Sentimen
Negatif (99%)
16 Des 2022 : 02.40
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Cimahi, Depok, Sukabumi, Cilangkap, Cianjur

Curug Walanda di Cipatat Bandung Barat: Jejak Pembangunan Jalur Kereta Api Bandung-Cianjur Tempo Dulu

16 Des 2022 : 02.40 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Curug Walanda di Cipatat Bandung Barat: Jejak Pembangunan Jalur Kereta Api Bandung-Cianjur Tempo Dulu

PIKIRAN RAKYAT - Warga mengenal air terjun yang berada di Kampung Depok, RT 1 RW 13, Desa Cirawamekar, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat tersebut dengan nama Curug Walanda.

Penyematan nama Walanda atau Belanda itu diduga terkait pembangunan jalur kereta api Bandung-Cianjur tempo dulu. "PR" menelusurinya.

Jalan setapak berlapis tanah itu akhirnya membawa "PR" tiba di sebuah jembatan yang melintang di atas Sungai Cirawa, Kamis 15 Desember 2022.

Suara gemuruh air yang terhempas dari atas ketinggian segera terdengar, dan pemandangan elok sebelah kiri jembatan yang menjadi sumber suara tersebut segera membentot perhatian.

Baca Juga: Longsor Gerus Akses Curug Cimahi di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

Ya, inilah Curug Walanda. Sebelum terhempas atau menjadi air terjun, aliran Cirawa masuk ke dalam terowongan yang menerobos bagian bawah jalur kereta api Bandung-Cianjur di wilayah Cipatat, KBB.

Lubang besar yang merupakan mulut terowongan itu seakan memuntahkan air dengan kekuatan dahsyat. Eloknya pemandangan curug ditambah jembatan kecil yang berada tepat di hadapannya.

Bagi para pencinta swafoto, memotret diri di atas jembatan dengan latar belakang air terjun tak bisa dilewatkan.

Meskipun lokasinya cukup tersembunyi, keberadaan Curug Walanda rupanya telah menarik kedatangan para pengunjung dari luar KBB.

Baca Juga: Tak Boleh Naik Kereta Api, Penumpang Nekat Rusak Loket Stasiun di Sukabumi

Setiadi Sutisna, pria 56 tahun asal Kampung Depok, menuturkan sejumlah pengunjung berasal dari Cimahi dan Sukabumi.

Setiadi tahu betul kehadiran serta asal para pengunjung lantaran saban hari menggarap ladang di dekat curug.

Di antara pengunjung-pengunjung itu, ada yang mengetahui keberadaan Curug Walanda dari media sosial yang diakses menggunakan telepon genggam.

Pengunjung dari Sukabumi bahkan rela mendatangi lokasi dengan menumpang kereta api.

Baca Juga: Proyek Kereta Cepat Bikin Sungai Cilangkap Meluap dan Rusak Sawah di Bandung Barat Saat Masuk Masa Panen

Kereta api yang berangkat dari Sukabumi pada sekira pukul 06.00 WIB pagi tersebut akan tiba di Stasiun Cipatat. Dari stasiun itu, mereka berjalan kaki menuju air terjun.

"Engke uihna kana kareta deui jam 14.00 (Nanti mereka pulang lagi dan naik kereta dari Stasiun Cipatat pukul 14.00)," ucapnya kepada "PR" di Curug Walanda, Kamis siang.

Kala hari libur, terutama Sabtu dan Minggu, pengunjung curug terbilang ramai.

Hal yang menarik bagi pengunjung, lanjutnya, adalah persoalan sejarah air terjun yang memiliki nama dengan embel-embel Walanda.

Ia mengatakan, kehadiran curug yang merupakan terowongan air itu terkait dengan pembangunan jalur kereta api di atasnya. ‎

"Didamel terowongan karna ngalangkungan rel kereta (Terowongan dibuat lantaran melintasi jalur rel)," ucapnya.

Namun, Setiadi tak mengetahui persis kapan tahun pembuatan terowongan itu. Terdapat angka tahun yang tertulis di atas terowongan tersebut dan diduga sebagai tahun pembangunannya.

Kini, angka itu sudah tak terlihat karena munculnya lumut dan lebatnya semak-semak yang menutupi bagian atas terowongan.

Ia mengaku, kakeknya yang bernama Somawijaya pernah turut bekerja dalam pembuatan terowongan.

Sang kakek, lanjutnya, merasakan pengalaman pahit saat bekerja di sana karena upah dan makanannya terbatas.

Jika keberadaan terowongan itu dikaitkan dengan pengerjaan jalur kereta Bandung-Cianjur, bisa dipastikan pembangunannya berlangsung pada abad ke-19.

Jalur sepur tersebut dibuka pada Mei 1884. Pemberitaan koran berbahasa Belanda De Locomotief pada 15 Mei 1884 menyebutkan pembukaan itu‎.

"Kemeriahan dalam rangka pembukaan jalur kereta Tjiandjoer-Bandoeng akan berlangsung di Bandung pada tanggal 17 dan 18 Mei," tulis koran tersebut.

Koran Bataviaasch Handelsblad pada 19 Mei 1884 juga mengupas pembukaan rute penghubung Bandung-Cianjur itu.

"Dari sudut pandang teknis, pembangunan jalur ini adalah sebuah mahakarya," tulis  Bataviaasch Handelsblad.

Apresiasi disampaikan kepada para insinyur perkeretaapian atas pekerjaan membangun jalur sepur yang berkelok-kelok dan tikungan berulang dengan radius 150 meter dengan kemiringan 1 hingga 15 meter.

Karya paling penting dan mengesankan dari rute tersebut adalah pengerjaan dua jembatan kereta di atas Sungai Citarum dan Cisokan yang butuh kegigihan dari para pekerja saat membangunnya.***

Sentimen: negatif (99.2%)