Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
BUMN: BTN
Institusi: MUI
Kab/Kota: Lombok, Biak
Kasus: stunting
Tokoh Terkait
Wapres: Tidak Ada Childfree dalam Penanggulangan Stunting
Republika.co.id Jenis Media: Nasional
JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin merespons fenomena keputusan untuk tidak mempunyai anak (childfree) seusai viralnya influencer sekaligus Youtuber Gita Savitri Devi (Gitasav). Kiai Ma'ruf menegaskan, konsep childfree tidak ada.
"Tentu apa namanya itu (childfree) ya, jadi itu tidak ada," ujar Ma'ruf dalam keterangan persnya di sela kunjungan kerja ke Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (10/2/2023).
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menegaskan, istilah childfree juga tidak dikenal dalam penanggulangan stunting. "Dalam program penanggulangan stunting tidak ada program dengan (tidak punya anak) ya," kata dia.
Kementerian Kesehatan sebelumnya merilis tiga program untuk pencegahan stunting. Upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian tablet tambah darah (TTD). Upaya kedua, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
Program ketiga, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan.
Kiai Ma'ruf menjelaskan, adanya pernikahan berfungsi untuk keberlanjutan manusia dengan adanya keturunan. “Jadi, pernikahan itu kan memang dimaksudkan untuk mengembangbiakkan manusia, melalui perkawinan untuk supaya manusia berkembang dan terus bisa mengelola bumi ini sampai ke batas waktu terakhirnya sampai kiamat,” katanya.
Dalam program penanggulangan stunting tidak ada program dengan (tidak punya anak) ya.
MA'RUF AMIN Wakil Presiden
Karena itu, konsep childfree itu tidak sesuai dengan tujuan pernikahan untuk manusia berkembang biak. “Nah, kalau nanti dia tidak punya anak, lantas dunia ini terus siapa yang melanjutkan? Jadi nggak ada. Nggak ada yang jadi wartawan, nggak ada, karena nggak ada keturunan,” kata Ma’ruf seraya tertawa.
Dia menegaskan, keturunan bagian dari fungsi pernikahan. Meski demikian, Ma’ruf tidak menampik ada pasangan yang menunda memiliki anak. Hal itu tidak masalah.
"Menunda mungkin, walau menunda satu tahun, dua tahun itu tidak ada masalah namanya mengatur perkawinannya. Supaya tidak langsung punya anak, dia menunda dua tahun, nanti siap-siap begitu kemudian (baru punya anak) itu tidak masalah,” kata dia.
Gita Savitri yang menganggap childfree sebagai cara menghindari stres terus menjadi perbincangan publik. Bagi Youtuber tersebut, tidak memiliki anak mampu menjaga jam tidurnya hingga terhindar dari stres karena rengekan anak-anak.
Beberapa meme masih bermunculan hingga tanggapan beragam dari banyak orang mengenai pernyataan warga yang kini tinggal di Jerman tersebut.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi menjelaskan, Islam melarang menikah dengan niat tidak memiliki anak. Karena, salah satu dari lima tujuan pokok syariat Islam adalah untuk meneruskan keturunan.
"Meneruskan keturunan adalah salah satu tujuan dari syariat itu sendiri. Maka Islam sangat mendorong itu dan Alquran pun mengindikasikan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk beranak-pinak," ujar dia, belum lama ini.
Alquran pun mengindikasikan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk beranak-pinak.
KH AHMAD ZUBAIDI Ketua Komisi Dakwah MUI
Allah SWT berfirman, "...Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu..." (QS al-Baqarah: 187).
Maksud dari "Carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu" yakni, hasil dari pernikahan adalah menghasilkan keturunan. Dalam surah al-Furqan ayat 74, bahkan disampaikan mengenai doa agar dikaruniai anak.
Nabi Zakaria juga berdoa agar diberikan anak keturunan yang baik, seperti diabadikan dalam Alquran Surah Maryam ayat 2-6.
Kiai Zubaidi menuturkan, dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa berkeluarga itu menghendaki adanya keturunan, bukan sekadar bersenang-senang atau menimbulkan ketakutan dan sebagainya.
"Jadi, pada dasarnya, tujuan pernikahan adalah untuk melestarikan keturunan. Dan kalau ada orang yang menikah dengan tujuan childfree, itu jelas bertentangan dengan Islam," ujarnya.
Kiai Zubaidi melanjutkan, Islam membolehkan tidak punya anak jika ada alasan syar'i. Misalnya, bila pasangan suami-istri yang baru menikah itu sudah berusia lanjut sehingga memunculkan risiko kesehatan yang tinggi jika melahirkan.
"Tentunya harus setelah konsultasi dengan dokter. Tidak boleh memutuskan sendiri. (Jika kemudian dokter menyarankan untuk menghindari kelahiran), ini termasuk alasan kedaruratan yang kalau diterabas justru nanti bisa menjadi mudharat bagi kesehatan," katanya.
