Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Tokoh Terkait
Indonesia Punya Lembaga Khusus 'Pawang Hujan'
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ingin pemerintah Indonesia memiliki lembaga khusus pawang hujan. Tapi bukan pawang hujan dalam artian magis, melainkan Teknologi Modifikasi Cuaca atau TMC.
Keinginan Luhut ini mencuat saat dirinya mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lokasi Gala Dinner Kepala Negara anggota dan tamu undangan KTT G20 di pelataran Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Bali. Saat itu hujan mendadak turun begitu lebat sebelum acara gala dinner pada Selasa (15/11/2022) lalu berlangsung malam harinya.
Luhut bercerita, ketika hujan turun, raut wajah Presiden Jokowi seketika menandakan dirinya tengah termenung. Ia nampak khawatir dengan kondisi hujan sore itu, apakah juga akan lebat membasahi lokasi gala dinner saat para pemimpin negara sedang menyantap hidangan makan malam atau tidak.
"Tampaknya apa yang beliau pikirkan saat itu sama dengan yang saya pikirkan, kami ingin acaranya nanti berlangsung meriah dan semarak. Namun bagaimana jika hujan deras seperti ini malah turun di area GWK Cultural Park tanggal 15 November malam ketika acara berlangsung?," kata Luhut dikutip dari akun instagramnya @luhut.pandjaitan, Jumat (25/11/2022).
Setelah mendampingi kunjungan Jokowi sore itu, Luhut bergegas mengadakan pertemuan bersama tim khusus yang terdiri dari BMKG, BRIN, TNI AU, Kementerian PUPR, dan Pakar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Tri Handoko Seto. Mereka diberi tugas memastikan hujan turun tak turun di GWK Cultural Park saat gala dinner berlangsung.
"Selain tugas tersebut, ada pula tugas lain yang tak kalah penting, yakni mengkondisikan cuaca agar tidak turun hujan ketika para kepala negara anggota G20 berjalan ke arah Bamboo Dome, yang terletak di outdoor area The Apurva Kempinski," ujar Luhut.
Langkah tim khusus yang menjadi 'pawang hujan' selama KTT G20 itu pun, kata dia, berbuah manis. Hujan tidak turun selama masa-masa acara para pemimpin negara anggota G20 di luar ruangan. Dia pun mengaku menjadi berpikir perlunya melembagakan secara khusus pawang hujan itu.
"Saya sampai pada satu kesimpulan bahwa sains dan teknologi sebesar ini perlu memiliki lembaga khusus yang menaungi Teknik Modifikasi Cuaca. Karena saya dengar dari pemaparan beliau (Seto), negara lain seperti Thailand punya lembaga khusus TMC dengan pertanggungjawaban kepada Raja," ucap Luhut.
Apalagi, ia melanjutkan, kalau melihat mata anggaran di beberapa event pemerintah, memang tim khusus TMC mendapat porsi anggaran yang paling kecil, padahal peranannya sangat penting. Padahal, operasionalnya saat mengendalikan cuaca membutuhkan alat-alat yang besar dan tak murah.
"Seperti contohnya pada saat pelaksanaan Gala Dinner KTT G20 tersebut, ada 4 pesawat dari TNI AU yang ditugaskan dengan berbekal suplai data dari BMKG terkait titik mana saja yang berpotensi hujan," ucap Luhut.
Selain itu, Luhut menganggap, butuh kecermatan serta perhitungan yang matang untuk mengendalikan cuaca itu, di antaranya demi mengetahui ketebalan awan dan berapa jumlah garam yang harus ditabur. Ini semua diperlukan agar hujan yang terjadi tidak menyebar.
"Dan yang perlu diketahui, ada 11 penerbangan yang membawa 29 ton garam untuk melakukan Teknik Modifikasi Cuaca pada saat itu. Bisa dibayangkan berapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan operasi ini," kata Luhut.
[-]
-
Aksi Nyata G20 dalam Ekonomi dan Keuangan Digital(miq/miq)
Sentimen: netral (66.7%)