Pakar PBB: Rasisme Bisa Menghambat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
SuaraSurabaya.net Jenis Media: News
Sebuah kelompok pakar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Jumat (16/9/2022) mempresentasikan laporan tematik terkait dampak negatif rasisme dan diskriminasi rasial terhadap hak atas pembangunan.
Berdasarkan laporan itu, PBB mendesak komunitas internasional mencegah segala bentuk rasisme dan memerangi ketidaksetaraan yang terjadi di seluruh negara.
Mihir Kanade ketua pelapor Mekanisme Pakar PBB untuk Hak atas Pembangunan, mempresentasikan laporan itu di hadapan Sidang Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB ke-51.
“Para pakar berharap laporan itu bisa membantu mengatasi diskriminasi rasial dan berbagai hambatan terhadap pembangunan sosial dan ekonomi di seluruh dunia,” ujarnya dilansir Antara, Minggu (18/9/2022).
Kanade menguraikan, rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu hambatan terbesar dalam realisasi hak atas pembangunan. Selain itu, hak atas pembangunan serta isu rasisme merupakan dua bidang yang paling diabaikan dalam advokasi HAM.
Laporan itu juga menyebut ketidaksetaraan berbasis ras belum mendapat perhatian yang sama seperti bentuk ketidaksetaraan lainnya, yang dipaparkan dalam Agenda 2030 PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Menurut sejumlah studi yang ditunjukkan dalam laporan itu, di Inggris contohnya, wanita dan pria keturunan Afrika punya risiko meninggal karena Covid-19 4,2 dan 4,4 kali lebih besar dibandingkan warga kulit putih senegara mereka.
“Data dari Amerika Serikat (AS) mengungkapkan tingkat kematian Covid-19 di kalangan warga Afrika-Amerika tercatat lebih dari dua kali lipat dibandingkan kelompok ras lainnya di negara tersebut,” tulis laporan itu.
Di Australia dan Kanada, penduduk pribumi juga memiliki harapan hidup yang jauh lebih pendek dibandingkan kelompok etnis lainnya. “Saat masyarakat menjadi semakin multietnis, multiagama, dan multikultur, investasi yang lebih besar dalam inklusivitas dan kohesi diperlukan untuk memetik manfaat dari keberagaman bagi seluruh umat manusia, alih-alih menganggap hal itu sebagai sebuah ancaman,” tambah laporan tersebut.
Demikian juga populasi Romani di seluruh Eropa yang memiliki angka harapan hidup antara lima sampai 20 tahun lebih pendek, dan menghadapi angka kematian bayi dua sampai tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Terakhir, laporan tersebut juga mengungkapkan di AS, warga kulit hitam hampir tiga kali lebih berpotensi tewas di tangan aparat kepolisian dibandingkan warga kulit putih, walau mereka 1,3 kali lebih mungkin tidak bersenjata. (ant/bil/rid)
Sentimen: negatif (99.2%)