Sentimen
Partai Terkait
Megawati Tengah Alami Dilema Batin yang Hebat dalam Memilih Capres PDIP: Mau Tetap Soekarno Atau Tak Punya Idealisme? Selasa, 10/01/2023, 07:40 WIB
Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dinilai tengah mengalami dilema batin yang sangat kuat terkait pemilihan sosok calon presiden (capres) penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini dibongkar pengamat politik Rocky Gerung.
Pilihannya, kata Rocky, Megawati bingung apakah mau pragmatis, oportunis, atau masih memegang politik nilai yang diajarkan Sang Ayah, Soekarno.
Baca Juga: Sambil Nunggu Jokowi Matangkan Reshuffle, PDIP Ngaku Siap Sodorkan Kadernya di Pos Menteri, Hmm...
"Mau tetap Soekarno yang diingat atau nanti PDIP yang diingat sebagai partai yang nggak punya lagi idealisme gitu," ucapnya dalam kanal YouTube-nya, Senin, (2/1/2023).
Dua kader PDIP yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo yang selama ini disebut akan saling memperebutkan tiket capres, kata dia, juga membuat Mega berpikir keras.
Namun, dia menyarankan agar Puan diberi waktu untuk mematangkan dirinya selama lima tahun baru nyapres.
"Saya bisa bayangkan kesulitan dilematis Ibu Mega untuk memutuskan bahwa mau Puan yang sebetulnya meneruskan cara berpikir Ibu Mega, yang asli yaitu ajaran Soekarno. Banyak hal yang saya tidak setuju dengan Soekarno. Tapi Soekarno itu adalah bagian dari bangsa. Pikirannya mesti terus hadir," tutur Rocky.
Lanjut, kata ahli filsafat ini, Ideologi warisan Soekarno adalah anti kapitalisme dan kolonialisme. Megawati ingin melihat sejauh mana Ganjar anti terhadap kolonialisme dan kapitalisme. Pasalnya, kata dia, basis kritik terhadap kapitalisme ada pada PDIP.
Baca Juga: Siap-siap Semua! Hasto Akui Nama Capres PDIP Sudah Dikantongi Megawati: Bocorannya...
"Negeri ini negeri yang sangat kapitalistik. PDIP faktor dalam sejarah politik Indonesia. Bung Karno tetap akan diingat orang sebagai pejuang utama anti Kapitalisme. Sekarang PDIP harus memilih, meneruskan pikiran Bung Karno berdasarkan ide dasar pendiri proklamator, yaitu kita tidak boleh berdiam diri bila ada penderitaan. Dan penderitaan itu disebabkan oleh akumulasi kapital," ungkapnya.
"Sekarang Megawati harus putuskan itu dalam suatu permohonan batin yang kuat. Mau kemana sebetulnya PDIP, mau bermain dalam politik pragmatis, oportunis, atau tetap dalam ide Marhaenisme," tandas Dosen Universitas Sam Ratulangi ini.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Anak Muda Sekarang Tak Suka Kerja ke Kantor, Kenapa?
Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Warta Ekonomi dengan Fajar.co.id.
Sentimen: negatif (78%)