Sebaliknya, Kiai Zubaidi menambahkan, jika pernikahan dengan niat tidak memiliki anak itu dilakukan oleh pasangan berusia produktif, termasuk perbuatan maksiat dan pelakunya berdosa. Karena, sekali lagi, salah satu tujuan berkeluarga dalam Islam adalah menghasilkan keturunan, kecuali ada halangan syar'i.
"Pernikahannya memang sah karena dilakukan secara syariat Islam. Tetapi, niat seperti itu tidak dibenarkan oleh syariat. Tujuan syariat supaya anak Bani Adam berkelanjutan, sampai Allah menentukan terjadinya hari kiamat. Jadi, kita nggak boleh memutus itu," katanya.
Namun, Kiai Zubaidi juga menyampaikan, Islam membolehkan pengaturan keturunan (tandzim al-nafl) karena di dalamnya terdapat kemaslahatan. Misalnya terkait kampanye pemerintah bahwa jumlah anak sekian itu lebih baik. Dibolehkan karena demi menciptakan generasi yang berkualitas.
"Jika pada akhirnya hanya punya dua anak, ini boleh asalkan hasil dari pengaturan kelahiran tadi. Jadi, nawaitu (niat)-nya bukan membatasi, melainkan mengatur. Kenapa dibolehkan? Karena untuk meningkatkan kualitas anak yang dalam hal ini juga kualitas umat Islam," ujar dia.
").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://platform.twitter.com/widgets.js' }).prependTo("head"); if ($(".instagram-media").length > 0) $("").attr({ type: 'text/javascript', src: 'https://www.tiktok.com/embed.js' }).prependTo("head"); $(document).on("click", ".ajaxContent", function(t) { var e; t.preventDefault(); Pace.restart(); var a = $(this).attr("href"); var b = $(this).attr("data-id"); $(".btn-selengkapnya-news").show(); $(".othersImage").addClass("hide"); $(this).hide(); $("." + b).removeClass("hide"); return e ? (Pace.stop(), document.getElementById("confirm_link").setAttribute("href", a), $("#modal_confirm").modal()) : ($("*").modal("hide"), void $.get(a, function(t) { $("#" + b).html(t.html); console.log("#" + b); }).done(function() { $(".collapse").fadeOut(); $("#" + b).fadeIn(); }).fail(function() { $("#modal_alert .modal-body").html(fail_alert), $("#modal_alert").appendTo("body").modal() })) }); $(".body-video").on('loadedmetadata', function() { if (this.videoWidth < this.videoHeight) this.height = 640; this.muted = true; //console.log(this.videoHeight); } ); window.onload = function() { var videos = document.getElementsByTagName("video"), fraction = 0.8; function checkScroll() { if (videos.length > 0) { for (var i = 0; i < videos.length; i++) { var video = videos[i]; var x = video.offsetLeft, y = video.offsetTop, w = video.offsetWidth, h = video.offsetHeight, r = x + w, b = y + h, visibleX, visibleY, visible; visibleX = Math.max(0, Math.min(w, window.pageXOffset + window.innerWidth - x, r - window.pageXOffset)); visibleY = Math.max(0, Math.min(h, window.pageYOffset + window.innerHeight - y, b - window.pageYOffset)); visible = visibleX * visibleY / (w * h); if (visible > fraction) { video.play(); } else { video.pause(); } } } } window.addEventListener('scroll', checkScroll, false); window.addEventListener('resize', checkScroll, false); }; // window.fbAsyncInit = function() { // FB.init({ // appId: '700754587648257', // xfbml: true, // version: 'v14.0' // }); // }; // (function(d, s, id) { // var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0]; // if (d.getElementById(id)) { // return; // } // js = d.createElement(s); // js.id = id; // js.src = "https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js"; // fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs); // } // (document, 'script', 'facebook-jssdk')); // $(".share_it a,.share-open-fix li").on("click", function() { // url = window.location.href; // s = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.blog-post-actions").children("div.pull-left").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); // c = $(this).parents("div.blok_quot").children("div.quote-text").text().replace(/[^a-z0-9\s]/gi, '').replace(/[_\s]/g, '+'); // content = c + " - " + s; // if ($(this).children().hasClass("fa-facebook")) { // img = document.querySelector("meta[property='og:image']").getAttribute("content"); // FB.ui({ // method: 'share_open_graph', // action_type: 'og.shares', // action_properties: JSON.stringify({ // object: { // 'og:url': url, // 'og:title': "", // 'og:description': c, // 'og:og:image:width': '610', // 'og:image:height': '409', // 'og:image': img // } // }) // }); // console.log(img); // } else if ($(this).children().hasClass("fa-twitter")) { // window.open("https://twitter.com/intent/tweet?text=" + content + " " + url); // } else if ($(this).children().hasClass("fa-whatsapp")) { // window.open("https://api.whatsapp.com/send?utm_source=whatsapp&text=" + content + " " + url + "?utm_source=whatsapp"); // } // return false; // }); });
Sentimen: negatif (99.1%)