Sentimen
Negatif (80%)
10 Feb 2023 : 04.59
Informasi Tambahan

Club Olahraga: Southampton

Kab/Kota: Munjul, London

Kasus: korupsi

Dunwich, Kota Metropolitan di Dasar Laut Inggris

10 Feb 2023 : 04.59 Views 3

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

Dunwich, Kota Metropolitan di Dasar Laut Inggris

JAKARTA - Sebuah kota pelabuhan, Dunwich, yang sempat berkembang pesat di abad ke-13, hilang ditelan badai. Namun baru-baru ini para ilmuwan menemukan bahwa kota tersebut tidak hilang, melainkan ada di bawah laut.

Di pertengahan jalan antara kota Aldeburgh dan tempat tetirah tepi laut Southwold, dua tempat populer di kawasan pantai Suffolk, Inggris, terletak sebuah pedesaan Dunwich yang tenang.

 BACA JUGA:HPN 2023, Hary Tanoe: Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat

Sekitar 200 orang tinggal di pemukiman satu jalan ini, dengan pub dan penginapan yang nyaman, museum lokal, pantai panjang berpasir kerikil, serta reruntuhan biara.

Anda tak mungkin mengetahuinya sekarang, namun pada abad pertengahan, desa tersebut adalah sebuah pelabuhan yang berkembang seukuran London, yang dibangun di atas kawasan perikanan, perdagangan, dan perlindungan agama.

Biara Greyfiars didirikan oleh para biarawan Fransiskan pada 1250-an di dataran rendah yang dekat dengan laut.

 BACA JUGA:Terpidana Korupsi Tanah Munjul Anja Runtuwene Meninggal Dunia

Namun, badai besar yang terjadi pada tahun 1286 menyapu habis biara tersebut, bersamaan dengan perumahan dan bangunan lain.

Reruntuhan tembok batu yang dapat Anda kunjungi hari ini adalah sisa-sisa dari biara "baru", yang dibangun kembali pada akhir abad ke-13 di daratan yang terletak sekitar satu kilometer dari laut. Demikian dilansir dari BBC, Kamis (9/2/2023).

Reruntuhan tersebut berdiri sangat dekat dengan tepi tebing - menggambarkan bagaimana badai, gelombang dan erosi pantai membalikkan keadaan di Dunwich yang tengah berkembang pesat, yang beberapa di antaranya kemudian dibangun di tempat yang lebih tinggi.

Bertahun-tahun berikutnya, muncul sebuah legenda bahwa kota abad pertengahan tersebut tetap utuh di bawah permukaan air: "Atlantis" milik Inggris.

Penduduk setempat bahkan menyebut bahwa pada saat tertentu sewaktu badai, Anda dapat mendengar dentang lonceng gereja.

"Suasana di bentangan garis pantai ini meremang," kata Esther Freud, seorang novelis, cicit dari Sigmund yang tinggal di dekat Walberswick. Kakek-neneknya bermigrasi ke daerah tersebut setelah melarikan diri dari Nazi Jerman.

Follow Berita Okezone di Google News

"Berjalan di sepanjang garis pantai pada hari yang berkabut, Anda akan merasakan masa lalu dan masa kini berbaur dalam ruang batas yang aneh di antara darat dan laut ini."

Namun, para ahli mengira kota tua tersebut sudah lama hancur oleh ombak dan hanyut.

Hingga ketika bukti mulai bermunculan bahwa legenda "Atlantis dari Inggris" bukan sekadar dongeng fantasi, melainkan Dunwich abad pertengahan, setidaknya sebagian dari masa kejayaan sebelumnya, ada di luar sana, hanya beberapa meter dari pantai.

Sejak sekitar tahun 1960-an, para nelayan mulai melaporkan bahwa jaring mereka tersangkut sesuatu di bawah permukaan air tempat kota tua tersebut pernah berdiri.

Berbagai laporan ini mendorong arkeolog kelautan lokal dan Stuart Bacon, seorang penyelam, untuk mencari sisa-sisa gereja terakhir yang hanyut oleh laut: All Saints, yang akhirnya jatuh dari tebing pada tahun 1911.

Meskipun Laut Utara agresif dan biasanya memiliki jarak pandang yang hampir mencapai nol, Bacon tetap bertahan.

Pada suatu hari cerah yang jarang terjadi pada 1972, dia melihat menara gereja menjulang di atas air, tertutupi bunga karang merah muda dan dipenuhi kepiting dan lobster.

Penyelaman berikutnya juga berhasil menemukan reruntuhan gereja lain, yakni St. Peter's.

Namun baru beberapa dekade kemudian, ketika survei penuh terhadap dasar laut memberikan gambaran yang jauh lebih lengkap tentang apa yang ada di bawah ombak.

David Sear, seorang profesor di Departemen Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Southampton, kerap berlibur di Dunwich ketika masih kanak-kanak.

"Sekitar tiga puluh tahun kemudian saya tertarik menggunakan teknologi sonar terbaru untuk memetakan dasar sungai, dan tiba-tiba minat masa kecil saya pada legenda kota yang hilang ini serta minat akademis saya datang secara bersamaan," ucapnya.

Dengan mendigitalisasi peta kota pada abad ke-16 yang tersedia, menunjukkan Dunwich sebagaimana adanya, dan Sear dapat menunjukkan dengan tepat di mana dapat ditemukan beberapa struktur kota yang hilang.

Pada 2008, dia menyewa kru dan perahu yang dilengkapi sonar untuk memulai pencarian dasar laut yang berbasis teknologi.

Dia masih ingat momen ketika perahu mendekati yang diduga sebagai lokasi pertama. "Semuanya menjadi sangat tenang ketika kami tiba di situs pertama dan menunggu," kata dia.

"Lalu tiba-tiba terdengar bunyi saat sonar mendeteksi sesuatu dan kami melihat bongkahan batu yang muncul pada tepi layar komputer di kabin."

Dan hal itu kemudian terus terjadi.

Dalam jarak sekitar satu kilometer dari lepas pantai Dunwich kini, Sear dan timnya menemukan biara Blackfriars abad pertengahan, Gereja St. Nicholas, Gereja St. Peter, All Saints, Kapel St. Katherine, dan bongkahan batu yang diduga balai kota dan berbagai bangunan pelabuhan.

Legenda kota Dunwich yang hilang ternyata tidak hilang sama sekali, melainkan terletak di dasar laut — hampir persis seperti yang diklaim oleh pembuat peta Tudor dan para pendongeng tua.

Sentimen: negatif (80%)