Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Rezim Orde Baru
Kab/Kota: Solo
Kasus: HAM
Tokoh Terkait
Cinta Sejati Sipon, Tetap Berjuang Mencari Keadilan untuk Wiji Thukul yang Hilang
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Solo, Gatra.com - Berpulangnya Dyah Sujirah atau yang lebih dikenal sebagai Sipon, istri penyair Wiji Thukul, menjadi kehilangan bagi banyak pihak. Sebab sepeninggal Wiji Thukul, Sipon terus berjuang dan tidak menyerah hingga akhir hayatnya dalam menemukan sang suami yang hilang sejak masa Orde Baru.
Hal ini disampaikan oleh adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo, saat ditemui di rumah duka di Kampung Kalangan, RT 1 RW 14 Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo. Ia melihat Sipon sebagai sosok perempuan yang teguh.
”Hampir seperempat abad ia menanti keadilan pulangnya Thukul, kepastian adanya Thukul, dan saya kira sampai akhir hayatnya enggak menyerah,” kata Wahyu, Jumat (6/1).
Menurutnya, Sipon bukan hanya istri bagi penyair dan aktivis akhir rumput yang hilang itu. Namun Sipon sendiri adalah seorang aktivis.
”Kalau di puisi-puisi Thukul ada judul ’Ketika Jenderal Marah-Marah’, itu Thukul mengakui bahwa analisisnya Mbak Pon mengenai situasi terkini saat itu. Sehingga Thukul harus melarikan diri. Ini memperlihatkan Mbak Pon bukan hanya istri aktivis, tetapi dia itu aktivis sendiri,” urai Wahyu.
Sebab Sipon selama ini aktif menjadi insiator dari para keluarga korban untuk mencari kepastian atas orang-orang yang dihilangkan. Ia aktif dalam Ikatan Orang Hilang Indonesia (IKOHI) dan mendorong Komnas HAM menerbitkan sertifikat korban pelanggaran HAM terutama untuk orang-orang hilang.
”Mbak Pon memperjuangkan adanya sertifikat atau surat keterangan korban pelanggaran HAM. Dan akhirnya Komnas HAM itu menjadi preseden untuk korban-korban yang lain. Ini membuktikan bahwa Mbak Pon sendiri adalah pejuang HAM,” katanya.
Untuk itu, dia berharap semangat Sipon tetap hidup, meskipun Sipon sendiri telah tiada. Termasuk bagi para keluarga korban yang hilang pada peristiwa 98, Sipon dianggap penyemangat untuk terus mencari keadilan.
”Meskipun Mbak Pon sudah tidak ada, semangat untuk mencari keadilan, mencari kepastian Wiji Thukul dan korban-korban hilang lainnya, tetap kita lanjutkan,” katanya.
Ia mengungkap, kedua anak Sipon dan Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani dan Fahar Merah, akan tetap memperjuangkanya. ”Saya kira Wani dan Fajar juga akan terus menyanyi. Akan terus berpuisi melanjutkan apa yang selama ini disuarakan Mbak Pon,” kata Wahyu.
Wahyu berharap, tim non yudisial pemerintah bisa menyelesaikan persoalan hak asasi manusia (HAM) untuk kasus orang-orang hilang. Menurutnya, hal ini menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk mengedepankan persoalan HAM.
”Saya kira ini jadi pelajaran juga bagi mereka (pemerintah) untuk mengedepankannya. Sebab ini urgen. Banyak korban yang menanti keadilan sampai tidak bisa menikmati apa yang seharusnya dia dapatkan dari proses penegakan HAM itu sendiri,” ucapnya.
Sipon merupakan istri dari Wiji Thukul, sosok penyair dan aktivis 1998 yang menjadi korban penculikan dan penghilangan. Sipon meninggal pada Kamis (5/1) pada pukul 13.01 WIB dan dimakamkan pada Jumat (6/1) ini.
Dari pantauan Gatra.com di rumah duka, seratusan pelayat datang. Keluarga di rumah duka terpukul atas kepergian sosok perempuan pejuang yang menjadi cinta sejati Wiji Thukul itu.
Meski tak ada tokoh yang hadir untuk melayat Sipon, sejumlah karangan bunga ucapan duka cita dikirim oleh sejumlah sosok ternama di Indonesia. Antara lain Presiden Joko Widodo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, hingga Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
82
Sentimen: positif (66.6%)