Sentimen
Negatif (100%)
25 Feb 2023 : 10.22
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Institusi: Universitas Indonesia

Kab/Kota: Senayan, Slipi

Kasus: HAM, penembakan

Tokoh Terkait
Firdaus

Firdaus

Sudibyo

Sudibyo

Kusnadi

Kusnadi

Mengingat Kembali Tragedi Berdarah Semanggi I, Pelanggaran HAM Berat di November 1998

25 Feb 2023 : 10.22 Views 2

Indozone.id Indozone.id Jenis Media: News

Mengingat Kembali Tragedi Berdarah Semanggi I, Pelanggaran HAM Berat di November 1998

INDOZONE.ID - Tragedi Semanggi I atau biasa dikenal sebagai peristiwa berdarah di Jakarta yang terjadi pada tanggal 11-13 November 1998. Peristiwa ini bermula saat unjuk rasa mahasiswa besar-besaran yang terjadi pada awal masa reformasi yang memprotes pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa MPR.

Unjuk rasa yang sejatinya menyampaikan pendapat masyarakat justru berubah menjadi pertumpahan darah. Ya, massa bentrok dengan aparat keamanan, dilaporkan 17 warga sipil meninggal dunia dalam kejadian tersebut.

Latar Belakang Tragedi Semanggi I

Pada November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan.

Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Aksi ini pun kian masif dan meluas setiap harinya. Massa terus bertambah mulai turun ke jalan hingga memaksa aparat keamanan melakukan penjagaan ketat serta pengawasan. Begitu pula aparat yang melarang mahasiswa untuk melakukan aktivitas di kampus guna mencegah berkumpulnya mereka di sana.

Baca Juga: Tragedi Semanggi, Protes Terhadap Sidang Istimewa MPR yang Berujung Tewasnya Warga Sipil

Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. 

Apa pun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.

Kronologi Kejadian

Pada tanggal 11 November 1998, mahasiswa dan masyarakat yang bergerak dari Jalan Salemba, bentrok dengan Pam Swakarsa di kompleks Tugu Proklamasi.

Pam Swakarsa atau Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa adalah sebutan untuk kelompok sipil bersenjata tajam yang dibentuk oleh TNI untuk membendung aksi mahasiswa sekaligus mendukung Sidang Istimewa MPR tahun 1998.

Di tanggal 12 November 1998, ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak menuju ke Gedung DPR/MPR, Senayan dari berbagai arah seperti Semanggi-Slipi-Kuningan. Akan tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa.

Bentrokan kembali tak bisa dihindari di malam harinya, di mana bentrok pecah di daerah Slipi dan Jl. Sudirman. Akibat insiden itu puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa juga ada yang dievakuasi ke Universitas Atma Jaya. 

Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.

Esok harinya, Jumat-13 November 1998, mahasiswa dan masyarakat sudah bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa yang sudah ada di kampus Universitas Atma Jaya Jakarta. 

Baca Juga: Vonis PTUN yang Menyatakan Jaksa Agung Bersalah Soal Tragedi Semanggi Dapat Kritik

Jalan Sudirman sudah dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang harinya jumlah aparat semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa bersama masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan menggunakan kendaraan lapis baja. 

Lantaran kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah, mahasiswa tetap melakukan orasi dan menolak bubar, sementara aparat dari keamanan terus mengawasi.

Hingga pada jam 3 sore, kendaraan lapis baja yang menghalangi jalan akhirnya bergerak ke arah kerumunan massa.

Lantaran khawatir melihat kendaraan lapis baja bergerak ke arah massa aksi, masyarakat mulai membubarkan diri. Tapi mahasiswa memilih bertahan dan menghadang tindakan yang dilakukan oleh aparat.

Saat itulah tragedi berdarah yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi. Aparat mengeluarkan senjata api dengan peluru tajam secara membabi-buta menembak ke arah kerumunan mahasiswa yang enggan bubar di lokasi demonstrasi.

Suara keriuhan kepanikan terdengar, satu persatu massa mulai roboh. Aparat enggan peduli dengan situasi yang ada dan bergerak terus maju sembari menembakan peluru dari senjata yang mereka bawa ke arah mahasiswa.

Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan. Salah satunya adalah Teddy Mardani, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang merupakan korban meninggal pertama pada hari itu.

Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat kawan-kawan sekaligus masyarakat yang terluka.

Korban kedua penembakan oleh aparat adalah Wawan. Wawan mempunyai nama lengkap Bernardus Realino Norma Irmawan yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta. Ia tewas usai tertembak di dadanya dari arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Kericuhan yang mulai dari jam 3 sore itu pun berlangsung terus sampai jam 2 pagi. Aparat menembakan peluru ke mahasiswa di kawasan Semanggi hingga ke dalam kampus Atma Jaya. 

Sejumlah mahasiswa dan anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSSK) membawa poster korban tragedi Semanggi I saat mengikuti Aksi Kamisan. (ANTARA)

Semakin banyak korban berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas air mata. Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah korban yang meninggal mencapai 17 orang.

Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2 orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari Polri, seorang anggota Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat. 

Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan pukulan benda keras, tajam/tumpul.

Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepala.

Korban yang tewas akibat tragedi Semanggi I:

-Lukman Firdaus, salah seorang pelajar yang terluka pada 12 November malam akhirnya meninggal setelah beberapa hari menjalani perawatan. 
-Teddy Wardhani Kusuma
-Bernardus Realino Norma Irawan, 
-Ayu Ratna Sari
-Sigit Prasetyo (YAI) 
-Heru Sudibyo (Universitas Terbuka)
- Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta)
- Muzammil Joko (Universitas Indonesia) 
-Uga Usmana Abdullah/Donit 
-Agus Setiana 
-Budiono 
-Doni Effendi 
-Rinanto
-Sidik 
-Kristian Nikijulong 
-Hadi

Artikel Menarik Lainnya:

Sentimen: negatif (100%)