Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Solo, Lombok, Mamuju
Tokoh Terkait
Pecahnya Bentrok hingga Luka di Keraton Surakarta Disebut Gegara Putra Mahkota
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Bentrokan yang mengakibatkan beberapa orang luka-luka di Keraton Surakarta, Jawa Tengah, tampaknya berbuntut panjang.
Konflik internal keluarga yang kembali memanas dalam beberapa waktu terakhir itu pun merembet pada penetapan putra mahkota yang sudah diputuskan oleh Paku Buwono XIII.
PB XIII telah menetapkan putra tunggalnya hasil pernikahan dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu PB XIII Hangabehi, Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Purbaya sebagai putra mahkota.
Padahal, menurut Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta yang diwakili oleh GKR Koes Moertiyah, PB XIII memiliki putra tertua dari pernikahan sebelumnya, yakni KGPH Mangkubumi.
Sosok yang biasa disapa Gusti Moeng itu pun mengatakan keputusan penetapan putra mahkota bisa batal demi hukum, baik hukum adat maupun hukum negara.
"Ini adiknya (Purboyo) dipaksa oleh ibunya (permaisuri). Dari ibunya saja gagal, (salah satunya) tidak memenuhi kriteria perawan," kata GKR Koes Moertiyah.
Baca Juga: Roundup: Natal 2022 dan Remisi untuk Belasan Ribu Narapidana se-Indonesia
Oleh karena itu, dia menilai KGPH Mangkubumi lebih tepat ditetapkan sebagai putra mahkota, mengingat yang bersangkutan merupakan putra tertua PB XIII.
"Dia anak laki-laki tertua dari sinuwun (PB XIII), kan harus urut tua," ucap GKR Koes Moertiyah.
"(Penetapan putra mahkota sebelumnya) bisa batal demi hukum, hukum adat dan hukum nasional. (Mangkubumi) sudah dipilih abdi dalem dan sentono dalem," ujarnya menambahkan.
Terkait hal itu, usai kirab budaya pada Sabtu, 24 Desember 2022, pihaknya sekaligus melakukan alih asma (alih nama) Mangkubumi menjadi Hangabehi.
"Sejak dapat (nama) Mangkubumi, sentono dan abdi dalem tidak sreg, Keraton Surakarta tidak pakai Hangabehi untuk anak-anak tertua," kata GKR Koes Moertiyah.
"Dari kesepakatan abdi dalem dan sentono (kerabat keraton), hari ini alih asma dari KGPH Mangkubumi ke KGPH Hangabehi. Hangabehi itu maksudnya menyeluruh, sebetulnya (nama tersebut) sama dengan yang sekarang jadi raja (PB XIII)," tuturnya menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara, Senin, 26 Desember 2022.
Baca Juga: Sudah Seminggu tapi Nihil, Tim SAR Hentikan Pencarian WNA Prancis yang Tenggelam saat Berenang di Lombok
Sebelumnya, Wakil Pengageng Sasana Wilapa KRA Dani Nur Adiningrat menuturkan awal mula pecahnya kericuhan yang terjadi di Keraton Surakarta pada Jumat, 23 Desember 2022 petang.
Menurutnya, kejadian semalam bermula dari dugaan pemukulan terhadap salah satu kerabat keraton Sentono Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Christophorus Aditiyas Suryo Admojonegoro.
"Akhirnya abdi dalem kami dapat dhawuh dalem untuk mengamankan area keraton," ucap KRA Dani Nur Adiningrat, Sabtu, 24 Desember 2022.
"Maksudnya mengamankan adalah biar tidak lalu lalang sedemikian rupa, pintu itu ditutup. Ditutup, tetapi menempatkan abdi dalem untuk jaga pintu tersebut," ujarnya menambahkan.
Akan tetapi, ternyata terjadi pemukulan terhadap abdi dalem oleh beberapa orang dengan membawa pentungan.
"Ada yang pakai pentungan dan lain sebagainya sampai jatuhlah korban, ada sekitar 4-5 orang. Perlakuan ini sudah di batas kemanusiaan, di area cagar budaya yang harusnya dijunjung tinggi siapa yang bertugas," kata KRA Dani Nur Adiningrat.
Baca Juga: Belasan Rumah di Mamuju Sulbar Rusak Berat Diterjang Gelombang Pasang Air Laut
Sementara dari pihak LDA yang diwakili oleh Kanjeng Pangeran Eddy S Wirabhumi mengatakan LDA yang berisi sebagian putra dan putri PB XII keberatan dengan penutupan pintu keraton secara sepihak oleh raja.
Mereka menilai keraton Surakarta merupakan aset bangsa, sehingga jangan diperlakukan seperti rumah sendiri.
"Nyatanya sekitar 50 orang memaksa mengunci semuanya," ucap Eddy S Wirabhumi.
"Ada oknum aparat dengan mengeluarkan pistol ya tentu takut. Ini perlu dapat perhatian serius dari pengampu kepentingan yang menaruh aparat di sini," tuturnya menambahkan.
Selain itu, Eddy S Wirabhumi menuturkan ada keterlibatan pihak aparat yang melakukan penodongan kepada cucu Paku Buwono XIII.
Dia mengungkapkan bahwa pelaku mengarahkan senjata apinya ke arah cucu PB XIII, BRM Suryo Mulyo.
Aksi penodongan pistol tersebut sangat disayangkan pihak Keraton Solo, terlebih pelaku diduga merupakan anggota polisi.***
Sentimen: negatif (99.7%)