Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Ibadah Umroh
Kab/Kota: Gunung, Sleman
Bersama-sama Sembuhkan Diri dengan Tai Chi
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, SLEMAN — Dalam perkembangannya, Tai Chi menjadi olahraga yang lebih fokus pada kesehatan jiwa dan raga ketimbang sekadar bela diri. Beberapa orang yang sakit, kabarnya bisa pulih setelah latihan olahraga asal China ini. Atas dasar itulah, Asosiasi Dong Yue Tai Chi Indonesia (ADYTI) DIY terus menggaungkan olahraga yang satu ini.
Pudiarso Rahardjo menjadi salah satu sukarelawan saat bencana letusan Gunung Merapi 2010. Penyisiran bersama para tentara tidak jarang dia lakukan.
Kondisi yang masih rawan membuat beberapa jalur jalan kaki harus di tumpangi kayu. Asap putih masih sering muncul dari tanah di sepanjang jalur.
Dalam sebuah penyisiran, Pudiarso dan tentara lainnya mendapat kabar apabila wedhus gembel (awan panas) sedang meluncur dari puncak Gunung Merapi. Semua kalang kabut. Mereka berlarian menuju posko terdekat, mencari ruang aman.
Sesampainya di posko, mayoritas sukarelawan ngos-ngosan. “Bapak usia berapa?” tanya salah satu tentara pada Pudiarso yang kala itu berusia 60 tahun. “Saya sudah kepala enam,” jawab Pudiarso yang dikira masih berusia 40-an tahun.
Tentara itu heran kenapa Pudiarso masih kuat berlarian tanpa merasa lelah. Namun si tentara baru paham saat Pudiarso mengatakan apabila dia rutin berlatih Tai Chi. “Oh olahraganya Tai Chi, bagus itu,” kata tentara.
Sejak 2008, Pudiarso bergabung dengan komunitas yang saat ini bernama Asosiasi Dong Yue Tai Chi Indonesia (ADYTI) DIY. Awalnya dia hanya melihat-lihat, apabila komunitas yang sudah berdiri setahun sebelumnya ini sering berlatih di halaman parkir Rumah Sakit JIH. Lantaran memang suka membaca komik karya Kho Ping Hoo dan film bela diri, maka Pudiarso dan istrinya bergabung.
BACA JUGA: Pemenang Usee Sports Futsal Cup 2022 Terima Hadiah Total Ratusan Juta Rupiah
Berbeda dari sebelumnya yang untuk bela diri, Tai Chi saat ini lebih untuk kesehatan. Pendiri komunitas ADYTI DIY yang rutin berlatih di JIH juga merupakan dokter. Pendiri itu tertarik dengan Tai Chi saat melihat latihan di Sasana Happy, di Jalan Malioboro.
Setelah berlatih dengan Pak Happy, keturunan asli Marga Yang, dokter tersebut membuat komunitas Tai Chi di RS JIH. Semakin berkembang, warga yang berada di sekitar perumahan Condongcatur dan wilayah lainnya juga bergabung. “Tai Chi bisa untuk segala usia, dari usia sekolah dasar sampai lansia. Namun karena gerakannya yang lembut, sehingga lebih banyak diminati para lansia,” kata Ketua ADYTI DIY ini.
Saat ini ada sekitar 60 orang anggota ADYTI DIY. Tertua, usianya ada yang mencapai 84 tahun, dan termuda 36 tahun. Mereka yang lansia kebanyakan pansiunan. Mulai dari pensiunan guru, pegawai swasta, sampai pejabat.
Lantaran banyak anggota yang bergabung saat sudah lansia, tidak jarang ada anggota yang sakit. Salah satu anggota masuk dalam kondisi strok. Jangankan bergerak secara leluasa, anggota tersebut datang dengan bantuan alat jalan.
Dia sudah menjalani pengobatan rutin di rumah sakit. Namun, setelah rutin mengikuti latihan Tai Chi selama tiga bulan, dia sudah bisa berjalan tanpa bantuan alat. “Dokter heran, lo, ibu tensi dan detak jantungnya sudah bagus, olahraga apa emang? Oh Tai Chi, bagus lah, dilanjutkan saja,” kata Pudiarso menirukan perkataan dokter.
Dalam berlatih Tai Chi, beberapa efeknya adalah lancarnya pernafasan dan peredaran darah. Manfaat itu bisa didapat dari latihan pernafasan sampai gerakan-gerakan tertentu.
Meski bagi anggota awal, tidak akan ada pemberian materi yang berat. Penanaman di awal agar anggota suka dengan Tai Chi terlebih dahulu. Apabila sudah suka dan menjadi candu, maka semuanya akan mengikuti.
Pudiarso perlu waktu dua tahun untuk mengerti berbagai teknik Tai Chi. Saat gerakan kaki benar, gerakan tangan salah, dan sebaliknya.
Lomba
Untuk menjadi tolak ukur kemampuan Tai Chi, ADYTI DIY mengikuti berbagai lomba yang terselenggara di berbagai kota. Bahkan tidak jarang, para anggota ini membawa pulang medali.
Meski pada dasarnya, meraih medali hanya bonus. Lebih penting adalah olahraganya itu sendiri. Apabila bisa dibilang, semua orang perlu dan wajib untuk olahraga, namun jenisnya apa, tergantung dengan kecocokan masing-masing.
BACA JUGA: Termasuk DIY, Tiga Tim Putri Ini Raih Tiket Semifinal Kejurnas Bola Voli Junior 2022
Sebelum menekuni Tai Chi cukup lama, Pudiarso pernah mencoba silat dan kempo, tetapi tidak sampai tuntas. Barulah di Tai Chi ini dia merasa cocok. Terlebih dampak yang dia rasakan cukup nyata.
“Kemarin kami umrah, saat tawaf atau keliling kakbah semua pada lari. Baru di putaran ke-4 atau ke-5, banyak yang sudah kembang-kempis nafasnya. Namun nafas saya masih stabil dan biasa saja,” katanya.
“Loh bapak usianya berapa?” tanya dokter pembimbing umroh yang kaget mengatahui usia Pudiarso 72 tahun. “Olahraganya apa?” lanjutnya.
“Tai Chi,” jawab Pudiarso.
“Oh bagus itu Tai Chi,” sambut si dokter.
PROMOTED: Kisah Dua Brand Kecantikan Lokal Raup Untung dari Tokopedia: Duvaderm dan Guele
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: negatif (99.2%)