Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: Universitas Indonesia
Kab/Kota: Surabaya, Cikini
Kasus: korupsi
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Profil Akbar Tanjung, Perjalanan Organisasi hingga Karier Politiknya
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT – Ir. Djandji Akbar Zahiruddin Tanjung atau dikenal dengan nama Akbar Tanjung adalah seorang politikus Indonesia yang menganut agama Islam.
Mantan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tahun 1999 hingga 2004 itu merupakan pria kelahiran Sorkam, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara pada 14 Agustus 1945.
Ia merupakan anak ke-13 dari 16 bersaudara, ia lahir dari pasangan yang berasal dari etnis Batak Pesisir, Zahiruddin Tanjung dan Siti Kasmijah.
Dari pernikahannya bersama Krisnina Maharani, Akbar Tanjung dianugerahi empat orang anak perempuan. Mereka bernama Fitri Krisnawati, Karmia Krissanty, Triana Krisandini, dan Sekar Krisnauli.
Baca Juga: Akbar Tanjung Dukung Anies Baswedan Jadi Presiden Indonesia
Selain Akbar Tanjung, kedua saudaranya, M. Yanis Zaharuddin dan Datuk Usman Zahiruddin Tanjung, ikut menjadi politisi di salah satu partai. Namun saudarannya yang lain, Nahar Zaharuddin Tanjung, menjadi penerus usaha ayahnya hingga mendirikan NV. Marisson.
Ayahnya merupakan seorang pengurus Muhammadiyah di Sorkam yang kemudian berkecimpung ke dunia usaha kain. Selain mempunyai usaha kain, ayahnya menjual rempah-rempah dan memiliki toko di Sibolga.
Riwayat pendidikannya dimulai dari SR (Sekolah Rakyat) Muhammadiyah, Sorkam, Tapanuli Tengah, kemudian pindah ke SR Nasrani di jalan Seram, Medan. Setelah itu, ia pindah ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di SMP Perguruan Cikini, Jakarta.
Setelah tamat pada jenjang SMP, ia meneruskan pendidikannya di SMA Kolese Kanisius, Jakarta, dan saat berlanjut ke jenjang perkuliahan, ia memilih berkuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Teknik.
Baca Juga: Profil Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang Jadi Sorotan Usai Resmikan Masjid Raya Al Jabbar
Di tahun 1966, suami dari Dra. Krisnina Maharani, MSi itu menjadi aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia di Universitas Indonesia (KAMI-UI). Pada tahun 1967-1968, ia menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Selain itu, ia juga aktif dalam Dewan Mahasiswa UI dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI. Pada tahun 1969-1970, ia menjabat menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada periode 1972-1974, ia kembali menjabat sebagai pengurus besar HMI.
Masa muda Akbar Tanjung memang dihabiskan mengikuti kegiatan keorganisasian. Pada tahun 1973, ia mendirikan organisasi kepemudaan bernama Komite Nasional Pemuda Indonesia atau lebih populer dengan singkatan KNPI.
Kehidupannya yang tak pernah lepas dari dunia keorganisasian menuntun langkahnya masuk ke dalam dunia politik. Ayah yang memiliki empat anak itu masuk menjadi anggota FKP DPR-RI yang mewakili Provinsi Jawa Timur pada tahun 1977-1988.
Baca Juga: Profil Sahat Tua Simanjuntak, Wakil Ketua DPRD Jatim yang Ditangkap KPK dalam OTT di Surabaya
Pada tahun 1983 - 1988, ia diberi kepercayaan menduduki posisi Wakil Sekretaris Jenderal DPP Golkar. Kariernya di Partai Golkar sebagai naungan berpolitik tergolong gemilang.
Pada era Presiden Soeharto dan Habibie, Akbar Tanjung pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada periode 1988-1993 dan pada 1998 – 1999 ia ditunjuk sebagai Menteri Sekretaris Negara.
Saat Indonesia memasuki masa Reformasi, Akbar Tanjung terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar masa jabatan 1998-2004. Semasa menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar, ia menjadi sorotan publik ketika lolos dari jerat hukum setelah Mahkamah Agung menerima permohonan kasasinya.
Diketahui pada tahun 2002, ia pernah dihukum karena kasus korupsi atas penggelapan dana yang ditujukan sebagai bantuan makanan untuk orang miskin, tetapi hukuman itu dibatalkan di tingkat banding pada tahun 2004.
Karena hal tersebut, ia memungkinkan untuk ikut serta sebagai calon presiden pada pemilu 2004. Namun, ia dikalahkan oleh Wiranto dalam kandidat pencalonan konvensi Calon Presiden Golkar.
Kemudian, Akbar Tanjung juga kehilangan jabatan sebagai Ketua Umum Partai Golkar setelah dikalahkan oleh Jusuf Kalla yang menjadi Wakil Presiden.
Mantan ketua DPR ke-13 itu terpilih sebagai Ketua DPR-RI periode 1999-2004 melalui hasil pemungutan suara. ia meraih 411 suara dengan mengalahkan saingan utamanya waktu itu Soetardjo Soerjogoeritno dari PDI Perjuangan.
Beberapa penghargaan telah diraih mantan Menteri Negera Perumahan Rakyat dan Pemukiman Indonesia ke-3 itu. Di antaranya meraih Penghargaan Bintang Mahaputra Adi Pradana dari Pemerintah RI pada tahun 1992.
Pada tahun 1996, ia meraih penghargaan Kruis in de Orde van Oranje Nassau dari Pemerintah Belanda, dan pada tahun 1998 ia memperoleh Bintang Republik Indonesia dari Pemerintah RI.
Di tahun 2007, Akbar Tanjung merilis buku berjudul “The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi”. Buku yang berisi 402 halaman itu diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama. (Rifki Ahmad Ferdiansyah)***
Sentimen: positif (99%)