Shell Cabut, Ini Calon Penggantinya di Proyek Gas Raksasa RI
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa minyak dan gas bumi (migas) asal Belanda, Shell, sejak tiga tahun lalu telah menyatakan akan keluar dari proyek gas raksasa Lapangan Abadi, Blok Masela, di Maluku.
Meski hingga kini Shell belum resmi dari kepemilikan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) di Blok Masela ini, namun ternyata sudah ada beberapa calon investor yang bersiap untuk menggantikannya, bahkan didorong Pemerintah Indonesia untuk menggantikan Shell di proyek gas raksasa senilai US$ 19,8 miliar ini.
Adapun sejumlah perusahaan migas yang kini sedang mengkaji untuk masuk di proyek Blok Masela ini antara lain PT Pertamina (Persero), perusahaan migas asal Malaysia Petronas, hingga raksasa migas Amerika Serikat ExxonMobil.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini Inpex Corporation selaku pemegang mayoritas PI Blok Masela tengah membangun kolaborasi strategis dengan perusahaan migas pelat merah, yakni Pertamina.
Adapun diskusi oleh kedua perusahaan ini diharapkan dapat segera mencapai titik temu.
"Sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah waktu itu dan Pertamina sudah melakukan data room studi dan dijanjikan oleh Pertamina untuk November ini menyampaikan namanya non binding offer ke Shell. Kami sedang menunggu itu," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (16/11/2022).
Di saat bersamaan, lanjutnya, BUMN migas asal Malaysia yakni Petronas juga tertarik untuk masuk ke Blok Masela ini. Menurutnya, bila memungkinkan, Petronas bisa bekerja sama dengan Pertamina untuk memiliki hak partisipasi di Blok Masela.
"Di saat yang sama Petronas juga tertarik untuk masuk kalau memungkinkan kerja sama dengan Pertamina dalam hal penggantian Shell ini. Ini perkembangan terakhir tentang Shell," kata Dwi.
Dwi juga sempat mengatakan bahwa selain Pertamina, perusahaan asal Amerika Serikat yakni ExxonMobil juga tengah mempelajari data room Blok Masela. Studi ini dibutuhkan untuk menentukan seberapa besar PI yang nantinya dapat diambil.
"Nanti mudah-mudahan di November mereka bisa menyampaikan laporannya juga. Exxon juga," ujar dia di Gedung SKK Migas baru baru ini.
Dwi menyebut, meski saat ini baru ada dua perusahaan yang mempelajari data room Blok Masela, namun regulator hulu masih membuka peluang bagi perusahaan lain yang turut berminat untuk terlibat dalam konsorsium.
"Apakah nanti konsorsiumnya menjadi hanya tetap dua saja atau jadi tiga itu nanti dalam perkembangan negosiasi, karena Pertamina sendiri kalau nanti misal memperhatikan posisi keuangan harus berteman dengan yang lain, konsorsium yang lain, itu dimungkinkan selain Inpex," kata dia.
Seperti diketahui, Shell Upstream Overseas bakal melepas kepemilikan hak partisipasinya di proyek Lapangan Abadi, Blok Masela. Saat ini Shell memiliki 35% hak partisipasi, sedangkan sisanya 65% dimiliki oleh Inpex Masela.
Proyek senilai US$ 19,8 miliar atau sekitar Rp 308 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per US$) ini ditargetkan memproduksi 1.600 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari. Proyek ini diharapkan bisa beroperasi pada kuartal kedua 2027.
[-]
-
Siap-Siap Pertamina Akan Gantikan Shell di Proyek Gas Raksasa(wia)
Sentimen: netral (98.4%)