Sentimen
Positif (50%)
28 Des 2022 : 23.10
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Reni Astuti

Reni Astuti

Wakil Ketua DPRD Surabaya Sebut Minyak Goreng Subsidi Belum Sentuh Pasar Tradisional

29 Des 2022 : 06.10 Views 2

Beritajatim.com Beritajatim.com Jenis Media: Politik

Wakil Ketua DPRD Surabaya Sebut Minyak Goreng Subsidi Belum Sentuh Pasar Tradisional

Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti menyebut minyak goreng bersubsidi belum menyentuh pasar tradisional di Kota Pahlawan.

Hal itu diutarakannya setelah turun langsung mengecek harga dan ketersediaan minyak goreng subsidi di tiga pasar tradisional di Kota Pahlawan seperti pasar Pakis, pasar Keputih, dan pasar Klampis pada Selasa (8/2/2022).

Berdasarkan pantauannya, politisi PKS Surabaya ini menyampaikan bahwa minyak goreng subsidi seharga Rp 14.000 per liter belum ditemukan di pasar-pasar tradisional. Di Pasar Pakis, misalnya, harga minyak goreng kemasan masih berkisar Rp 16.000 hingga Rp 17.000 per liter.

“Minyak subsidi belum menyentuh pasar tradisional. Tidak ada yang harga segitu (Rp 14.000), pedagang juga menginfokan tidak ada kiriman minyak bersubsidi, adanya di toko-toko modern seperti minimarket, swalayan, atau supermarket. Ini yang jadi perhatian saya,” kata Reni saat dihubungi, Rabu (9/2/2022).

Sulitnya mendapat minyak goreng subsidi dikeluhkan baik para pedagang maupun pembeli. Persoalan yang dialami para pedagang pasar ini pun menjadi perhatian tersendiri bagi Pimpinan DPRD Surabaya ini untuk mendorong geliat pasar tradisional.

Pasalnya, para pedagang ini terkena imbas pasca penurunan harga minyak goreng serentak. “Stok yang tersedia adalah stok lama yang saat itu dibeli pedagang dengan harga lebih tinggi, akhirnya konsumen pun lebih memilih membeli ke toko modern sebab harga yang lebih rendah,” katanya.

Reni bercerita, penjual toko kelontong Pasar Klampis mengungkapkan bahwa mereka masih punya stok lama saat kulakan seharga Rp 19.500. Sementara untuk minyak curah mengalami penurunan harga dari Rp 19.500 menjadi Rp 15.000, namun pasokan barang tengah kosong.

Selaras, Siti misalnya, salah seorang penjual sembako di Pasar Pakis juga menuturkan hal serupa bahwa stok minyak goreng miliknya masih kosong. Dirinya menyebutkan bahwa telah pesan namun pihak pemasok belum mengirim kembali.

Lebih lanjut, alumnus ITS ini mengatakan bahwa konsumen pun akhirnya terpaksa membeli stok minyak goreng yang tersedia dengan nominal harga di atas harga eceran tertinggi (HET). “Itu pun pedagang ada yang gak ambil untung, karena kulakannya ya sebesar (harga) itu juga. Jadi mereka masih punya stok lama sebelum kebijakan minyak goreng satu harga,” ucapnya.

Menurutnya, kondisi seperti itu perlu untuk mendapat perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam hal memastikan distribusi minyak goreng ke pedagang-pedangan tradisional. “Saya mendorong Pemkot Surabaya untuk memastikan ketersediaan stok minyak goreng agar tidak hanya tersalurkan kepada minimarket ya, tapi juga para pedagang tradisional,” tegasnya.

Reni berharap agar minyak goreng subsidi dapat segera masuk ke pasar-pasar tradisional sebab masyarakat yang berbelanja pun menginginkan harga minyak goreng yang lebih ekonomis sekaligus menghidupkan pasar tradisional. [asg/suf]

Sentimen: positif (50%)