Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: MUI
Kab/Kota: Madinah
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Marsudi Syuhud
Waketum MUI: Hidup Harmonis di Tengah Keberagaman Bagian dari Muamalah
Sindonews.com Jenis Media: Nasional
loading...
Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud. FOTO/IST
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) mengingatkan kepada masyarakat bahwa hidup rukun di tengah keberagaman adalah bagian dari muamalah. Termasuk di dalamnya menjaga keharmonisan bertetangga serta bergotong royong dalam momentum Natal."Muamalah adalah melakukan suatu usaha-usaha bersama demi kebaikan bersama yang tidak memandang sekat-sekat agama," kata Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud dalam sebuah diskusi, Sabtu (24/12/2022).
Menurutnya, kehidupan harmonis dalam berbangsa dan bernegara telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Rasulullah hidup di tengah umat Islam, Majusi, Nasrani, dan Yahudi yang bersepakat bersatu serta saling gotong royong. Karena itu, kata Kiai Marsudi, keterlibatan Banser dalam pengamanan Natal misalnya, bukan karena situasi tidak aman, tapi ikut menjaga kehidupan bersama karena kita bersama-sama hidup, agar sama-sama nyaman, enak, dan kepenak.
"Karena kita sudah menyatu dengan kesepakatan, maka dari sinilah kita mengikuti aturan yang ada. Kita bisa harmonis jika kita tertib. Kita bisa tertib, kalau kita semua ikuti aturan," katanya.
Kiai Marsudi yakin Indonesia akan damai dan nyaman jika kehidupan masyarakatnya tertib. Karena itu, Kiai Marsudi berharap menjelang Natal, Tahun Baru, dan tahun politik, tidak ada pelanggaran seperti menyebar hoaks maupun larangan lainnya.
"Kita harus bersyukur karena Indonesia adalah negara civilized yang beradab. Lihat bagaimana negara lain yang perang dengan kaumnya sendiri. Maka inilah pentingnya kita diskusi, ada ruang bersama antarsesama umat beragama agar saling memaafkan. Jadikanlah Indonesia sebagai rumah besar," katanya.
MUI juga meminta para kiai, ustaz, dari pusat hingga kampung, untuk menyebarkan kepada masyarakat luas ajaran mengenai hak-hak bertetangga, berbangsa, berkeluarga, dan berteman. "Hari ini kita menghormati Natalan. Bertetangga saja perlu saling menghormati. Karena itulah, pentingnya kita menjaga perilaku sehari-hari atau muamalah, agar sama-sama nyaman," katanya.
Terkait ucapan selamat Natal, kata Marsudi, ada yang berpendapat boleh dan ada pula yang melarangnya. Menurutnya, tidak ada persoalan dalam perbedaan pendapat itu, karena yang penting adalah saling menghormati, menjaga harmonisasi, dan tanpa saling menuntut. "Kita cari rahmahnya (kenyamanan hati) bukan menggali perbedaan dengan mengungkit-ungkit keburukan. Jaga yang baik-baik dalam hidup satu sama lain," katanya.
Kiai Marsudi juga mengingatkan tentang ajaran Nabi Muhammad SAW tentang silaturahmi yang bisa menambah rezeki. Menurutnya, silaturahmi tidak dibatasi oleh agama tertentu.
"Di mana Anda berada, dengan tetangga pun tetap silaturahmi. Apalagi dalam berbangsa, tetaplah menjadi satu, memberi ruang untuk diskusi, saling memaafkan, dan jangan mencari persoalan-persoalan memicu konflik. InsyaAllah, 2024 Indonesia mampu menghadapi berbagai situasi karena tetap bisa bersatu," katanya.
Natal tahun ini merupakan yang pertama pascapandemi Covid-19. MUI mengingatkan bahwa penyakit akan selalu ada, sehingga kewajiban umat adalah menjauhkan diri dari wabah dan penyakit.
"Kita jangan mendekati mudharat, maka jangan salaman dulu jika menyebabkan penularan virus. Menjaga jiwa yang paling utama sebagai umat beragama, dan kesehatan adalah bagian dari menjaga jiwa," katanya.
(abd)
Sentimen: positif (99.9%)