Sentimen
Netral (87%)
29 Des 2022 : 00.40
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jabodetabek, Yogyakarta

Tokoh Terkait

BMKG Jelaskan Penyebab Potensi Cuaca Ekstrem Hingga Awal Januari 2023

29 Des 2022 : 00.40 Views 2

Prfmnews.id Prfmnews.id Jenis Media: Nasional

BMKG Jelaskan Penyebab Potensi Cuaca Ekstrem Hingga Awal Januari 2023

PRFMNEWS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang berlangsung sejak 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023.

Potensi cuaca ekstrem dengan hujan lebat dan gelombang tinggi tersebut dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di sekitar Indonesia.

Dalam keterangannya, BMKG menyebut ada empat kondisi atmosfer yang memengaruhi cuaca ekstrem di Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut.

Baca Juga: Bukan Badai, Begini Penjelasan BMKG Tentang Potensi Cuaca di Jabodetabek Hari ini

1. Monsun Asia

Monsun Asia menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir dengan potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Seruakan dingin Asia merupakan fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan.

Baca Juga: BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem pada Penghujung Tahun

Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge atau arus lintas ekuatorial) yang mengindikasikan bahwa adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator.

Dampak adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin disekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.

2. Pembentukan pusat tekanan rendah

Adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator..

Kondisi ini juga turut serta meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia.

Baca Juga: BMKG: Waspada Hujan Lebat-Gelombang Tinggi Masa Natal dan Tahun Baru di Sejumlah Wilayah, Termasuk Jabar

3. Bibit Siklon Tropis 95W

Bibit siklon tropis 95W tumbuh di Samudra Pasifik sebelah Utara Papua Barat, tepatnya di sekitar 8.8°LU 130.9°BT, dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb.

Berdasarkan citra satelit Himawari-8 6 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem.

Model prediksi numerik menunjukkan bahwa sistem ini bergerak ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia. Potensi sistem untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada dalam kategori Rendah.

4. Aktivitas MJO

Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan kedepan di wilayah Indonesia.


Wilayah terdampak

Berdasarkan platform informasi Prakiraan Berbasis Dampak BMKG, potensi hujan dengan intensitas signifikan selama periode tanggal 27 Desember 2022 - 02 Januari 2023 perlu diwaspadai di beberapa wilayah sebagai berikut:

Potensi hujan lebat hingga sangat lebat dapat terjadi di sebagian wilayah :
1. Banten
2. Jawa Barat
3. DKI Jakarta
4. Jawa Tengah
5. DI Yogyakarta
6. Jawa Timur
7. Bali
8. NTB
9. NTT

Potensi hujan sedang hingga lebat dapat terjadi di sebagian wilayah :
1. Aceh
2. Bengkulu
3. Sumatera Barat
4. Lampung
5. Sumatera Selatan
6. Kalimantan Selatan
7. Sulawesi Selatan
8. Sulawesi Tenggara
9. Maluku Tenggara
10. Papua Barat
11. Papua.***

Sentimen: netral (87.7%)