POROS.ID - Maraknya tambang batu bara rakyat di wilayah Lebak Selatan telah mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. Namun dibalik itu semua, ada persoalan yang harus menjadi perhatian serius dari pemerintah

Arman (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu dari sekian banyak pekerja tambang batubara di Lebak Selatan.

Sudah bertahun-tahun dirinya bersama para penambang lainnya melakukan aktifitas tambang batubara ini secara tradisional.

Dengan menggunakan peralatan yang seadanya, dia menggali lubang. Mencoba peruntungan, berharap lubang yang digalinya bisa mengenai bongkahan batubara yang didambakannya.

Terkadang upaya yang ia lakukan membuahkan hasil. Namun tak jarang pula, jerih payahnya sia-sia, karena lubang yang ia gali tidak mengenai jalur batubara.

Tak terhitung berapa banyak cucuran keringat dan tenaga yang harus dirinya korbankan demi mendapatkan bongkahan batubara untuk dijual kepada pengepul yang ada di sekitar.

Arman menyadari bahwa lubang tambang batu bara miliknya tidak ada izin dari pemerintah dan dicap ilegal. Namun terpaksa ia lakukan, demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

"Tak besar memang penghasilan dari menambang batubara, namun aktifitas kami sedikit cukup menjadi penghasilan tambahan kami selain bertani dan berkebun," terangnya.

Arman menyadari bahwa penjualan batubara dari tambangnya memang tidak menghasilkan pajak bagi negara, namun setiap uang yang dibelanjakan dari hasil tambang pasti dikenakan pajak.

Misalnya saja terang Arman, ketika dirinya membeli susu untuk anaknya, sudah tentu barang yang dibeli dikenakan pajak oleh negara. Ketika dirinya memiliki sepeda motor, sudah tentu sepeda motornya pun bayar pajak.

"Darimana uang yang kami belanjakan dan kami bayarkan untuk pajak motor kami ? uang itu berasal dari hasil penjualan batubara yang kami tambang," katanya.

Ketika daya beli penambang meningkat karena bisa bekerja dengan mengasi rezeki dari tambang batubara papar Arman, warung-warung yang ada dikampung kami laku terjual, maka secara otomatis perputaran ekonomi di masyarakat kecil menjadi lebih baik.

Arman menerangkan bahwa Ketika dirinya bersama pekerja lainnya melakukan penambangan, ada banyak orang yang juga ikut mengais rezeki.

Seperti tukang ojeg atau kuli pengangkut batubara samapai ke timbunan, sopir truk yang mengangkut batubara, pekerja bongkar muat batubara ke atas truk, penjual kopi dan makanan di stokfile dan banyak lagi rantai mata pencaharian yang ikut merasakan dampak positif akan tambang batubara.

Arman mengatakan bahwa dirinya tidak ada niatan untuk membangkang pemerintah. Ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya salah karena tak berizin.