Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Cilacap, Purbalingga, Purwokerto, Banjarnegara, Banyumas
Kasus: zona merah
Tokoh Terkait
Ahmad Yani Basuki
UMP Kukuhkan Guru Besar Ilmu Geografi
Krjogja.com Jenis Media: News
Prof. Dr. Suwarno, M.Si.Guru Besar Ilmu Geografi. (Foto: Driyanto)
PURWOKERTO - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jawa Tengah, Kamis (9/2/2023) mengukuhkan guru besar Ilmu Geografi Prof. Dr. Suwarno, M.Si. Pengukuhan digelar di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP.
Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso saat mengukuhkan guru besar mengatakan pihaknya komitmen untuk menambah jumlah guru besar di UMP dengan karya-karyanya.
Hal itu diharapkan dapat meningkatkan peran UMP untuk kemanfaatan bagi masyarakat. "Di UMP sudah ada sembilan guru besar, namun sekarang tinggal tujuh orang," kata Jebul Suroso.
Terkait dengan pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Geografi, ia mengatakan hal itu terkait dengan keahlian Prof. Suwarno di geospasial khususnya tanah longsor.
Ia mengharapkan dengan keahlian tersebut, Prof. Suwarno bisa menjadi salah satu pakar menyumbangkan pemikirannya yang berkaitan dengan kebencanaan karena Indonesia merupakan supermarket bencana.
"Sepertinya di Banyumas baru ada satu profesor yang konsentrasi pada kebencanaan khususnya longsor. Kalau sebelumnya UMP melahirkan profesor yang meneliti kelapa kopyor, sekarang punya profesor longsor," tambah Rektor.
Prof. Suwarno saat ditemui seusai pengukuhan mengatakan seluruh masyarakat Indonesia khususnya Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus siap hidup berdampingan dengan bencana. "Oleh karena itu, orasi ilmiah saya sampaikan dalam pengukuhan ini, mengambil judul Hidup Berdampingan dengan Bencana," kata Suwarno.
Menurutnya orasi ilmiah tersebut menitikberatkan bahwa bencana itu pada prinsipnya disebabkan oleh ulah tangan manusia, juga merupakan takdir Allah sebagai peringatan maupun ujian bagi manusia.
Terkait dengan hal itu, dia melakukan kajian yang berkaitan dengan geomorfologi khususnya bencana longsor yang ada di Kabupaten Banyumas.
"Hampir separuh wilayah Kabupaten Banyumas, sudah saya teliti tentang kerawanan longsornya," katanya.
Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bawah sebagian besar wilayah Banyumas rawan longsor, sekitar 30 persen di antaranya masuk kategori atau zona merah rawan longsor.
Ia mengatakan kajian tersebut lebih menekankan kepada perilaku manusia dalam mengelola lahannya karena longsor itu akan terjadi kalau lerengnya terganggu.
"Sepanjang lerengnya tidak terganggu walaupun itu pada zona merah, Insyaallah tidak longsor," tegasnya.
Menurut dia, sekitar 60 persen gangguan lereng itu disebabkan oleh perilaku manusia dalam mengolah lahannya.
Dalam hal ini, kata dia, menanam tanaman besar yang terlalu rapat dapat menyebabkan beban lereng menjadi tinggi.
Selain itu, lanjut dia, membuat terasering dan mencetak sawah-sawah basah di daerah perbukitan dapat mengganggu lerengnya.
"Artinya, kalau menanam untuk pertanian, ya jangan mengganggu lereng. Biarkan lerengnya alami ditanami tanaman-tanaman besar yang bisa menghasilkan," kata Prof. Suwarno.
Saat ditanya kemungkinan penyebab longsor di Banyumas lebih didominasi oleh faktor manusia ataukah karena kondisi alamnya, dia mengatakan jika bicara kondisi alam, hampir di wilayah Banyumas Raya yang meliputi Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara relatif sama secara alami.(Dri)
Sentimen: positif (91.4%)