Sentimen
Positif (99%)
22 Jan 2023 : 13.51
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati

Tokoh Terkait

Pura Mangkunegaran Kini dan Nanti, Meruntuhkan Dinding Pembatas dengan Masyarakat

22 Jan 2023 : 20.51 Views 3

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Pura Mangkunegaran Kini dan Nanti, Meruntuhkan Dinding Pembatas dengan Masyarakat

PIKIRAN RAKYAT – Pura Mangkunegaran di Surakarta kini semakin kondang, apalagi setelah jadi tempat digelarnya resepsi pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono. Minat masyarakat mengunjungi tempat itu meningkat pesat seiring waktu.

Hal itu tidak akan tercapai tanpa kerja keras berbagai pihak mulai dari abdi dalem, masyarakat, hingga pemimpinnya, KGPAA Mangkunegara X. Raja yang baru dinobatkan pada 12 Maret 2022 itu merasa Pura Mangkunegaran kian disorot.

Mangkunegara X atau yang akrab disapa Gusti Bhre sangat senang bila hasil kerjanya bersama para abdi dalem bisa diterima masyarakat. Apalagi, usai memimpin Pura Mangkunegaran, dia ingin bisa lebih dekat dengan masyarakat dan mengenalkan budaya keraton kepada banyak orang.

“Kita terus lestarikan (Pura Mangkunegaran) dan harapannya kita bisa perkenalkan kepada masyarakat lebih luas lagi bahkan nasional maupun dunia,” kata Gusti Bhre, saat ditemui Pikiran-Rakyat.com, Kamis, 19 Januari 2023.

Baca Juga: Jadi Lokasi Resepsi Pernikahan Kaesang Pangarep, Pura Mangkunegaran Punya Sejarah Penting

Demi mewujudkan keinginan itu, Gusti Bhre punya visi dan misi jangka panjang untuk mengembangkan kerajaan yang sudah ada sejak 1757 itu. Dia berharap Pura Mangkunegaran bisa jadi wahana kebudayaan bagi masyarakat luas.

Cita-cita tersebut jadi tantangan tersendiri bagi Gusti Bhre yang akan berusia 26 tahun itu. Kendati demikian, pemimpin muda itu punya optimisme tinggi dalam membawa dampak positif kepada Pura Mangkunegaran.

“Visi kami adalah bagaimana Pura Mangkunegaran ke depannya bisa menjadi suatu wadah, suatu tempat kebudayaan, terutama untuk masyarakat luas,” ujarnya.

Dengan menggandeng banyak pihak mulai dari akademisi hingga budayawan, diharapkan budaya kerajaan terutama budaya Jawa bisa dikenal lebih luas. Tak menutup kemungkinan bahwa kerajaan bisa berkolaborasi dengan pihak-pihak luar.

Runtuhkan dinding pembatas antara keraton dan masyarakat

Soal sekat pembatas antara kerajaan dan masyarakat, Mangkunegara X berucap bahwa untuk bisa meruntuhkan dinding tersebut, keraton harus memberi dampak positif yang bisa langsung dirasakan masyarakat.

Jika masyarakat merasakan dampak positif dan merasa ikut terlibat dalam memajukan Pura Mangkunegaran, dinding pembatas itu akan runtuh dengan sendirinya. Gusti Bhre merasa peran masyarakat untuk mendukung eksistensi kerajaan hingga saat ini sangatlah besar.

“Ketika kita bicara tentang dampak kepada masayarakat ini tentu banyak sekali, masyarakat juga banyak sekali yang bergerak di bidang kebudayaan, dan bukan hanya itu, bagaimana kebudayaan itu suatu kepemilikan bersama untuk bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” katanya.

Oleh karena itu, Pura Mangkunegaran sebagai identitas dan jati diri bangsa perlu mewadahi masyarakat untuk melakukan kegiatan budaya. Bahkan pria yang menjabat sebagai Komisaris PT KAI itu sudah menjalankan misi budaya ke tiga negara yakni Australia, Thailand, dan Malaysia.

Bukan sekadar memamerkan kebudayaan Jawa di luar negeri, dalam misi budaya tersebut Pura Mangkunegaran juga bekerja sama terutama di bidang kesenian. Hal itu bisa menjadi misi diplomasi Indonesia dengan negara lain.

“Kami ke Australia, Thiland, dan Malaysia, di sana kami tampil dan memberi pelatihan dan berkolaborasi dengan KJRI dan KBRI,” ucapnya.

Mangkunegara X tak hanya berbenah dari luar, tetapi juga melakukan pembangunan besar-besaran untuk kemajuan Pura Mangkunegaran. Saat ini di sejumlah sudut Pura Mangkunegaran mulai terlihat adanya pembangunan fisik untuk lebih menarik banyak pengunjung.

Pracima Tuin atau Taman Pracima mulai dirombak dan akan segera dibuka untuk umum. Di lingkungan taman, terdapat bangunan yang akan jadi rumah makan bergaya klasik Eropa. Akan dibangun pula kedai kopi yang memanfaatkan hasil kebun yang dikelola Pura Mangkunegaran.

“Seperti di Pracima, bentuk yang fisiknya, bagaimana taman Mangkunegaran yang ada di zaman Eyang Mangkunegara VI dan VII, dengan segala data yang kami miliki dengan segala dokumentasi, gambar kerja dan blueprint arsitektur yang ada, bisa menjadi diwujudkan kembali untuk masa kini dan tentu harapannya dengan fungsi untuk masa depan,” ucap Mangkunegara X.

“Di sana menjadi wadah untuk memperkenalkan kebudayaan misalnya kuliner. Kuliner juga merepresentasikan history dari sisi kondisi sosial, kondisi ekonomi, maupun kondisi politik juga pada saat itu mungkin,” katanya.

Gusti Bhre mengibaratkan pertumbuhan Pura Mangkunegaran seperti pohon yang terus tumbuh dengan akar yang kuat. Dia berharap bisa menumbuhkan pohon lebih tinggi lagi.***

Sentimen: positif (99.8%)