BMKG ungkap penyebab gempa di Laut Banda
Alinea.id Jenis Media: News
BMKG menjelaskan penyebab gempa magnitudo 7,5 di Maluku Barat Daya pada Selasa (10/1) dini hari tadi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa bumi yang terjadi di Laut Banda pada dini hari tadi berjenis gempa bumi menengah, yang disebabkan aktivitas subduksi Laut Banda.
Sekedar informasi, aktivitas subduksi merupakan tumbukan antara dua atau lebih lempeng tektonik yang salah satunya menghujam ke lempeng di bawah yang lain. Subduksi lempeng dapat terjadi baik antara dua lempeng benua, antara dua lempeng samudra, maupun antara lempeng benua dan samudra.
Hingga pukul 5.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukan adanya lima aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitude terbesar M5,5 dan terkecil M4,1. Dengan kekuatan semakin mengecil.
"Berdasarkan oberservasi 4 tide gauge di sekitar sumber gempa bumi (Seira, Adaut, Lirang, dan Larat), tidak menunjukan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan," kata dia, dalam keterangannya yang dipantau dari YouTube, Selasa (10/1).
Mengingat peringatan dini tsunami telah berakhir, masyarakat di wilayah pesisir dihimbau untuk dapat beraktivitas seperti biasa.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, kawasan Maluku khususnya Laut Banda, merupakan kawasan seis aktif seperti aktivitas sesar naik Seram Utara (North Seram Thrust) dan di selatan ada South Seram Thrust.
Dia mencatat, sejak 1639 hingga 1998 ada tsunami 45 kali gempa bumi dan tsunami di kawasan tersebut. Di antaranya yang mematikan yaitu pada 1674, dengan berdampak pada kerusakan rumah warga dan menelan korban jiwa yang dperkirakan mencapai 2.300 orang meninggal dunia.
Sentimen: negatif (95.5%)