Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Hari Ibu
Jadi Dasar Hari Ibu, BPNB DIY Lestarikan Gedung Kongres Perempuan I
Jawapos.com Jenis Media: Nasional
JawaPos.com — Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY terus melestarikan tempat Kongres Perempuan I pada 1928. Gedung diselenggarakannya Kongres Perempuan I yang disebut Dalem Jayadipuran ini sejak tahun 1980an menjadi aset Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan digunakan sebagai kantor oleh BPNB DIY.
Kelestarian bangunan bersejarah yang melahirkan Hari Ibu tersebut masih banyak menyimpan keasliannya. Terbukti dari foto Kongres Perempuan I yang memperlihatkan bangunan Dalem Jayadipuran masih sama seperti sekarang saat digunakan BPNB DIY sebagai kantor.
Begitu juga kondisi bangsal di depan pendopo yang dulunya jadi tempat belajar sekolah Boedi Oetomo yang kini dijadikan tempat latihan Bale Nyinden Sore dan Bale Nggamel Sore, salah satu kegiatan pelatihan karawitan dan nyinden bagi masyarakat umum yang diselenggarakan gratis oleh BPNB DIY.
Kongres Perempuan I di Dalem Jayadipuran diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928. Ada 30 organisasi yang mengikuti kongres tersebut. Dalam berbagai catatan yang sudah dikaji BPNB DIY ada banyak kondisi yang melatar belakangi kongres tersebut, khususnya kondisi perempuan pada zaman itu yang kerap kali mengalami penindasan.
Pamong Budaya Sejarah BPNB DIY Indra Fibiona menjelaskan dari penelitiannya lewat arsip koran-koran masa kolonial pada 1928 banyak kasus kekerasan perempuan terutama kelompok buruh.
“Sekitar November 1928 ada kasus cukup gempar di Jogja yaitu kekerasan seorang pemilik toko dari Jepang di Malioboro yang melakukan kekerasan ke pegawai perempuannya yang pribumi, itu jadi salah satu momen para perempuan pergerakan waktu itu untuk mengadakan Kongres Perempuan I,” jelasnya, Rabu (21/12/2022).
Indra menyebut ada beberapa poin bahasan dalam Kongres Perempuan I, dari tuntutan pemenuhan hak pendidikan perempuan, kerja layak, hingga pelarangan kawin anak perempuan. “Isu yang dibahas waktu itu sangat menjunjung tinggi harkat martabat perempuan, jadi Hari Ibu ini sangat penting jika melihat konteks munculnya Kongres Perempuan I,” katanya.
Hari Ibu yang tiap tahun dirayakan pada 22 Desember, jelas Indra, adalah lahir dari kelompok perempuan zaman kolonial yang memperjuangkan haknya. “Jadi harus dimaknai dengan baik Hari Ibu ini, mengingat sejarahnya yang tak mudah maka penting untuk selalu jadi momen reflektif kita bersama sebagai bangsa yang menghormati sejarahnya,” tegasnya.
Bagian dari memaknai Hari Ibu, lanjut Indra, dengan tepat yang dilakukan BPNB DIY adalah dengan terus merawat artefak bangunan Kongres Perempuan I. “Sebagai saksi bisu yang menyaksikan terjadinya kongres tersebut penting juga tentunya merawat bangunan ini agar terus lestari dan asli sebagai bagian merawat sejarah,” ujarnya.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : ARM
Sentimen: positif (99.8%)