Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Brawijaya
Kab/Kota: Gunung, Malang, Jayapura, Manado
Populer Daerah: Keracunan Massal Hingga Penyebab Gempa di Maluku
Medcom.id
Jenis Media: News

Malang: Polisi hingga saat ini masih belum dapat menyimpulkan penyebab keracunan massal yang dialami oleh ratusan mahasiswa baru (maba) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB).
"Sampai dengan saat ini kami masih menunggu hasil uji lab," kata Kasat Reskrim Polres Malang, Iptu Wahyu Rizki, Sabtu, 11 Februari 2023.
Wahyu menjelaskan butuh waktu beberapa hari untuk mengetahui hasil dari sampel yang sedang diteliti. "Nanti dari hasil uji lab tersebut bisa kita baca penyebabnya terkait hal tersebut apakah karena mikroorganisme atau yang lainnya," imbuhnya.
Polisi menyebut gejala keracunan massal ini terjadi usai para mahasiswa makan bersama saat kegiatan perkemahan.
"Untuk saat ini kami belum bisa menyimpulkan penyebab kejadiannya seperti apa. Namun baru dugaan awal. Dugaan awal sampai dengan saat ini mungkin dikarenakan makanan," jelasnya.
Hingga saat ini, sampel makanan yang telah mahasiswa sebelum keracunan massal ini masih dilakukan uji di laboratorium. Polisi masih menunggu hasilnya.
"(Hasilnya kapan) kami belum bisa memastikan. Memarin dan tadi pagi kami menanyakan hasilnya belum keluar. Mungkin dalam waktu dekat ini, bisa satu atau dua hari lagi. Nanti setelah hasilnya keluar akan kami update kembali," ujarnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, ada sekitar 360 mahasiswa baru peserta kegiatan perkemahan yang mengalami keracunan. Mayoritas dari jumlah itu hanya mengalami gejala ringan saja.
Sedangkan sebanyak 22 mahasiswa lainnya mengalami perawatan intensif dan empat diantaranya menjalani rawat inap. Namun saat ini seluruh mahasiswa sudah pulang ke rumah masing-masing.
Berita terkait keracunan mahasiswa Universitas Brawijaya jadi artikel yang paling banyak dibaca di kanal Daerah Medcom.id. Berita lain yang tak kalah menarik terkait fenomena awan UFO di Jayapura.
Jayapura: BMKG Wilayah V Jayapura menyatakan awan yang berbentuk seperti UFO di langit Kota dan Kabupaten Jayapura yang dikaitkan dengan kejadian gempa bumi baru-baru ini, dikenal dengan nama awan Lenticularis.
Kepala BMKG Yustus Rumakiek mengatakan awan Lenticularis berbentuk mirip lensa atau piring yang terbentuk karena angin yang berembus sejajar dengan permukaan bumi namun mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan sehingga membuat arus udara bergerak naik secara vertikal.
Jika udara naik dan mengandung banyak uap air serta bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung, uap air tersebut akan mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung.
Awan ini mengindikasikan adanya aliran udara tidak beraturan (turbulensi) yang kuat di lapisan atmosfer sehingga sangat berbahaya bagi penerbangan.
"Awan ini terbentuk murni fenomena meteorologis (cuaca) dan tidak ada kaitannya dengan gempa bumi seperti yang beredar di masyarakat saat ini, fenomena baru muncul sekali ini saja di wilayah Jayapura," jelas Rumakiek.
Sebelumnya BMKG menyatakan sejak tanggal 2 Januari hingga Sabtu (11/2) pukul 09:15 WIT telah terjadi gempa bumi di wilayah sekitar Kota Jayapura sebanyak 1.174 kali dengan 172 kejadian diantaranya dirasakan oleh masyarakat.
Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.
-?
-
-
-
-
Berita lain yang juga banyak dibaca terkait gempa di Maluku Utara.
Jakarta: Gempa dengan magnitudo 6,0 yang pada Sabtu, 11 Februari 2023, pukul 15.55 WIB menggetarkan daerah Melonguane, Sulawesi Utara, disebabkan oleh deformasi batuan di lempeng laut Maluku menurut pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Daryono mengatakan gempa bumi itu getarannya dirasakan di daerah Melonguane pada skala intensitas IV MMI, pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela atau pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Selain itu, getaran akibat gempa dirasakan di daerah Tahuna dan Siau pada skala intensitas III-IV MMI serta Manado pada skala intensitas II MMI.
Pada skala II MMI, getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Getaran pada skala III MMI dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seolah ada truk berlalu.
Berdasarkan hasil pemodelan, gempa bumi yang terjadi di daerah Melonguane tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut BMKG, gempa dengan magnitudo 6,0 yang terjadi di Melonguane berpusat di laut pada kedalaman 11 km di koordinat 3,67 Lintang Utara dan 126,75 Bujur Timur, sekira 37 km tenggara Melonguane.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, gempa bumi itu hingga pukul 16.20 WIB telah diikuti oleh dua kali gempa susulan dengan magnitudo paling besar 4,6.
BMKG mengimbau warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta memeriksa bangunan tempat tinggal untuk memastikan tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
(NUR)
Sentimen: negatif (100%)