Sentimen
88% orang pernah menyebarkan hoaks
Alinea.id Jenis Media: News
Sebanyak 88% orang pernah menyebarkan berita bohong atau hoaks meski sebatas meneruskan informasi yang diterimanya. Ini menunjukkan masih minimnya literasi digital.
Sementara itu, berdasarkan survei indeks literasi digital nasional 2021, yang diselenggarakan Kominfo dan Katadata Insight Center, Indonesia masuk kategori "sedang" dengan angka 3,49 dari 5.
Kepala Unit ICT Universitas Dipa (Undipa) Makassar, Erfan Hasmin, mengatakan, hoaks memiliki ciri-ciri tertentu. Misalnya, judul tulisannya provokatif dan sensasional demi memancing perhatian khalayak.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau memeriksa sumber informasi yang masih diragukan kebenarannya ke suatu situs berita. Hoaks diproduksi situs berita yang tidak populer.
"Hoaks memiliki dampak negatif, seperti menimbulkan perpecahan di masyarakat, menurunkan reputasi seseorang, hingga publik yang tidak lagi percaya akan sebuah fakta lantaran begitu seringnya terpapar hoaks," kata Erfan dalam keterangan, Selasa (14/3).
Erfan melanjutkan, hoaks adalah konten berupa teks, gambar, suara, video, atau gabungannya yang dikemas semenarik mungkin agar memperoleh kepercayaan masyarakat. Menurutnya, orang cenderung memercayai hoaks jika informasinya sesuai opini atau keyakinannya.
Sekretaris Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Sulawesi Selatan (ISKI Sulsel), Andi Widya Syadzwina, menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan hoaks tumbuh subur. Contohnya, rasa ingin tahu dan berbagi sebuah informasi sangat tinggi di masyarakat.
Menurut Andi, hal ini disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi dan penetrasi media sosial yang begitu pesat. Paduan keduanya menjadikan hoaks cepat tersebar ke mana-mana.
Sentimen: negatif (50%)