Sentimen
Negatif (99%)
25 Des 2022 : 16.19
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Palu, Palangkaraya

Kasus: penistaan agama

Tokoh Terkait

Mana yang Lebih Berharga, Narkotika Atau Nyawa?

25 Des 2022 : 16.19 Views 2

Jitunews.com Jitunews.com Jenis Media: Nasional

Mana yang Lebih Berharga, Narkotika Atau Nyawa?

Resiko apa yang hadir dari pekerjaan penegak hukum untuk pemberantasan narkotika? Mana yang lebih berharga, narkotika atau nyawa?

Jelang penutup tahun 2022, bertambah lagi berita duka untuk instansi kepolisian. Seorang anggota polisi dikeroyok hingga tewas di sebuah wilayah dengan julukan ‘kampung narkoba’ di Palangkaraya Kalimantan Selatan.

Kejadian tersebut bermula saat Aipda Andre Wibisono, seorang anggota polisi yang bertugas di Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Kalimantan Tengah datang ke kampung Puntun untuk meminta sejumlah uang dan sabu pada Jumat, 2 Desember 2022.

Menurut keterangan beberapa saksi, Andre meminta jatah sejumlah uang dan sabu seberat 0,5 gram dan sejumlah uang kepada salah satu pengedar. Walaupun sudah mendapatkan jatah, Andre diketahui marah-marah dan berjalan menuju ke lokasi berikutnya.

Viral Tagar #KriminalisasiHanifahHusein, IPW: Polri Harus Berikan Perlindungan kepada Hanifah Husein

Risiko Penegak Hukum Berantas Narkotika

Kemarahan Andre tersebut memicu perang mulut dengan salah satu pelaku. Perkelahian pun tak bisa dihindari, pelaku dibantu belasan temannya mengeroyok Aipda Andre hingga terpojok dan masuk ke dalam rawa yang berair, kemudian memukulinya dengan kayu dan palu.

Bahkan salah satu pelaku menembakkan senjata air soft gun ke arah kepala korban sebanyak lima kali kemudian meninggalkan korban yang tak berdaya di rawa-rawa. Korban dibawa warga setempat ke rumah sakit, namun nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan saat perjalanan menuju Rumah sakit Bhayangkara Palangkaraya.

Menurut hasil pemeriksaan, ada dua proyektil yang bersarang pada bagian leher dan telinga kanan, serta pukulan di bagian belakang kepala sebelah kanan, menjadi penyebab korban meninggal dunia.

Kepolisian menetapkan 8 orang menjadi tersangka karena terlibat dalam pengeroyokan, dan 1 orang berinisial TE melarikan diri. 17 Desember kemarin polisi berhasil melacak keberadaan TE dan melalukan penggerebekan. Saat ingin diamankan, TE melakukan perlawanan walau sudah 3 kali diberi peringatan. Akhirnya TE berhasil dilumpuhkan namun naas nyawanya tidak tertolong.

Peristiwa tersebut bukan hal baru yang terjadi di Indonesia. Negara sangat direpotkan dengan urusan narkotika yang menjamah hampir seluruh pelosok tanah air. Kita sering mendengar kampanye pemberantasan narkotika, tapi di sisi lain tidak kalah juga penyebaran narkotika ke segala lapisan masyarakat. Gambaran peristiwa di atas membuat kita semakin menyadari resiko apa yang hadir dari pekerjaan penegak hukum untuk pemberantasan narkotika? Mana yang lebih berharga, narkotika atau nyawa?

Upaya Pemberantasan Narkotika

Segala upaya dilakukan pemerintah sejak beberapa waktu lalu tetapi seperti kucing-kucingan, semakin diberantas, semakin meluas. Pada pertengahan tahun ini Komisi III DPR melalukan rapat kerja reses untuk membahas revisi Undang-Undang (UU) Narkotika. Rapat tersebut dikhususkan membuat suatu sistem baru terhadap penanganan narkotika yakni akan dipisahkan atau diberikan pemahaman secara tegas antara pendekatan kesehatan dan pendekatan hukum, khususnya terkait penegakan hukum para bandar dan pengedar besar narkotika.

Pembahasan RUU Narkotika ini dilakukan secara menyeluruh agar tujuan utama yaitu mengatasi over kapasitas lapas yang 70 persen penghuni lapas di seluruh Indonesia adalah mereka yang tersangkut kasus narkotika. Selain itu juga telah melakukan berbagai upaya dalam menangani kasus narkotika seperti melalui Program Preemtif atau pembinaan, Program Preventif atau pencegahan, Program Penegakan Hukum bagi produsen, bandar, pengedar dan penyalahguna narkotika serta Program Rehabilitatif.

Penambahan SDM untuk Berantas Narkotika

Pemberantasan narkotika mustahil dilakukan hanya dengan debat kusir. Ketika pemerintah dan penegak hukum ambil bagian dalam pemberantasan narkotika, berarti resiko pekerjaan terberatpun siap dihadapi. Tapi apakah itu saja cukup? Negara ini butuh lebih banyak lagi SDM untuk mensinergi tugas mereka. Terutama personil yang turun langsung ke lapangan sebagai informan. Diharapkan tidak ada lagi korban seperi Aipda Andre, maupun masyarakat awam karena keganasan dari narkotika. Nyawa manusia jauh lebih berharga dari sebuah zat perusak dunia.

 

Penulis:

Amelia Ramadhani

Mahasiswa Magister Komunikasi 2022

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

 

Novel Bamukmin Tegaskan PA 212 Tak Tolerir Segala Bentuk Penistaan Agama

Sentimen: negatif (99.8%)