Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Cilacap, Yogyakarta, Mataram
Tokoh Terkait
Klub Tumpuan Awal Pemain Kelas Dunia
Krjogja.com Jenis Media: News
Dani Yulianto. (Foto : Haryadi)
Krjogja.com - YOGYA - Pemain bulutangkis hebat tidak muncul secara karbitan, melainkan melalui proses panjang berkesinambungan. Hal itu berlaku bagi semua pebulutangkis dunia, termasuk para pebulutangkis Indonesia yang mampu menembus peta perbulutangkisan dunia.
Semisal nama Jonatan Christie, AS Ginting, Marcus Fernaldy Gideon, dan Kevin Sanjaya. Rata-rata mereka memulai karie di bulutangkis dari klub, merangkak ke Pusdiklat, baru kemudian ke Pelatnas.
Hal itu disampaikan Dani Yulianto (55) mantan pelatih PB Tangkas Jakarta dan asisten pelatih tim nasional Thailand, Jumat (03/02/2023) malam di Tamansiswa, Yogya. Di PB Tangkas paruh waktu tahun 90-an, Dani Yulianto menjadi asisten pelatih Kurniahu di kelompok senior (taruna dan dewasa).
Baca juga :
Soal Cak Imin Usul Gubernur Ditiadakan Karena Tak Efektif, Begini Kata Sultan
Konser ‘Binangun Sobat Satru', Denny Caknan Obati Kerinduan Penggemar di Kulonprogo
Ledakan Petasan Guncang Majenang Cilacap, Satu Orang Tewas
Sedangkan di kelompok yunior (pemula dan remaja), Dani Yulianto menjadi pelatih utama. Dari tangan dinginnya, mampu melahirkan pemain kelas dunia, salah satu di antaranya Marcus Fernaldy Gideon, yang ditanganinya ketika masih masuk dalam kategori yunior. Selanjutnya ketika sudah menginjak kategori senior, Marcus ditangani Kurniahu, yang tak lain adalah ayahnya.
"Setelah cukup lama ditempa di klub, barulah mereka berkesempatan masuk ke pelatnas. Tidak mudah seorang pebulutangkis bisa ditarik ke pelatnas. Selain harus memiliki skil tinggi, mental mereka juga harus sudah teruji," kata Dani Yulianto.
Menurutnya, pebulutangkis hebat tidak semata-mata lantaran kemampuan teknis saja, melainkan mentalnya pun harus memadai sebagaimana sering diistilahkan sebagai mental baja. Saat melatih di Thailand, Dani Yulianto berkesempatan menangani secara langsung Ratchanok Intanon, pebulutangkis putri Thailand pernah bertengger di papan atas pebulutangkis putri dunia.
Disampaikan, jenjang pembinaan pebulutangkis di Thailand juga dimulai dari klub yang ada di sejumlah kota. Klub menjadi tempat penggemblengan para pebulutangkis, sebelum mereka berkesempatan direkrut ke tim nasional. Bahkan sistem pemusatan latihan nasional di Thailand juga bertumpu pada klub. Beberapa pelatih ditugaskan melatih klub, kemudian ketika ada event Internaional, mereka baru ditarik ke pemusatan latihan.
Satu hal lagi yang patut dicontoh dari para pemain Thailand, menurut Dani Yulianto adalah rasa hormat pemain kepada pelatih. Seterkenal apapun dan setinggi apapun prestasi yang diraih pebulutangkis Thailand, mereka tetap hormat dan tunduk pada pelatih.
Mereka menyadari prestasi yang telah dicapai tidak lepas dari peran pelatih yang menangani dirinya. Sikap seperti itulah yang patut ditiru para pebulutangkis Indonesia, sehingga muncul kesadaran tentang ikatan emosial antara pebulutangkis dengan pelatih.
Dani Yulianto yang semasa muda menjadi andalan Yogyakarta di sejumlah event nasional pada saat itu bergabung dengan Persatuan Bulutangkis (PB) Sinar Mataram. PB Sinar Mataran saat itu meruapakn salah satu perintis adalah Sekolah Bulutangkis yang pada perkembangan berikutnya menjadi pusdik.
Pebulutangkis seangkatan Ignatius Rusli dan Hermawan Susanto ini mengemukakan dirinya masih berkeinginan untuk menjadi pelatih lagi, jika kesibukannya di dunia properti sudah berkurang. "Ada saatnya nanti saya akan turun lagi menjadi pelatih bulutangkis, entah di tingkat daerah, nasional, maupun internasional," ungkapnya. (Hrd)
Sentimen: positif (99.9%)