Sentimen
Negatif (96%)
21 Mar 2023 : 15.45
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Kab/Kota: Purwakarta

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Siti Nadia Tarmizi

Siti Nadia Tarmizi

Firdaus

Firdaus

Kemenkes Ungkap Pemicu KLB Polio karena Anjloknya Cakupan Imunisasi, Menurun 50 Persen

21 Mar 2023 : 22.45 Views 2

Indozone.id Indozone.id Jenis Media: News

Kemenkes Ungkap Pemicu KLB Polio karena Anjloknya Cakupan Imunisasi, Menurun 50 Persen

INDOZONE.ID - Dr Siti Nadia Tarmizi selaku Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, cakupan imunisasi polio yang anjlok selama pandemi, menjadi pemicu Kejadian Luar Biasa (KLB) di sejumlah daerah.

Nadia menjelaskan, anjloknya imunisasi polio di masa pandemi COVID-19 turun sekitar 40--50 persen. Inilah yang menjadi penyebab KLB polio.

"KLB polio terjadi, karena sejak pandemi COVID-18 di tahun 2020, 2021, 2022, cakupan imunisasi dasar lengkap turun ke 40--50 persen. Selama berpuluh puluh tahun, itu 80--90 persen," katanya usai menghadiri agenda Penghargaan Penanganan Pandemi COVID-19 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2023).

Baca juga: Kasus Polio Terdeteksi di Purwakarta, Dinkes DKI Jakarta Tingkatkan Kewaspadaan

Dia menjelaskan, Indonesia sudah memasuki tahap eradiksi polio, di mana angka kasus harus ditekan sampai nol di seluruh daerah.

Namun akibat cakupan imunisasi polio yang turun, mengakibatkan imunitas kelompok yang telah dibangun berpuluh tahun lewat imunisasi rutin, kian melemah.

Kemenkes melaporkan, saat ini terdapat sejumlah kasus polio di Indonesia, di antaranya satu kasus di Purwakarta, Jawa Barat, dan tiga kasus di Pidie, Aceh.

"Pada 2020, Indonesia masih aman, karena herd immunitynya masih ada. di 2021 sudah turun, di tambah lagi ada anak baru yang lahir dan belum divaksinasi," katanya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi (ANTARA/Andi Firdaus)

Di tahun 2023, Kemenkes kembali menggencarkan program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Kemenkes sudah menyusun strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak, guna perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Pertama, menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin, termasuk polio, menjadi 14 vaksin. Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks.

Vaksin itu diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.

Baca juga: Imunisasi Ikhtiar Orangtua Lindungi Anak dari Penyakit Menular, Termasuk Polio

Target akselerasi program BIAN dan BIAS di Pulau Jawa-Bali mencapai 90 persen. Khusus di luar Jawa-Bali, berkisar antara 80 persen peserta.

"Kami lihat dulu cakupan vaksinasinya. Yang pasti kalau ada KLB langsung outbreak respons immunization (ORI), jadi seluruh anak langsung diberi vaksinasi," beber Nadia.

Adapun salah satu tantangan yang masih dihadapi dalam program BIAN dan BIAS adalah penolakan dari keluarga, seperti ketakutan pada efek samping, isu halal dan haram produk vaksin.

"Sebagian besar vaksin memang halal, tapi ada campuran measles rubella (MR) itu yang belum ada fatwanya. karena memang gak tersedia jenis vaksinnya," sambungnya.

Selain itu kata Nadia, ada juga informasi yang salah tentang vaksin untuk anak, di antaranya mengenai gambar hoaks dan lain sebagainya.

Artikel Menarik Lainnya:

Sentimen: negatif (96.9%)