Sentimen
Negatif (100%)
10 Feb 2023 : 16.31
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19, kekerasan seksual

Anak Bisa Jadi Korban Maupun Pelaku Kekerasan Seksual, Ini Penyebabnya

10 Feb 2023 : 16.31 Views 3

Jawapos.com Jawapos.com Jenis Media: Nasional

Anak Bisa Jadi Korban Maupun Pelaku Kekerasan Seksual, Ini Penyebabnya

JawaPos.com – Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Eva Devita, SpA(K) menyatakan bahwa usia pelaku maupun korban kekerasan seksual semakin lama semakin muda. Fakta itu terjadi lantaran beberapa faktor, salah satunya akses pendewasaan secara seksual yang lebih cepat berkat gadget.

“Pendewasaan seksual yang cepat dipengaruhi dengan konten pornografi dan pornoaksi,” ujarnya dalam media briefing kepada wartawan, Kamis (9/2).

Hal itu, menurut Eva, akhirnya merangsang anak untuk melakukan hal-hal yang dilihatnya tanpa filter dari orang tuanya. Sehingga, kekerasan seksual bahkan dapat dilakukan oleh anak-anak.

Oleh karena itu, edukasi pendidikan seksual sejak masih anak-anak penting untuk menangkal ini. Dengan adanya pendidikan seksual itu, anak mempunyai filter sendiri saat menyaksikan sesuatu ketika akan menirunya. Kurangnya pengawasan dari orang tua mau bagaimanapun merupakan pangkal dari kekerasan seksual pada anak.

Dengan akses digital yang serba cepat dan mudah mengakses hal-hal di luar tontonan wajar untuk anak, maka korban maupun pelaku akhirnya mudah untuk dipapari konten pornografi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada saat pandemi Covid-19, Eva menguraikan bahwa 3 dari 10 anak sering mendapatkan pesan tidak senonoh soal seksual di gadgetnya.

“Mereka mendapatkan pesan tidak senonoh atau video porno berupa tautan, gambar dan kiriman lainnya yang berbau seksual,” tegasnya.

“Nah ternyata hal itu masih berlanjut sampai memasuki sekarang,” sambungnya.

Eva juga meminta agar orang tua untuk lebih peka terhadap kepribadian anak untuk mengenali anak menjadi korban kekerasan seksual. Ia mengatakan, anak yang menjadi korban kekerasan seksual biasanya cenderung menarik diri. Pada anak yang sudah berusia remaja, kadang-kadang bisa menunjukkan perilaku percobaan bunuh diri, performa di sekolah menurun dan berkurangnya konsentrasi.

Tanda lainnya yakni munculnya keluhan-keluhan tidak jelas dari anak seperti menolak untuk pergi ke sekolah, sakit perut, sakit kepala dan sebagainya. Menurut Eva, anak juga bisa mengalami gangguan makan dan tidur seperti tidak nafsu makan, tidak mau makan, bulimia yakni memuntahkan makanan yang sudah dimakan, mengalami mimpi buruk dan sulit untuk tidur.

“Ada keluhan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) seperti suka kecipirit, mengeluh nyeri saat BAK dan BAB, ada gatal, cairan atau kotoran yang keluar dari vagina, serta ada luka di kemaluan atau anus,” tandasnya.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Tazkia Royyan Hikmatiar

Sentimen: negatif (100%)