Sentimen
Positif (96%)
27 Feb 2023 : 12.27
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru, Rezim Orde Lama, Hari Pers Nasional

Tokoh Terkait
harmoko

harmoko

Autobiografi Harmoko, Kisah Karikaturis Hingga jadi Politisi

27 Feb 2023 : 12.27 Views 2

Mediaindonesia.com Mediaindonesia.com Jenis Media: Nasional

Autobiografi Harmoko, Kisah Karikaturis Hingga jadi Politisi

BUKU catatan perjalanan hidup yang ditulis langsung oleh Mantan Menteri Penerangan era Orde Baru Harmoko dari tahun 1999 sampai dengan 2004 akhirnya diterbitkan. Putra Harmoko, Azisoko Harmoko mengatakan, buku berjudul "Autobiografi Harmoko: Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi" ini sebenarnya hampir batal terbit.

Alasannya karena Harmoko memang tidak pernah bercerita kepada istri, anak maupun keluarga tentang warisan dalam bentuk autobiografi. Hingga akhirnya buku tersebut ditemukan saat keluarga merapikan ruangan kerja almarhum sebulan setelah beliau wafat.

“Saat merapikan ruangan kerja bapak itulah, kami menemukan hardcopy autobiografi ini. Sebuah buku yang sudah terjilid, setebal 650-an halaman. Selain ibu dan kami anak-anaknya bergantian membaca buku ini. Kesimpulan kami rupanya sama: buku ini cukup komprehensif berkisah tentang Bapak, namun tidak atau belum diterbitkan. Unpublished. Pada hardcopy buku yang kami temukan di ruang kerja Bapak, autobiografi ini tertulis ’Oktober 2004’ dan masih terdapat beberapa coretan perbaikan. Artinya, lebih dari 17 tahun yang lalu buku ini mestinya diterbitkan,” katanya di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu (24/2).

Akhirnya keluarga memutuskan untuk merealisasikan penerbitan buku yang tertunda ini. Menurutnya, cukup banyak konten dalam buku ini yang penting diketahui dan menjadi pembelajaran bersama oleh publik, utamanya generasi muda – milenial hingga generasi Z.

Azisoko mengungkapkan, setiap orang memiliki jalan hidup dan menulis sejarah hidupnya sendiri, termasuk Harmoko. Itu sebabnya, misi utama penerbitan autobiografi ini untuk membagikan atau sharing informasi seputar perjuangan dan pengalaman hidup Harmoko, mulai dari masa kecilnya di desa Ngrowo, menjadi karikaturis, wartawan hingga akhirnya menjadi seorang politisi.

“Pengalaman hidup yang orisinil ini saya anggap penting untuk diwariskan, terutama kepada anak-anak dan cucu-cucu. Merekalah orang-orang yang paling berhak tahu dari tangan pertama, siapa Bapak dan Bung Akung (panggilan cucu ke Harmoko) mereka,” ujarnya.
    
Selain untuk keluarga, dia menegaskan, catatan biografis Harmoko ini tentu didedikasikan bagi bangsa Indonesia. Utamanya Generasi Emas yang akan mengisi masa depan Indonesia pada peringatan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia 2045 nanti.

“Hal ini tidak lepas dari kesaksian saya terhadap sosok Pak Harmoko selama mengabdi – sebagai wartawan, merintis dan menjalankan Harian Poskota hingga menjadi politisi dan pejabat negara – Bapak selalu berusaha memberikan kontribusi, sekecil apa pun, untuk rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.

Baca juga: Kemenkeu Targetkan Efisiensi NLE Capai 60-80%

Melalui buku ini, Azisoko mengatakan, Harmoko berusaha tidak sekadar menuliskan apa, mengapa, dan bagaimana dirinya. Melainkan juga relasi dan interaksinya dengan perguliran sejarah bangsa dan negara dari era orde lama, orde baru hingga awal reformasi 1998.

“Bapak mafhum benar, seluruh capaian beliau di berbagai pos pengabdian bukan merupakan hasil kerja perorangan. Melainkan hasil kerja tim yang saling mendukung satu sama lain. Dari pencapaiannya, bisa saya simpulkan beliau adalah seorang organisatoris yang ulung," ungkapnya.

Peluncuran buku ini sengaja dilakukan pada Februari karena berbarengan dengan peringatan kelahiran Harmoko ke-83, tanggal 7 Februari 2022 dan momentum Hari Pers Nasional (HPN), 9 Februari. Hari yang juga memiliki catatan penting dan irisan kuat dengan perjalanan panjang karier Harmoko sebagai seorang praktisi komunikasi – dari wartawan hingga menteri penerangan – yang diawali dari anak tangga paling bawah.

Azisoko juga mengatakan bahwa keputusan meluncurkan buku "Bersama Rakyat ke Gerbang Reformasi" di tahun 2023 ini termasuk dalam rangka menyongsong 25 tahun Reformasi 1998.

"Harapan saya buku ini juga dapat menjadi pembelajaran, introspeksi bagi kita semua terutama generasi muda agar kelangsungan hidup bernegara kesatuan Republik Indonesia ini menjadi lebih baik kedepannya, gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja berdasarkan Pancasila sesuai dengan cita - cita para founding fathers kita," tutupnya.(RO/OL-4)

Sentimen: positif (96.2%)