di rapat redaksi saat Sakti Alamsyah menjadi Pemimpin Redaksi. Penggambar pertama karakter Mang Ohle adalah Teddy M.D (nama aslinya Sutedjo), seorang perwira AURI (TNI AU) yang berpangkat Letnan Muda Udara. Ia menyambi di Pikiran Rakyat seusai jam kantor.
"Informasi yang saya dapat, Pak Sutedjo terakhir menetap di Magelang. Pada masa Teddy M.D, ide gambar sering datang dari Sakti Alamsyah, Pemimpin Redaksi “PR” saat itu," sebut Nada mengimbuhkan.
Pada tahun 1963, penggambar Mang Ohle berganti tuan kepada Soewardi Nataatmadja yang menggambar karakter ini hingga tahun 1983. Saat itu, ide karikatur Mang Ohle sering dibantu oleh Sarbini yang saat itu menjabat sebagai Redaktur Luar Negeri. Di era inilah, Mang Ohle mulai dipakemkan untuk hadir dengan kopiah hitam, sarung, cangklong, dan bakiak.
Periode 1983-1985, karakter Mang Ohle digambar oleh T. Sutanto dan sempat pula oleh Tatta Sukmara yang lebih dikenal sebagai Tatta Essas, seorang ilustrator senior yang merupakan pencipta karakter Ki Ohi di Tabloid Hikmah Grup PR. Setelahnya, ikon kartun Pikiran Rakyat itu dibuat Didin D. Basoeni. Ia mempertahankan karakter Mang Ohle hingga beliau wafat pada 17 Desember 2016.
Nada mengatakan, setelah Didin wafat, ilustrator Mang Ohle tidak dipegang secara khusus oleh satu orang ilustrator, tapi dibuat secara bergantian oleh para ilustrator internal Pikiran Rakyat. Sekarang, untuk karikatur di koran, kreasi pesan dari Mang Ohle dibuat oleh budayawan Hawe Setiawan.
Sebagai ikon karikatur media yang populer, Mang Ohle mendapatkan apresiasi bersama beberapa tokoh kartun media lainnya. Pada 13 Maret 2000, Mang Ohle dipilih menjadi desain prangko dalam penerbitan bertajuk Tokoh Kartun. Selain Mang Ohle, ada Panji Koming (Harian Kompas), Pak Tuntung (Harian Analisa Medan), Pak Bei (Harian Suara Merdeka), dan I Brewok (Bali Post).
Perubahan yang RelevanPada era yang berbeda, Nada mengatakan, Mang Ohle pun mengalami perubahan pada bagian detail karakter yang tidak terlalu penting. Contohnya, motif sarung Mang Ohle ala Soewardi, T. Soetanto dan Tata Essas relatif mirip, namun berbeda dengan motif sarung ala Didin.
Oleh karena itu, karakter Mang Ohle seharusnya tidak perlu diganti. Apalagi, sosok ini telah menjadi ikon bagi Pikiran Rakyat. Meski hanya muncul di edisi hari Sabtu, ia masih selalu dicari.
"Masih relevan, karakternya tidak perlu diganti, namun perlu beberapa penyesuaian ketika Mang Ohle tampil di tempat publik dan wilayah tertentu. Pakaiannya menyesuaikan keadaan lingkungan dan perkembangan zaman. Ketika di rumah sakit, bioskop, bank dan kantor pemerintahan, Mang Ohle sudah tidak pantas lagi berkaus oblong, sarung dan memakai bakiak," kata Nada.
Bahkan, karena ada perubahan gaya antargenerasi, Mang Ohle pun tidak perlu melulu jadi tokoh utama. Di konten tertentu, Bi Ohle, Ujang, atau Nyai bisa menjadi tokoh utama dalam penyampaian pesan.
Menurut Nada, di tengah perkembangan perubahan transformasi media dari cetak ke digital, dan berubahnya kebiasaan membaca masyarakat, Pikiran Rakyat harus mengikuti perkembangan zaman. Kartun dan karikatur berbasis digital bisa dibuat dengan pendekatan gambar yang modern, minimalis, dan renyah sehingga mudah diterima anak muda.
Tampilan bisa berbubah sesuai relevansi zaman, tetapi karakter kepribadian Mang Ohle tetaplah sama. Ia bisa tetap hadir menggugah pikiran pembacanya, membuka dialog, atau memancing alternatif solusi di luar formalitas kekuasaan.
Citra diri Pikiran Rakyat pun tetap merasuk di dalam diri Mang Ohle. Ada kesederhanaan, tapi ada kecerdasan. Dia berwawasan, tapi dia bisa mengkritik dengan halus dan elegan. Mang Ohle membuat masyarakat bisa terus berkata, "Ingat Mang Ohle, ingat Pikiran Rakyat. Ingat Pikiran Rakyat, Ingat Mang Ohle."***
Sentimen: positif (100%)