Sentimen
Negatif (99%)
7 Des 2022 : 06.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Batang

Tokoh Terkait

Dr Dian Prasetyo: ‎Penting, Deteksi Dini Gangguan Syaraf Hemifacial Spasm

7 Des 2022 : 13.37 Views 2

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Dr Dian Prasetyo: ‎Penting, Deteksi Dini Gangguan Syaraf Hemifacial Spasm

YOGYA - Kedutan pada mata selama ini sering dianggap sepele oleh sebagian anggota masyarakat. Padahal kedutan pada mata bisa menjadi awal dari gangguan syaraf Hemifacial Spasm (wajah merot).

 

Apabila kondisi itu dibiarkan dan tidak ditanggani dengan serius bisa menurunkan kualitas hidup penderita.

 

‎"Gangguan syaraf Hemifacial Spasm tidak boleh dianggap remeh dan harus segera ditanggani. Karena selain bisa menurunkan kualitas hidup, gangguan syaraf yang tidak diketahui penyebabnya tersebut bisa menimbulkan rasa yang tidak nyaman.  Karenanya perlu ditangani sejak dini agar tidak merembet ke syaraf lainnya. Tidak hanya itu, masyarakat perlu diedukasi agar gangguan syaraf Hemifacial Spasm bisa terdeteksi sejak dini,"kata dokter ahli bedah saraf tergabung dalam Kortex Physician Network, dr Dian Prasetyo di sela live surgery Hemifacial Spasm di RS JIH, Sabtu, (3/12/2022).

 

Berdasarkan data Kortex Brain Spine, kasus Hemifacial Spasm dan kasus syaraf lain sudah ditemukan pada 4.825 orang di Indonesia. Dari angka tersebut, baru sekitar 1.425 kasus yang mendapatkan tindakan operasi.

 

‎Menurut Dian, adanya kasus ‎gangguan syaraf Hemifacial Spasm ‎muncul dikarenakan terjadi perlengketan antara saraf nomor tujuh yang berfungsi mengatur gerakan wajah dengan pembuluh darah pada otak.

 

Akibat adanya pelengketan tersebut gerakan pada wajah menjadi tidak terkendali, wajah pasien menjadi merot.Kasus gangguan syaraf‎ Hemifacial Spasm ‎bisa menimpa siapa saja dengan rentang usia yang beragam.

 

Meski begitu berdasarkan pengalaman dan temuan yang ada kasus lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.‎

 

Sementara dokter ahli syaraf yang lain, Rachmat Andi Hartanto mengungkapkan, supaya gerakan wajah bisa normal kembali, operasi di area batang otak Herlina perlu dilakukan.

 

Operasi itu menggunakan proses medis microvascular decompression (MVD) dengan teknik operasi lubang kunci atau keyhole surgery. Operasi dilakukan dengan bantuan mikroskop khusus dan alat-alat monitoring di kamar operasi.


Sebetulnya tindakan operasi sebenarnya cukup mudah dan hanya membutuhkan waktu sekitar 70 menit. Hal ini akan memperpendek waktu rawat inap di rumah sakit.

 

Dengan demikian, dalam proses operasi saraf ini tidak diperlukan lagi melakukan pembukaan batok kepala. Dokter cukup membuat lubang kecil diameter satu sentimeter di belakang telinga pasien.

 

Melalui lubang kecil tersebut, dokter bisa memisahkan saraf nomor tujuh dengan memasang serabut teflon agar tidak lengket dengan pembuluh darah. Operasi bedah saraf ini memiliki risiko sangat minim.‎

 

Sementara itu salah satu mantan pasien gangguan syaraf ‎hemifacial spasm‎ sekaligus ketua komunitas Brain and Spine, Lilih Dwi Priyanto mengungkapkan, saat ini ada lebih dari 45 ribu anggota komunitas yang pernah mendapatkan perawatan syaraf di Indonesia. 

 

Komunitas yang terdiri dari mantan pasien Trigeminal Neuralgia (nyeri gigi dan separuh wajah), Hemifacial Spasm, Spondylosis Leher (saraf terjepit leher) serta beberapa lainnya. Selain memberikan dukungan bagi para penderita, mereka juga saling bertukar pikiran dan memberikan edukasi.

 

"‎Kami tidak hanya memberikan edukasi pentingnya penanganan gangguan syaraf sejak dini. Tapi juga mendukung untuk open donasi bagi penderita gangguan syaraf di Indonesia," tandasnya. (Ria)

 

Sentimen: negatif (99.5%)