Sentimen
Positif (99%)
20 Feb 2023 : 06.42
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tokyo

Kisah Pria Jepang yang Dibayar untuk Gak Ngapa-ngapain, Gajinya Rp1 Juta per Jam

20 Feb 2023 : 06.42 Views 3

Indozone.id Indozone.id Jenis Media: News

Kisah Pria Jepang yang Dibayar untuk Gak Ngapa-ngapain, Gajinya Rp1 Juta per Jam

INDOZONE.ID - Pekerjaan Shoji Morimoto mungkin impian bagi banyak orang. Sebab ia dibayar untuk tak melakukan apa-apa.

Meski begitu, pekerjaan tersebut membuatnya sukses. Bahkan Morimoto menjadi seorang selebriti di Jepang.

Ia memiliki ratusan ribu pengikut di Twitter, tampil di sejumlah program televisi dan kisahnya di muat di sejumlah majalah hingga buku best seller.

Dikutip dari Japan Today, penduduk Tokyo, Jepang ini mematok biaya 10.000 yen per jam atau setara Rp1 juta bagi siapa saja yang ingin mempekerjakannya.

Tugasnya menemani klien ke mana pun tanpa melakukan hal khusus.

"Pada dasarnya, saya menyewakan diri sendiri. Pekerjaan saya adalah berada di mana pun klien saya menginginkan saya dan tidak melakukan apa pun secara khusus," kata Morimoto dalam suatu wawancara beberapa tahun lalu.

Ia juga mengaku dirinya telah menangani sekitar 4.000 sesi dalam lima tahun terakhir. Bahkan hampir seperempat juta pengikutnya di Twitter merupakan pelanggan tetap, termasuk yang telah mempekerjakannya 270 kali.

Menemani KlienShoji Morimoto, pria Jepang yang dibayar Rp1 juta per jam untuk menemani klien dan hanya hadir sebagai pendamping. (Asia News)

Tak melakukan apa pun bukan berarti Morimoto benar-benar tak berbuat sesuatu. Pekerjaan telah membawanya ke taman dengan seseorang yang ingin bermain di wahana semacam Dufan.

Ia juga tersenyum dan melambai di jendela kereta api pada orang asing yang menginginkan jasanya. Memindahkan lemari es dan pergi ke beberapa negara, seperti Kamboja.

Ia juga pernah duduk di depan Aruna Chida, seorang data analis berusia 27 tahun yang mengenakan sari, baju tradisional India, mengobrol ringan sambil minum teh dan kue.

Chida ingin mengenakan pakaian India di depan umum tetapi khawatir itu akan mempermalukan teman-temannya. Jadi dia menyewa Morimoto untuk jadi sahabatnya.

"Dengan teman-teman saya, saya merasa harus menghibur mereka, tetapi dengan tukang sewa (Morimoto), saya tidak merasa perlu untuk mengobrol," kata klien Morimoto itu. 

Meski menemani kliennya kemana pun, Morimoto tidak menerima permintaan apa pun yang bersifat seksual.

Baca juga: Kisah Pria Jepang Nikahi Karakter Anime, Ogah Percaya Wanita karena Trauma Dihina

Bisnis Sewa OrangShoji Morimoto, pria Jepang yang dibayar Rp1 juta per jam untuk menemani klien dan hanya hadir sebagai pendamping. (Wio News)

Saat ini, pekerjaan menyewakan orang berkembang pesat di Jepang. Bisnis ini banyak digeluti seiring kehidupan orang-orang yang kian sibuk.

Hal ini sebenarnya berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia. Di mana setiap orang memiliki keinginan untuk ditemani dan didengarkan. 

Namun, sering kali berbagai kesibukan yang terjadi membuat kebutuhan akan didengarkan itu menjadi sirna.

Padahal menurut laman The Emotion Machine, saat perasaan ingin didengarkan itu tak bisa tercapai, seseorang akan dengan mudah merasa kesepian, stres, sedih, atau bahkan marah.

Baca juga: Sarankan Lansia di Jepang Bunuh Diri, Profesor di Universitas Yale Dikecam

Bahkan sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Social Physchology menemukan bahwa saat individu diberi kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman dengan orang lain, hal itu dapat membantu meningkatkan suasana hati.

Sebaliknya saat seseorang tak bisa menyalurkan apa yang ada dalam pikirannya, maka seringkali berdampak negatif, tak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain.

Itulah mengapa, merasa didengarkan dan ditemani penting bagi kesehatan mental.


 

Artikel Menarik Lainnya: 

Sentimen: positif (99%)