Awalnya Berharap dengan Kesederhanaannya akan Pro Rakyat
Gelora.co Jenis Media: News
GELORA.CO - Ahli hukum tata negara Refly Harun angkat suara soal perilaku Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai berubah oleh mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK).
"Itu yang harus kita pahami ya, bahwa seseorang yang namanya manusia itu bisa berubah. Tapi kita harus nilai secara objektif," ucapnya dikutip dari Channel YouTube Refly Harun, Rabu (30/11/2022).
Advokat ini menyebut bahwa pernyataan JK soal Jokowi yang kini berubah menandakan bahwa Presiden ke-7 RI itu harus dievaluasi.
“Karena awal-awal kan kita berharap bahwa dengan kesederhanaannya, dengan genuitasnya, Presiden Jokowi akan menghadirkan sebuah pemerintahan yang lebih pro rakyat,” kata dia.
“Apalagi dia kemudian mengusung tema Trisakti yang merupakan peninggalan Bung Karno,” tambahnya.
Menurut Refly, tema ini menekankan pada berdaulat dalam bidang politik, kemudian dikali dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berkebudayaan.
“Sekarang pertanyaannya adalah apakah dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi itu sudah mengarah ke sana atau tidak? Bisa jadi justru sebaliknya barangkali, kok mengarahnya kepada different direction?” tanyanya.
Refly mengkritik bahwa jika dilihat selama masa kepemimpinan Jokowi, secara ekonomi Indonesia dinilai tidak lebih mandiri, karena bergantung sangat pada pinjaman asing terutama Cina.
“Secara politik seolah-olah kita tidak berdaulat ya, terus-menerus tenaga asing masuk ke Indonesia dan seolah-olah Indonesia tidak punya power atau bargaining positions,” kata dia.
“Termasuk juga dalam peta geopolitik dunia persaingan antara timur dan barat antara barat dan China. Seolah-olah kita menjadi yang namanya medan pertempuran walaupun ini pertempuran ideologi bukan pertempuran fisik ya,” tambah dia.
Ia juga menyinggung janji-janji presiden di awal masa terpilih, namun banyak yang tidak terealisasi seiring berjalannya waktu.
“Mungkin menjanjikan ya dalam konteks tahun tersebut tetapi setelah tahun berjalan maka kemudian dia menjadi orang yang harus dinilai dan dievaluasi,” pungkasnya.
Sentimen: negatif (88.3%)