Sentimen
Positif (99%)
4 Des 2022 : 08.10
Informasi Tambahan

BUMN: BNI

Institusi: UGM

Kab/Kota: Yogyakarta, Sleman

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Anggito Abimanyu

Anggito Abimanyu

Jangan Ditakut-takuti, Pengusaha Harus Mempersiapkan Diri Terkait Proyeksi 2023

4 Des 2022 : 08.10 Views 3

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Jangan Ditakut-takuti, Pengusaha Harus Mempersiapkan Diri Terkait Proyeksi 2023

Krjogja.com - SLEMAN - Prospek ekonomi Indonesia akan melambat pada 2023, khususnya kuartal I dan II, demikian pula dengan perekonomian DIY nantinya. Menyikapi kondisi tersebut, dunia usaha harus segera mempersiapkan diri, membuat langkah-langkah efisiensi, selektif dan kehati-hatian terus ditingkatkan. Sementara itu, industri perbankan meskipun tumbuh, perbankan DIY masih mengalami kelebihan likuiditas. Untuk itu, diperlukan koordinasi penanganan fungsi intermediasi dan inovasi melalui pelayanan cepat, responsive dan customized berbasis digital yang informatif.

Demikian disampaikan Ekonom Dr. Anggito Abimanyu yang saat ini menjabat sebagai Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) Sekolah Vokasi (SV) UGM dalam 'Talkshow Economic Outlook 2023' BNI Customer Gathering Cluster Yogyakarta di Tip Tap Toe, Kamis (1/12/2022). Turut hadir dalam talkshow yang dimoderatori Wapimred SKH Kedaulatan Rakyat Ronny Sugiantoro yakni Pemimpin BNI Kantor Wilayah Yogyakarta Beby Lolita Indriani dan jajarannya.

"Pengusaha itu jangan ditakut-takuti, karena kalau ditakuti pasti ada yang akan mengambil keuntungan dari itu, yang penting responnya. Justru pengusaha harus berani menyongsong tahun 2023 dengan cermat agar menjadi pengusaha yang pandai dan bijak. Terlebih pengusaha di DIY sudah mampu beradaptasi dengan kondisi seperti ini, yang penting mereka tetap harus mempersiapkan diri karena konsumen pun telah beradaptasi," ujarnya.

Anggito mengatakan perekonomian makro Indonesia sudah mulai menunjukkan stabilitas ekonomi, namun kebijakan kontraktif masih diperlukan hingga kuartal I 2023. Perekonomian DIY dan sekitarnya terkena dampak pandemi Covid-19 khususnya sektor pariwisata, perdagangan dan pelaku UMKM. Setidaknya kredit di sektor tersebut sudah tumbuh saat ini. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) akan berlanjut di Desember 2022 ini dan awal 2023 sampai dengan kondisi makro benar-benar stabil dan menguat. Perbankan pun akan melakukan penyesuaian suku bunga di awal 2023 dengan tingkat yang rendah-sedang.

"Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) dan UU APBN-P 2023 harus segera diselesaikan guna menjadi bantalan krisis di tahun 2023. Permasalahan ekonomi global telah memicu meningkatnya inflasi global dan naiknya suku bunga Bank Sentral hingga adanya transmisi risiko resesi global maupun dalam negeri. Kondisi global tersebut berdampak baik positif maupun negatif pada Indonesia," tuturnya.
Mantan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) ini menyatakan dampak pada indikator makro di sektor keuangan berupa suku bunga BI naik 150 bps dengan proyeksi kenaikan suku bunga bank di awal 2023. Selanjutnya dampaknya di sektor riil yaitu kenaikan harga BBM rata-rata 30% dan proyeksi kredit perbankan akan melambat di 2023.

"Akibat Covid-19 pertumbuhan ekonomi DIY kontraksi -2,7 pada 2020, tumbuh 5,5% pada 2021 dan diperkirakan diatas 5% pada 2022. Potensi pertumbuhan ekonomi DIY dapat melebihi nasional, namun terhambat disrupsi pandemi dan kenaikan harga BBM serta suku bunga. Saat ini, dampak pandemi pada tata kehidupan sosial ekonomi masyarakat DIY tetap berjalan dan menuju kondisi yang semakin baik. Pertemuan bisnis telah berjalan normal namun tetap dibayang-bayangi dengan risiko pembatasan," ungkapnya.

Meskipun dibawah rata-rata nasional, Anggito menyebut capaian industri perbankan di DIY membaik di 2022. NPL menurun 3,57% ke 3,46% pada Juni 2022. Aset perbankan DIY tumbuh 6,67% (yoy), DPK tumbuh 5,80% (yoy) kredit ekspansi 6,19% (yoy) pada Juni 2022. Namun, Loan Deposit Ratio (LDR) masih belum beranjak dari tingkat 60-an%. Banyak inovasi di sektor unggulan di DIY, khususnya di pariwisata, seni budaya dan produk UMKM.

"Pelayanan sektor unggulan terus mengutamakan 'Hijrah' kompetitif dalam harga, inovasi, jaringan, ramah, alternatif, dan halal. Pelaku di ketiga sektor tersebut bangkit dan makin berdaya saing lewat beragam platform digital. Adanya momentum penguatan sistem kesehatan dalam kesiapsiagaan bencana dan percepatan transformasi digital di DIY untuk pelayanan publik yang cepat, mudah transparan dan akuntabel" pungkasnya. (Ira)

Sentimen: positif (99.2%)