Sentimen
Netral (99%)
6 Jan 2023 : 21.33
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Purwakarta

Partai Terkait

Dedi Mulyadi Tak Setuju Jika Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Jelas Ini Kemunduran Demokrasi

7 Jan 2023 : 04.33 Views 2

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

Dedi Mulyadi Tak Setuju Jika Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Jelas Ini Kemunduran Demokrasi

POJOKSATU.id, JAKARTA – Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Dedi Mulyadi tampak tidak setuju dengan sistem pemilu proporsional tertutup.

Diketahui, beberapa partai melakukan judicial review Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Dalam draf judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) itu mereka menginginkan sistem Pemilu proporsional terbuka diubah ke sistem tertutup.

Pria akrab dipanggil Kang Dedi itu menilaial judicial review tersebut merupakan kemunduran demokrasi.


“Sistem pemilu paling ideal untuk mematangkan proses demokrasi di Indonesia adalah proporsional terbuka, kalau tertutup kemunduran demokrasi,” kata Dedi, Kamis (5/1/2022).

Menurut dia, proporsional terbuka merupakan kompromi antara proporsional tertutup dan distrik, sehingga sistem proporsional terbuka yang ideal untuk mematangkan demokrasi.

Anak buah Airlangga Hartarto itu menyebutkan, sistem proporsional terbuka ada dialektika demokrasi yang mencerminkan keterwakilan partai dan masyarakat.

BACA : Awal Tahun Ini Ada Kekisruhan Baru Di Purwakarta, Bupati Dengar Pegawai Pemda dan Pihak Ketiga Curhat Bayar Dong Hak Mereka

“Dengan begitu, kita akan masuk pada pematangan politik menuju sistem distrik murni,” ucap Dedi.

Sebaliknya, untuk wacana kembali ke sistem proporsional tertutup justru merupakan sebuah kemunduran dalam perjalanan demokrasi di Indonesia.

“Wacana kembali ke sistem proporsional tertutup merupakan kemunduran dalam kedewasaan berdemokrasi. Publik kehilangan keterwakilannya,” terang dia.

“Sementara partai memiliki otorisasi menentukan anggota legislatif berdasarkan kehendak pimpinan partainya. Sehingga oligarki politik akan tumbuh dengan kuat dalam sistem proporsional tertutup,” sambung dia.

Hal tersebut berimplikasi pada minat masyarakat untuk datang ke TPS akan mengalami penurunan tajam. Sebab masyarakat merasa kehilangan keterwakilannya.

“Bahkan dalam pemilu yang digabung antara pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, orang memiliki kecenderungan memilih presiden saja tanpa memilih legislatif,” pungkas Dedi. (Mufit/Pojoksatu)

Sentimen: netral (99.9%)